Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Di Umbulharjo Dan Bantul

Kini nama baik polisi nampaknya masih sering diganggu beberapa anggotanya dalam kasus penganiayaan, antara lain di umbulharjo dan bantul

30 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMA baik polisi tampaknya masih sering diganggu beberapa anggotanya Sebab, misalnya, selain di Tembuku (Bali) dan beberapa tempat lainnya, di Umbulharjo dan Bantul (keduanya di D.I. Yogyakarta) beberapa warga yang merasa tak bersalah mengalami nasib yang hampir serupa dengan pengalaman Suwesti. Di Umbulharjo, seorang pelajar SD kelas VI, Marsono, menjelang HUT ke-35 Proklamasi baru lalu ditangkap dan langsung diborgol oleh seorang anggota Polri dari Komsek Umbulharjo. Siswa itu kemudian diikat pada sebatang pohon dan langsung mendapat serangan beramai-ramai oleh pihak lawannya. Ketika itu Marsono, 15 tahun, turut dalam perkelahian antara dua pihak simpatisan dua kesebelasan sepakbola yang sedang bertanding. Setelah diikat dan menjadi bulan-bulanan pihak lawan kesebelasan yang dijagoinya, dengan muka babak belur Marsono dibawa ke Komsek setempat. Tanpa meminta penjelasan lebih dahulu, beberapa anggota Polri yang ada di kantor itu turut pula menyiksa anak itu, sebelum kemudian memasukkannya ke dalam sel. Meskipun hanya beberapa jam dalam tahanan, penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan anggota-anggota Polri itu telah cukup membuat tekanan berat bagi batin anak itu. Bertepatan dengan ledul Fitri baru lalu, 17 orang warga Pedukuhan Pandes, Kelurahan Panggungharjo (Bantul) mengirim surat pengaduan ke Komandan Kowil 096 Yogyakarta, Pangkowilhan II dan Kapolri. Isinya mengungkapkan kegelisahan mereka terhadap perlakuan beberapa anggota polisi Pantul yang dianggap sewenang-wenang. Menurut Sinar Harapan, peristiwa pertama terjadi 11 Agustus malam beberapa orang warga dukuh yang sedang jagongan digrebek polisi. Dengan ancaman senjata api, malam itu juga mereka ditahan di kantor polisi Bantul-tanpa dijelaskan apa kesalahan yang mereka lakukan. Kejadian kedua dialami 14 pemuda warga dukuh yang sama pada malam takbiran. Tengah malam sewaktu pemuda-pemuda itu sedang tidur di surau, tiba-tiba polisi datang dan mengangkut mereka ke kantor polisi Bantul. Dalam tahanan mereka menerima berbagai bentuk penyiksaan, bahkan pukulan dengan popor senapan. Meskipun sebagian besar di antara mereka pekan lalu telah dibebaskan, urusan tampaknya akan mereka perpanjang. Paling tidak karena tidak seorang pun di antara warga dukuh itu yang tahu kesalahan apa yang telah mereka lakukan Dan pengusutan juga masih berlangsung terhadap anggota-anggota polisi yang tersangkut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus