Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Enam Kasus Keracunan Makanan Program MBG, Terbaru di Cianjur

Kasus keracunan usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi. Ini deretan kasusnya.

24 April 2025 | 14.30 WIB

Siswa SMP PGRI Cianjur diduga korban keracunan makanan makan bergizi gratis menjalani perawatan di ruang instalasi gawat darurat RSUD Sayang, Cianjur, Jawa Barat, 22 April 2025. Tempo/Deden Abdul Aziz
Perbesar
Siswa SMP PGRI Cianjur diduga korban keracunan makanan makan bergizi gratis menjalani perawatan di ruang instalasi gawat darurat RSUD Sayang, Cianjur, Jawa Barat, 22 April 2025. Tempo/Deden Abdul Aziz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan pelajar di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengalami keracunan massal yang diduga terjadi setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Korban terdiri dari 55 siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Cianjur dan 23 siswa SMP PGRI 1 Cianjur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menindaklanjuti insiden ini, Polres Cianjur memeriksa 10 orang dari pihak pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Limbangansari yang bertanggung jawab atas penyediaan makanan MBG. Polisi juga menyambangi lokasi dapur di Kecamatan Cianjur yang digunakan untuk memasak makanan tersebut dan mengambil sampel guna keperluan penyelidikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami sudah meminta klarifikasi dan keterangan dari 10 orang mulai dari penanggung jawab CV, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Cianjur, Ahli Gizi SPPG, tiga orang staf, tim pengemas, dan dua orang kurir pengantar makanan," ucap Kasat Reskrim Polres Cianjur Ajun Komisaris Tono Listianto, Rabu, 23 April 2025.

Kasus keracunan akibat makanan dari program MBG ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, sejumlah kasus keracunan telah terjadi. Beberapa kasusnya adalah sebagai berikut:


1. Puluhan Siswa SDN 003 Nunukan Selatan Diare Usai Santap MBG

Berdasarkan penelusuran Tempo, kasus keracunan MBG terjadi pada pertengahan Januari lalu di SDN 003 Nunukan Selatan, Kalimantan Utara. Sedikitnya 29 murid dilaporkan sakit dan diare setelah mengonsumsi makanan dari program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut.

Kepala SDN 003 Nunukan Selatan Hairuddin mengungkapkan keracunan diduga berasal dari lauk yang sudah basi dalam menu ayam kecap yang disajikan pada Senin siang, 13 Januari 2025 itu. Sejumlah guru yang ikut mengonsumsi makanan tersebut juga mengalami sakit perut.

“Kami, pihak sekolah menduga, menu pengantaran makan pagi yang tidak habis, dibagikan untuk menu pengantaran siang. Karena memang ada lauk yang basi, ada juga yang masih bagus,’’ ujar Hairudin, Kamis, 16 Januari 2025.


2. Keracunan Juga Terjadi di SMAN 2 Nunukan Selatan

Tak hanya di SDN 003 Nunukan Selatan, keracunan ternyata juga terjadi di SMAN 2 Nunukan Selatan. Menurut penuturan Bagian Kesiswaan SMAN 2 Nunukan Selatan, Burhan, lebih dari 30 siswa dilaporkan alami gejala mual dan mencret akibat menu ayam kecap yang dibagikan pada Senin, 13 Januari 2025 tersebut.

“Ada lebih dari 30 siswa-siswi yang mencret saat itu. Menu yang sama, dan hari yang sama juga dengan kasus di SDN 03 Nunukan Selatan kemarin,” kata Burhan saat dihubungi media, Ahad, 19 Januari 2025.

Di sisi lain, kejadian keracunan MBG di Nunukan Selatan justru dibantah oleh Kepala BGN Dadan Hindayana. Pihaknya memastikan tidak ada keracunan menu MBG setelah memeriksa kejadian itu. Ia juga memastikan dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) aman.

“Enggak ada (kejadian keracunan). Itu hanya satu orang yang menemukan sesuatu dan itu tidak ada kejadian,” kata Dadan, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu, 22 Januari 2025.


3. Sebanyak 40 Murid SDN Dukuh 03 Sukoharjo Keracunan MBG

Tak lama berselang setelah kejadian di Nunukan Selatan, keracunan makanan MBG juga terjadi di Sukoharjo, Jawa Tengah pada Kamis, 16 Januari 2025. Sebanyak 40 murid SDN Dukuh 03 Sukoharjo, dilaporkan mengalami keracunan usai menyantap MBG. Diduga para murid keracunan makanan yang belum matang.

“Tadi langsung ditangani oleh petugas, dan langsung diberi obat. Alhamdulillah langsung tertangani,” kata Kepala SDN Dukuh 03 Lilik Kurniasih.

Menanggapi itu, Kepala BGN mengatakan kasus 40 murid mengalami keracunan MBG di Sukoharjo disebabkan kesalahan teknis. Dadan membantah ada pelanggaran SOP saat pengolahan makanan. Pun, para korban yang keracunan segera tangani petugas Puskesmas dan sudah sembuh.


4. Keracunan di Empat Lawang

Delapan murid SDN Tebing Tinggi dilaporkan mengalami sakit perut usai menyantap menu MBG kloter ketiga yang diluncurkan pada Senin, 17 Februari 2025. Kepala Dinas Kesehatan atau Dinkes Sumatera Selatan, dr Trisnawarman membenarkan kejadian tersebut.

Dinkes Sumsel mencatat, ada sebanyak delapan anak (6 perempuan dan 2 laki-laki) yang mengalami gejala awal muntah-muntah, nyeri ulu hati, pusing, sakit perut dan sesak nafas. Delapan murid dari SDN 7 Tebing Tinggi, dengan rincian 7 siswa dari kelas 3 dan 1 siswa dari kelas 4.

“Ada laporannya, sebanyak 8 orang siswa dengan kondisi mual, muntah, pusing dan mendapatkan perawatan di IGD Puskesmas Tebing Tinggi. Tapi hari ini 7 siswa sudah pulang pada pukul 09.00 pagi tadi dan masih ada satu siswa yang masih dirawat,” kata dr Trisnawarman saat dikonfirmasi Tempo melalui pesan Whatsapp, Rabu, 19 Februari 2025.

Saat dikonfirmasi ke Kapolres Empat Lawang AKBP Aziz Septiadi mengatakan telah menghentikan program MBG di Kabupaten Empat Lawang, atau tepatnya di Tebing Tinggi, imbas dari delapan siswa yang mengalami keracunan makanan. “Untuk sementara (dihentikan),” kata dia saat dikonfirmasi Tempo.


5. Puluhan Murid SD di Sumba Timur Keracunan

Sehari setelah kejadian di Empat Lawang, sebanyak 29 murid SD Katolik Andaluri di Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT juga keracunan MBG pada Selasa, 18 Februari 2025. Para korban dilarikan ke Puskesmas setelah mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan sakit perut usai menyantap makanan dari program MBG.

“Polres Sumba Timur telah bergerak cepat mendatangi lokasi pada Selasa, 18 Februari 2025, pukul 12.00 Wita,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda NTT, Komisaris Besar Hendry Novika Chandra kepada media, Rabu, 19 Februari 2025.

Berdasarkan keterangan pihak sekolah, awalnya hanya sejumlah siswa yang mengeluhkan makanan terasa basi dan tidak enak. Yak lama setelahnya, jumlah siswa yang mengalami mual dan muntah semakin bertambah. Untuk memastikan penyebab pasti insiden ini, Polres Sumba Timur bersama BPOM NTT telah mengambil sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan.


6. Keracunan Massal di Cianjur

Puluhan siswa dari MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 menjadi korban keracunan usai diduga menyantap makanan dari program MBG. Kepala Sekolah MAN I Cianjur Erma Sopiah mengatakan 800 murid menyantap hidangan MBG pada pukul 12.00 WIB. 

Sore hari, ada sembilan siswa mengeluh pusing, mual, dan muntah, hingga menjalani perawatan di sekolah. Namun jumlah yang mengeluh terus bertambah, sehingga mereka langsung dibawa ke rumah sakit.

Sementara siswa yang mengalami keracunan M Raihan, 16 tahun, menjalani perawatan di rumah, mengatakan sempat mencium bau tidak sedap dari daging ayam suwir yang menjadi salah satu menu dalam paket MBG yang dihidangkan.

"Satu kelas 36 orang mendapat jatah MBG pada siang hari, saya sempat mencium bau tidak sedap dari ayam suwir yang menjadi lauk, selang beberapa jam setelah menyantap makanan tersebut, saya merasa pusing, mual dan muntah," katanya.

Pengurus Yayasan Khasanah Ibu Bahagia yang menaungi SPPG Limbangansari, Ridwan Abdullah membenarkan bahwa MBG untuk SMP PGRI Cianjur dan MAN 1 Cianjur dipasok dari dapur umum yang sama. Menurut Ridwan, saat ini produksi disetop sementara untuk seluruh pasokan ke sekolah-sekolah. 

"Ya, disetop sementara produksi makanan untuk semua sekolah yang dipasok dari SPPG Limbangansari. Kami masih menunggu hasil uji dari Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Cianjur," ujar Ridwan saat dihubungi Tempo, Selasa, 22 April 2025. 

Dian Rahma Fika, Deden Abdul Aziz, Yudono Yanuar, Sukma Kanthi Nurani, Hendrik Khoirul Muhid, Eka Yudha Saputra, Yuni Rohmawati, Sapto Yunus, Septia Ryanthie, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus