BEREBUT anak angkat, yang mengikuti program pertukaran pelajar American Field Service (AFS), agaknya baru pertama terjadi di sini. Ribut inilah yang muncul dalam keluarga Sutjipto Suntoro dan Niniek Sarwono Kusumaatmadja. Meledaknya awal Oktober lalu setelah Sutjipto melapor kepada Kepolisian Daerah Metro Jaya: istri Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara itu "menculik" Kumi Kondo. Sejak pertengahan Agustus lalu, gadis berusia 18 tahun itu tinggal di rumah Sutjipto, yang di tengah pemain bola akrab dipanggil Gareng. Setelah sekitar 1,5 bulan Kumi Kondo bersama keluarga bekas pemain dan kapten PSSI ini, kemudian datang kabar: Kumi diminta pindah. Awalnya, menurut Niniek, permintaan itu melalui telepon dari orang tua Kumi di Jepang. Ibunya mengatakan, agar putrinya yang tinggal di rumah Sutjipto dijemput. "Pokoknya saya bersedia. Ini permintaan seorang ibu yang punya anak gadis," kata Niniek kepada TEMPO. Ada apa di balik permintaan itu, ia menampik merincinya. "Saya tidak mau tahu alasannya, pokoknya saya menjalankan amanah. Titik," katanya. Dan demi amanah itu, pada 29 September, ia menelepon Kumi untuk datang ke rumahnya. Paginya, Niniek mengirim sopir untuk menjemput Kumi di SMA Negeri 47. "Sebelumnya saya sudah minta bantuan staf AFS agar menjelaskan pada orang tua angkat Kumi. Jadi, saya pikir tidak ada masalah lagi," katanya. Ternyata meleset. Bagi Gareng, tindakan Nyonya Menteri itu dianggapnya tak sopan. "Kumi diambilnya begitu saja, tanpa izin," katanya, seraya mengaku telah lima kali menjadi orang tua angkat dari anak program AFS. Karena itu, ia terpaksa melaporkan tindakan Niniek kepada polisi dengan tuduhan penculikan. "Saya laporkan, karena cara dia itu tidak benar. Tadinya, saya laporkan sebagai pengambilan anak tanpa prosedur yang tidak sah. Berhubung di KUHP yang ada mengenai penculikan, lalu saya masukkan pengambilan Kumi sebagai kategori penculikan," kata Sutjipto. Ia tidak keberatan jika Kumi diambil dari rumahnya, asal oleh lembaga AFS. Dan prosedurnya benar. "Jadi untuk menyelesaikan kasus ini, yang saya inginkan Nyonya Sarwono minta maaf. Itu saja. Masalahnya kemudian akan selesai," katanya. Kenapa Sutjipto dan Niniek ngotot untuk ngemong Kumi? Alasan Sutjipto: hadirnya Kumi bisa dimanfaatkan untuk belajar bahasa Jepang. "Ini untuk membalas budi pada dokter dan sahabat saya di Jepang semasa saya operasi liver," katanya. Bagi keluarga Sarwono, dalihnya karena gadis Jepang itu teman akrab putrinya. Toh kini Kumi terpaksa diamankan pengurus AFS, tidak tinggal di rumah keluarga Sarwono maupun Sutjipto. Menurut Kumi, mereka itu sama baiknya. "Saya suka kepada keluarga Sutjipto. Mereka sangat akrab. Begitu pula dengan keluarga Sarwono, mereka baik dan menyenangkan," katanya. Kumi menyesal, karena dialah salah paham itu terjadi antara Sutjipto dan Nyonya Sarwono. "Saya tidak tahu harus bilang apa," ujarnya. Gara-gara ini, Kumi dua minggu lebih terpaksa bolos sekolah. Ketika rebutan anak angkat itu ditanyakan pada Taufik Ismail, Ketua Yayasan Bina Antar Budaya (penyelenggara AFS di Indonesia) itu menjawab, "Ini soal komunikasi dan intern organisasi. Sekarang sedang dicoba diselesaikan." Karena itu, polisi menunggu perkembangan, sehingga belum menanggapi laporan "penculikan" oleh Niniek -- seperti dituduhkan Sutjipto. Maka, Niniek belum dipanggil untuk diminta keterangannya. Apalagi ia ini sama-sama baik ne? Gatot Tryanto dan Nunik Iswardhani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini