Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ilmu gertak sang

Suryadi, gembong perampok di Sum-Ut tertangkap di Langsa Aceh Timur. Merampoknya memakai topeng menakut-nakuti & memperkosa istri atau anak korban. Pernah mencoba mau mendinamit Tanjung Gusta. (krim)

27 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMA Suryadi sementara boleh dihapus dari dunia hitam di Sumatera Utara. Gembong begundal yang pernah punya anak buah hingga 56 orang itu, akhirnya, diringkus dengan mudah di Langsa, Aceh Timur, Selasa awal bulan ini. Tatkala Suryadi masih merajalela, tak kurang dari kapolda Sum-Ut ikut mengubernya. Menurut kepala Satserse Poltabes Medan, Mayor Paimin A.B., sepanjang tahun lalu saja, gang Suryadi setidaknya melakukan 16 kali perampokan dengan modus: mengenakan topeng dan menakut-nakuti korban dengan golok membawa minyak tanah yang disiramkan ke sekeliling rumah sementara korban diikat, dan kadang istri atau putri korban diperkosa beramai-ramai di depan suami atau orangtuanya. Kepada TEMPO, Suryadi membantah tentang perkosaan-perkosaan itu. "Saya melarang anak buah melakukan perbuatan mesum itu," ujar Suryadi. Seperti kebanyakan anak buahnya, ayah empat anak ini berasal dari keluarga broken home. Sejak kecil, ia tak lagi mengenal ibunya, yang pergi lantaran kawin lagi. Ayahnya pun sering tak tampak di rumah: suka minum tuak dan berjudi. Di kelompoknya Suryadi mendapat panggilan "mayor". Artinya, ia orang pertama dari kelompoknya. Menurut Suryadi, masih banyak lagi kelompok perampok bertopeng lainnya di Sum-Ut. Seluruh kelompok itu dipimpin oleh Usman Bais, bekas sersan dari kesatuan Arhanud. Sebagian gembong-gembong tersebut, termasuk Usman Bais sendiri, roboh dilindas "petrus" pada 1983. Mengetahui namanya masuk daftar "petrus", Suryadi lantas hengkang ke hutan. Dari sana, ia menyusun rencana untuk membebaskan puluhan anak buahnya yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, Medan, dengan cara: mendinamit! Tapi, upaya itu belum terlaksana, pihak polisi sudah menciumnya. Suryadi lari ke hutan Desa Tembengan Pancurbatu, Deli Serdang, seraya meninggalkan dua TNT yang akan digunakan untuk mendinamit penjara. Polisi mengepung hutan itu. Namun, anehnya, Suryadi dan kawan-kawan bisa menghilang. Suryadi sendiri melarikan diri ke Langsa dan menyamar sebagai petani. Di sana ia membangun kelompok baru, yang beranggotakan buron polisi Medan, dan beroperasidi Kabupaten Langkat. Dari anggota kelompok baru yang jatuh ke tangan polisi itulah akhirnya persembunyian Suryadi diketahui. Apa resep "keberhasilan"-nya? Kata Suryadi, "Kami pura-pura galak saja. Kalau digertak, belum tentu melawan." Nah. James R. Lapian Laporan Monaris Simangunsong (Medam)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus