PERANG antar-gang, yakuza, mungkin tak terhindarkan. Sindikat kriminal terbesar di Jepang saat ini, Yamaguchi-gumi, sangat marah dan geram. Sebab, bos mereka, Masahisa Takenaka, 51, Sabtu malam 26 Januari lalu tewas tertembak oleh kelompok Ichiwakai, gang sempalan Yamaguchi. "Mereka telah menggali kapak peperangan, dan perang tak akan berhenti sebelum turun banjir darah atas Ichiwakai," ujar seorang anggota gang kriminal dari Yamaguchi kepada Seiichi Okawa dari TEMPO. Pada Sabtu malam itu, sekitar pukul 21.15, Takenaka hendak mengunjungi gendaknya, seorang bekas hostes, di daerah Suita, Osaka. Ia ditemani Katsumasa Nakayama, 47, orang kedua di Yamaguchi, dan seorang pengawal. Di depan sebuah bangunan berlantai sembilan, ketiganya turun dari sedan Mercy yang dilengkapi kaca tahan peluru. Sang gendak, kata sumber TEMPO, tinggal di lantai lima. Sewaktu ketiganya hendak menaiki elevator, empat lelaki yang berada di situ mendadak mendekat. Tanpa berkata sepatah pun mereka menembak dari jarak sekitar dua meter. Nakayama dan pengawalnya tewas seketika. Sedangkan sang bos, Takenaka, tewas keesokan harinya di rumah sakit polisi. Tiga butir peluru menembus tubuhnya. Peluru itu dimuntahkan pistol anggota Ichiwakai pimpinan Hiroshi Yamamoto, 59, yang tahun lalu memisahkan diri dari Yamaguchigumi. Peristiwa berdarah itu, tak pelak lagi, membuat polisi Jepang meningkatkan kesiapsiagaan. Sejumlah tindakan balas dendam memang telah dirancang oleh gang yang beranggota 10 ribu lebih itu. Pekan lalu tercatat tiga kali penyerangan terhadap kantor yakuza yang diketahui berafiliasi kepada Ichiwakai. Penyerangan pertama menggunakan samurai, di daerah Fukui. Kejadian berikutnya di Ishikawa dan Hyogo. Para penyerang yang bersenjata pistol menembak beberapa korban, tapi dikabarkan tak ada yang tewas. Polisi Jepang, menurut sebuah sumber, tampaknya ingin memanfaatkan momentum ini untuk menggasak yakuza, yang dinilai kian mencengkeramkan kukunya - tak hanya di Jepang, tapi juga sampai ke Asia, seperti Manila, Taipei, dan Hong Kong, serta ke AS, seperti Hawaii, Los Angeles, dan San Francisco. Perpecahan dalam tubuh kelompok Yamaguchi mulai tampak setelah - meninggalnya tokoh legendaris Kazuo Taoka, Juli 1981, karena sakit. Penggantinya, Kenichi Yamamoto, masih bisa mengerem perselisihan yang timbul. Tapi, ia mati pada Februari 1984, dan pimpinan kemudian dipegang secara kolektif oleh Fumiko Taoka (janda Kauo Taoka) dan beberapa tokoh lain. Pada Juni 1984, Masahisa Takenaka akhirnya naik ke pucuk pimpinan, dan perpecahan pun tak bisa dibendung lagi. Hiroshi Yamamoto menyatakan memisahkan diri dan membentuk Ichiwakai. Pada mulanya, gang sempalan itu mendapat banyak pengikut yang ikut membelot. Tapi Takenaka kemudian membuat gebrakan-gebrakan yang membuat banyak pembelot kembali "sadar". Sumber-sumber keuangan, seperti bisnis narkotik, tempat judi, pelacuran, serta sejumlah usaha legal - yang tak pernah membayar pajak - seperti real estate dan shobiz pun kian berada dalam genggamannya. Ichiwakai sudah tentu merasa tak senang, sehingga mereka nekat menghabisi bos Yamaguchi. Korban telah jatuh. Dan seperti yang terjadi dengan mafia di AS, perang antar yakuza tampaknya akan terus berkepanjangan. Padahal, jumlah gang kriminal di Jepang cukup banyak. Menurut catatan polisi, kini tercatat ada 2.330 kelompok bandit dengan jumlah anggota hampir 100 ribu orang. Kelompok besar semacam Yamaguchi adalah gabungan lebih dari 400 gang kecil. Kelompok Ini, yang berpusat di Kota Kobe, menguasai daerah barat. Sedangkan bagian timur dikuasai kelompok Sumiyoshi Rengokai dan Inagawakai. Mereka mudah dikenali. Sebab, sebelum diterima menjadi anggota, seseorang wajib mengucapkan sumpah seua dengan jalan memotong jari kelingking dan merajah tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini