Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan permohonan maaf atas kinerja Polri sepanjang 2024 yang belum memenuhi harapan masyarakat. Ia mengakui bahwa kinerja Polri masih jauh dari sempurna. “Tentunya kami terus akan melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang masih dirasakan kurang oleh masyarakat,” kata Sigit dalam keterangan tertulis, Rabu, 1 Januari 2025. “Mohon kami terus dikoreksi dan dievaluasi.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengawasan dari masyarakat —termasuk para aktivis, kementerian, lembaga negara maupun daerah -- dianggap perlu untuk dijadikan pegangan institusi Kepolisian dalam melakukan pembenahan. Ke depannya, Sigit berharap Polri bisa terus melaksanakan tugas menjadi pelayan masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun kinerja Polri sepanjang 2024 didominasi sentimen negatif di media sosial. Dari 7.128.944 interaksi yang tercatat, sebanyak 46 persen atau 3.311.485 interaksi bernada negatif. Data ini diungkapkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam acara rilis akhir tahun di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan.
"Sentimen positif hanya mencapai 37 persen atau 2.569.975 interaksi, sedangkan netral berada di angka 18 persen," ujar Sigit dalam pidatonya, Selasa, 31 Desember 2024. Analisis internal Polri menunjukkan sentimen negatif, kata dia, lebih sering muncul akibat tindakan kontraproduktif yang melibatkan personel Polri.
Sigit menjelaskan sentimen negatif mendominasi pada sembilan bulan sepanjang 2024, yakni Maret hingga Desember. Peristiwa menonjol yang melibatkan anggota Polri menjadi penyebab utama kritik publik. “Hal ini menunjukkan bahwa dinamika isu terkait Polri sangat dipengaruhi oleh perilaku personel di lapangan,” kata dia.
Sentimen positif hanya mendominasi pada Januari, Februari, dan Juli. Bulan-bulan ini kemungkinan besar didorong oleh keberhasilan Polri dalam mengungkap kasus besar atau inisiatif strategis yang mendapat apresiasi publik. Namun, rentetan kasus pelanggaran etika dan penyalahgunaan wewenang pada bulan-bulan lain lebih menarik perhatian dan amarah publik.
Twitter atau X menjadi platform dengan interaksi tertinggi, yaitu 4.864.511 unggahan, disusul YouTube (1.118.709), Instagram (440.256), TikTok (378.833), dan Facebook (326.635). Tingginya proporsi sentimen negatif mencerminkan bahwa media sosial kini menjadi barometer utama kepercayaan publik terhadap institusi Polri.
Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.