Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menembus Gunung, Memutar Turbin

PLTA singkarak memiliki terowongan air bawah tanah sepanjang 30 km. Terpanjang di Indonesia dan merupakan pembangkit listrik ketiga di sumbar. Dengan investasi Rp 90 milyar.

24 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DANAU Singkarak tak cuma menyajikan keindahan. Ia kini mulai menawarkan lubang kalam atau terowongan nan panjang. Hampir 19 kilometer. Lorong itu menembus perut Gunung Merapi dan akan mengalirkan air danau itu ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Singkarak, di Desa Asam Pulau, Lubuk Alung, 30 kilometer dari Padang. Inilah PLTA dengan terowongan air bawah tanah terpanjang di Indonesia. Selama ini Singkarak, luasnya 120 km2 dengan kedalaman 150 meter, membuang airnya ke pantai timur lewat Sungai Batang Ombilin, Sungai Indragiri dan bermuara di Selat Malaka. Debit air sungai 77 m3 per detik. Kalau terowongan itu jadi, air Singkarak akan dialirkan ke Samudra Hindia di pantai barat, setelah memutar turbin PLTA itu. Debit air yang lewat terowongan sekitar 47 m3 per detik. Sementara itu air Sungai Batang Ombilin untuk keperluan rumah tangga dan irigasi dikurangi, tinggal sekitar 5 m3 per detik. "Kebutuhan masyarakat di sepanjang sungai itu tak terganggu," kata Syahril Amir, 50 tahun, pimpinan Proyek PLTA itu. Bagi Sumatra Barat, PLTA Singkarak ini merupakan pembangkit listrik ketiga yang punya lorong air bawah tanah. Pendahulunya, terowongan PLTA Batang Agam (10,5 MW) selesai 1974 panjangnya 1.200 meter, dan PLTA Maninjau (68 MW) memiliki terowongan 6.000 meter rampung 1985. Proyek PLTA Singkarak tak cuma paling besar di Sumatera Barat dalam menghasilkan setrum yang 175 MW. Pembuatan terowongan juga tergolong berat. Kedalaman lubang yang digali antara 300 dan 850 meter di bawah permukaan tanah. Lorong bergaris tengah lima meter ini harus menerobos pelbagai jenis batuan. Ada yang keras dan stabil, tapi ada pula bagian yang lunak dan mudah ambrol. "Lebih mudah menggali batuan yang keras," kata Syahrir. Sebab, katanya, ini gampang dijebol dengan dinamit. Serpihannya tinggal dikeruk dengan buldoser. Setelah itu dinding beton 40-60 cm dipasang untuk menyangga dinding batu. Lain halnya dengan batuan yang lunak. Ledakan dinamit bisa mengakibatkan lubang yang tak beraturan dan gampang runtuh. Terowongan Singkarak ini dibikin dengan empat tikungan untuk menghindari tanah lunak. Namun tanah rawan itu ternyata tak bisa dihindari seluruhnya. Sepanjang 8 km terowongan harus lewat tanah lunak itu. Untuk menerobos batuan lunak di perut Merapi ini, pelaksana proyek terpaksa mendatangkan mesin TBM (Tunnel Boring Machine) dari Prancis. Alat ini pernah dipakai dalam membobol batuan bawah laut di Selat Inggris yang menghubungkan terowongan kereta api antara Perancis dan Inggris dua tahun lalu. Perkakas TBM itu sepintas mirip lokomotif. Dalam pengoperasiannya TBM bertumpu pada rel agar bebas bergerak maju dan mundur. Di bagian depan ada piringan baja dengan pisau-pisau penyayat. Diameter piringan untuk terowongan Singkarak dibuat berukuran 5,9 meter. Piringan baja itu diputar oleh mesin diesel yang berkekuatan 1.200 tenaga kuda. Gerakan putar piring diatur lewat rangkaian komponen mekanik yang bekerja dengan sistem hidrolis. Di sisi semua mata bajak ada lubang. Bila piring berputar dan pisau mulai menyerut, serpihan tanah terlempar ke belakang lewat lubang-lubang itu. Secara otomatis tanah galian dimasukkan ke saluran untuk kemudian diangkut dengan ban berjalan. Panjang mesin TBM ini, termasuk jaringan pembuangan, 200 meter. Mesin TBM itu kini dalam perjalanan ke Pelabuhan Teluk bayur, Padang. Kalau tugas di Singkarak selesai, mesin raksasa yang disewa itu dipulangkan. Sampai pekan lalu terowongan dari Danau Singkarak itu baru tergali sekitar 200 meter dengan dinamit. Mesin TBM akan berkerja dari titik kilometer 2 sampai 10. Sisanya dibobol dengan dinamit, sampai ke Asam Pulau. Sepanjang 16,2 km pertama, terowongan air dibuat landai. Namun, sampai di tebing Asam Pulau, lorong air itu dibuat menukik dengan sudut 60 derajat sejauh 300 meter. Di ujung terowongan empat buah turbin menanti terjangan air. Setelah memutar turbin, air dibuang lewat terowongan sejauh 2,5 kilometer. "Proyek ini tak mengganggu aktivitas manusia di atas tanah, tak perlu penggusuran," kata Syahril. Namun banyak yang meragukan keamanan terowongan ini. Sebab perut Merapi masih sering bergolak. Maklum, gunung itu berada di daerah gempa Patahan Semangka. Yanuar Muin, bekas Kepala Proyek Pembangkit dan Jaringan Listrik Sum-Bar dan Riau, arsitek PLTA Sing karak itu, tak cemas. Konstruksi terowongan PLTA Manin jau di perut Gunung Singgalang yang juga berada di jalur Patahan Semangka, kata Yanuar, terbukti ampuh menghadapi beberapa kali gempa. "Saya yakin konstruksi terowongan Singkarak ini juga tahan gempa," ujar Yanuar, yang kini disebut-sebut sebagai salah satu calon gubernur Sum-Bar. Untuk mendapatkan setrum 175 MW diperlukan investasi Rp 900 milyar. Sepintas, PLTA Singkarak tergolong mahal dibandingkan dengan PLTG Tanjungpriok yang menelan biaya Rp 2 trilyun untuk menghasilkan listrik lebih besar, yakni 1.100 MW. Tapi tampakya uang akan cepat balik karena biaya operasi PLTA lebih murah dari pembangkit apa pun. Dengan produksi listrik 986 juta KWH, PLTA Singkarak bisa menghasilkan Rp 118 milyar setahun. Putut Trihusodo (Jakarta) dan Fachrul Rasyid (Padang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus