Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Dendam pasukan bertopeng

Sekitar 15 perampok berhasil melumpuhkan 6 peronda siskamling penduduk kampung hutagandok, kec. nyalindung, sukabumi. rumah aat supriyatna jadi korban perampokan. polisi menduga ada motif balas dendam.

18 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

K~~AMIS dinihari pekan lalu, Jaja dan kelima rekannya, seperti biasa, kumpul di pos kamling. Sebelum sempat berpencar meronda Kampung Hutagandok, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, mereka bagaikan diserang gerilyawan. Sekitar lima belas orang bertopeng, dengan pakaian serba gelap, turun dari bukit. Dengan sigap peronda di pos kamling itu disergap dan dilumpuhkan. "Saya kaget, tiba-tiba muncul orang bertopeng sambil menghunus golok. Lalu kami ditelungkupkan dengan kaki dan tangan terikat," kata Jaja, 50 tahun, komandan ronda yang kekar itu. Setelah para peronda tidak berkutik, "pasukan" bertopeng itu dengan gesit berpencar. Ada yang memutus kabel pengeras suara masjid, ada yang berjaga-jaga di sudut jalan, dan lainnya mencari sasaran rumah penduduk. Tak berapa lama, kesunyi~an malam pun pecah. Sasaran perampok malam itu adalah rumah Aat Supriyatna, orang terbilang kaya di kampung itu. Pintu rumahnya didobrak. Ketika pedagang bahan bangunan itu bangkit dari tidurnya, kakinya langsung dibabat. Para perampok tak memberinya kesempatan. Begitu jatuh, ia disambut dengan pukulan di dahi. "Saya langsung tak ingat apa-apa lagi," kata bapak dua anak itu, yang sempat dirawat di rumah saklt selama dua han. Nyi Dedeh, istri Aat, juga masih kelihatan syok ketika ditemui di rumahnya. "Saya panik ketika melihat mereka berbadan besarbesar. Dan sewaktu mereka minta kunci mobil, saya langsung memberikannya," ujarnya. Selain Colt pikap, dari rumah Aat, kawanan perampok juga berhasil menggasak uang Rp 400 ribu, perhiasan emas 80 gram, dan beberapa bungkus rokok. Keributan di rumah Aat rupanya mengundang perhatian Machfud, 49 tahun. Ia terbangun mendengar keributan di rumah tetangganya. "Saya kira cuma terjadi pertengkaran suami-istri biasa. Maka, saya nekat keluar," katanya. Sewaktu kepala kampung itu membuka pintu, tiba-uba bogem mentah menghantam~ ali~snya. Tak hanya itu, sebuah benda keras juga menghantam punggungnya. "Untung, istri saya cepat menarik ke dalam, dan para perampok itu tak mengejarnya," kata lelaki pendek kekar ini. Menurut sebuah sumber di Polres Sukabumi, perampokan yang menjarah warga Hutagandok ini bukan perampok biasa. "Mungkin ada motif balas dendam," katanya. Analisa ini muncul karena tak hanya harta saja yang digasak perampok. Konon, terdengar ucapan dari pasukan bertopeng itu, seperti yang ditirukan polisi, "O, jadi ini, to, Aat yang jagoan itu." Aat memang orang cukup terpandang di kampung itu. Namun, sebenarnya ia tak terlalu kaya. Dia punya dua istri. Selain Nyi Dedeh, lelaki tinggi kurus ini punya istri kedua, yaitu Ani Binti Uji, yang juga warga di Kampung Hutagandok. Dalam usaha untuk mendapatkan Ani, lelaki berkulit kuning ini sempat bersaing dengan Budi. Ternyata, Aat lebih gesit dan berhasil lebih dulu menggaet Ani. Akibatnya, pinangan Budi pun ditolak. "Bisa jadi, Budi merasa dendam. Dan lewat motif perampokan ini Budi bersama teman-temannya menggarap Aat," kata sumber di Polres. Hingga sekarang perampok itU masih dalam pelacakan. Hanya mobil rampasan yang dipakai kabur dapat ditemukan di daerah Cimanggis, Bogor. Pikap itu ditinggalkan begitu saja. "Yang jelas, mereka bukan amatiran," kata intel Polres Sukabumi yang segan disebut namanya. Perampok keroyokan ini juga pernah terjadi di Desa Meseteh, Semarang Selatan, beberapa tahun lalu. Yang membuat keder penduduk ketika itu adalah jumlah perampok yang mencapai 50 orang. Bersenjatakan golok, celurit, dan kelewang, mereka dengan gagah menyerbu rumah penduduk setiap malam. Perampokan ramai-ramai ini tampaknya makin "ngetren". Minggu pekan lalu, Suto Sutikno, Kepala Desa Mekarsari, Tangerang, juga menjadi sasaran perampok bergolok. Lima perampok bergolok tersebut berhasil menyikat uang Rp 500.000,00 dan 20 gram emas. Hingga sekarang, para perampok ini juga masih buron. Polisi pun juga makin waspada. Upaya untuk memperkuat pasukan siskamling di Jawa Barat, misalnya, belum lama ini sudah mulai dipadukan dengan tim Buru Sergap. "Tingkatnya masih di kota-kota. Jadi, belum menjangkau daerah terpencil, seperti di Nyalindung itu," kata Letkol. Maman Sulaeman, Kapolres Sukabumi. L~aporan Hedy Susanto (Biro Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus