Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Dendam lama ogoh-ogoh

Pesta ogoh-ogoh di bali menewaskan satu orang, enam luka-luka, dan beberapa rumah dibakar. oknum tentara yang diduga terlibat bunuh diri.

30 April 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WARGA Banjar Selat di Desa Samplangan, Gianyar, tertidur lelap dalam sepi. Tapi pada Sabtu sekitar pukul 3 dini hari dua pekan lalu itu muncul tiga truk, sebuah Colt L-300, dan beberapa sepeda motor. Penumpangnya yang berpakaian adat Bali itu, sekitar 50 orang, bergegas menuju balai desa. Wajah mereka ditutup kain, kayak ninja. Mereka memegang kelewang, sabit, dan senjata tajam lain. Sebuah kentongan di balai desa itu diturunkan, dan mereka bakar. Kemudian, mereka membentuk lima kelompok. Jeriken berisi bahan bakar disiapkan. Dalam tempo sekejap, warung Gusti Loncah, Kepala Banjar Selat, dibakar. Pemiliknya dicari. Tak ketemu. Lalu, warung Ngakan Putu Alit dan warung Nyoman Sudana mereka bakar. Habis. Para beringas itu kemudian mengalihkan sasarannya ke rumah Gusti Made Kembar. Sebelum diserbu perusuh tadi, istri dan anak Made sudah meloloskan diri. Dengan perlindungan pedang yang diayun-ayunkan di tangannya, Made juga lolos dari maut. Yang nahas adalah Gusti Nyoman Wenten. Bekas Kelihan Banjar Selat itu melihat warungnya dibakar. Disusul teriakan: "Gusti Aji Wenten, keluar!" Ia keluar. Dan belum sempat mengerti apa yang terjadi, pisau dan sabit menghajarnya. Wenten, 40 tahun, tewas. Ibunya, Gusti Biyang Manis, 67 tahun, juga ketebas pedang. Ia pingsan. Kerusuhan reda menjelang subuh. Komplotan itu lari ke utara, setelah mendapat perlawanan kecil di sana-sini. Di batas desa sudah menunggu mobil pengangkut. Mereka kabur. Setengah jam kemudian baru polisi datang. Tercatat seorang tewas dan lima luka. Tiga sepeda motor, enam warung, dan tiga rumah dibakar. "Kami tidak bisa membalas dan membela diri. Serangan mereka itu memang mendadak," kata Gusti Kembar, 43 tahun. Rumah penarik ojek ini juga habis ditelan api. Perbuatan brutal orang-orang tak dikenal itu menimbulkan trauma pada warga. "Kini melihat kerdip kunang-kunang saja dada kami berdebar kencang," kata Gusti Loncoh, kepala lingkungan Dusun Selat, kepada Bupati Gianyar, Tjok Budi Suryawan, yang datang ke Banjar Selat. Pelakunya diduga pengikut I Wayan Arta alias Kalki - yang menyebut dirinya orang suci ahli Wedha. Kalki kini buron. Hingga Selasa malam pekan lalu, petugas baru menangkap 24 tersangka. Dua di antaranya Sersan Putu Ardana, anggota Zipur Gianyar, dan Sersan Satu Sulinda dari Polres Bangli. Serangan itu, menurut sumber TEMPO, buntut dendam lama. Kalki sudah lama tak akur dengan warga banjar. Pria berusia 38 tahun yang tinggal di ujung Dusun Selat itu dianggap aneh dan hidup secara eksklusif. Ajaran Hindu yang disebarkannya rada menyimpang, kendati ia pernah kuliah di Institut Hindu Dharma Denpasar. Studi itu terbengkalai karena ia sering bertapa. Misalnya, ia bertapa di puncak Gunung Agung tahun 1990. Di situ ia mengaku mendapat wangsit, dan namanya diubah menjadi Betara Maha Agung Dalem Mahawiyasa Indrapati Awatara Kalki Wahana. Ia menganggap dirinya awatara (Tuhan yang menjelma jadi penyelamat) ke-10. Ia suka berpakaian serba putih ala sari India. Ia tinggal di Dusun Selat empat tahun lalu. Kalki juga menyebut dirinya putra Betara Indra dari kahyangan. Ia banyak kedatangan tamu, terutama di bulan purnama dan tilem. Mereka datang minta air suci dan berkah agar tanah pertaniannya subur. Setahun silam Kalki menyunting gadis dari Banjar Keramas. Perkawinannya di puncak Gunung Agung. Acara itu, menurut Kalki, disaksikan para dewa dan awatara. Istrinya dinamai Betari Sri Ningratningsih. "Ini perkawinan ahli Wedha. Orang lain tak boleh melakukannya," kata Kalki, seperti dikutip sumber tadi. Perkawinan aneh itu diprotes. Warga banjar minta mereka menjalani upacara perkawinan adat. "Kalau tidak, banjar kami leteh (kotor)," kata Gusti Loncah. Kalki menolak. Ia juga menampik membuat KTP karena namanya yang panjang itu minta dicantumkan tapi ditolak petugas desa. "Mana ada manusia memakai nama Betara?" kata seorang warga, sambil tertawa. Rupanya, dendam lama itu tersulut lewat pawai ogoh-ogoh (penyucian buta kala, makhluk yang suka mengganggu ketenteraman hidup manusia), Senin, 11 April lalu. Waktu itu, saat mengarak ogoh-ogoh itu, penjor (bambu panjang berhias janur) di depan rumah Kalki tertabrak. Penjor roboh. Sebelas genting rumah Kalki pecah. Kejadian tersebut membuat pria gundul yang berjanggut itu marah. Malamnya, Kalki ngebut dengan Colt L-300 warna putih miliknya itu tanpa lampu. Kerumunan warga yang di depan Balai Banjar ditabraknya. Tujuh orang luka-luka. Salah seorang kupingnya robek. Buntut ugal-ugalan itu adalah pembalasan dari pemuda Banjar Selat. Rumah Kalki diserbu. Karena penghuninya sudah mengungsi, marah mereka disalurkan dengan menghancurkan genting, kaca riben, dan langit-langit rumah Kalki. Sejak itu, genderang perang ditabuh. Kalki yang punya 53 pengikut itu menggalang kekuatan. Seorang muridnya adalah oknum tentara, Putu Ardana. "Kalau memang terlibat, mungkin dialah yang merancang serbuan itu," kata sumber TEMPO. Penyerbuan pada malam Sabtu, 16 April lalu itu memang bergaya militer. Tapi, sebelum dikonfirmasikan kepada tersangka -- termasuk sejauh mana kebenaran hubungannya dengan Kalki -- Kamis dini hari lalu Ardana telah bunuh diri dengan seutas tali di Detasemen Zeni Tempur IX Gianyar. Adapun Sertu Sulinda membantah disebut pengikut Kalki. Ia hanya disuruh membuang ke sungai berbagai senjata tajam yang dipakai ketika menyerbu. Lalu 10 penyelam diterjunkan ke sungai itu. Ternyata tak satu pun senjata ditemukan. Ketahuan berbohong, ia hampir diamuk massa.WY, Kelik M. Nugroho, Putu Wirata, dan Putu Fajar Arcana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum