Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus prostitusi online berkedok grup LINE berisi konten live show mesum yang diungkap Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat beberapa waktu lalu masih menyisakan ironi. Salah satu model atau talent di grup tersebut diketahui pelajar SMA di Jakarta berumur 16 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Unit Kriminal Khusus Polres Jakarta Barat Ajun Komisaris Erick Ekananta Sitepu mengatakan talent mengaku tidak dipaksa oleh admin atau muncikari untuk bergabung. Hubungan antarkeduanya diakui saling menguntungkan. "Kalau talent butuh duit untuk jajan, kalau admin motifnya untuk bisnis," kata Erick, Senin, 4 Februari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah pasti remaja yang menjadi model dalam grup-grup mesum tersebut belum disampaikan polisi. Namun menurut Erick, kebanyakan adalah remaja yang masih tinggal bersama orang tua.
Ihwal motif masuk ke dunia prostitusi, sejauh ini diketahui remaja itu membutuhkan uang. "Kalau saya lihat di sini, talent yang lebih butuh admin, mereka yang minta ke admin untuk di invite ke grup-grup itu," kata Erick.
Menanggapi hal itu, Komisioner Bidang Trafficking dan Eksploitasi Anak KPAI Ai Maryati Solihah mengatakan kebanyakan anak-anak yang masuk ke dunia prostitusi, baik online maupun konvensional, tidak atas keinginan sendiri. "Kalau mereka ditanya, karena keinginan sendiri atau diajak orang? Karena diajak, dan dipikir-pikir mau juga," kata Ai kepada Tempo, Kamis, 7 Februari 2019.
Ai menjelaskan bahaya baru datang setelah anak-anak itu masuk ke jaringan prostitusi. Mereka tidak akan bisa keluar begitu saja.
Menurut Ai, muncikari akan memonitor, mengarahkan, bahkan mengancam anak. "Artinya, ada penguasan tubuh seorang atas orang lain, itu yang kita disebut tindak eksploitasi," ujarnya.
Kalau pun ada kesepakatan antara anak dengan muncikari atau bahkan anak yang meminta menjadi prostitusi, kata Ai, KPAI tetap menganggap mereka sebagai korban. Alasannya, anak-anak itu tidak merdeka atas tubuhnya.
Untuk mengetahui jawaban sebenarnya dari anak, Ai meminta polisi menghadirkan psikolog. Menurut dia, psikolog akan membantu menganilisa kondisi tubuh, jiwa dan mental anak. Namun, Ai menyakini bahwa hasilnya akan menunjukkan bahwa tidak ada anak yang benar-benar rela masuk ke dalam dunia prostitusi. "Keterpaksaan mereka dalam pengertian ketersesatan, mereka tidak mengerti," ujarnya.
Polisi telah menetapkan lima admin grup live show mesum itu sebagai tersangka yakni SH, 23 tahun, ZJ (23), WN (23), HAM (23), dan RM. Para tersangka saling mengenal satu sama lain. Dala kasus tersebut, model atau talent diberi uang antar Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta untuk live show telanjang, sedangkan untuk siaran langsung hubungan intim, model mendapat Rp 1 juta sampai 1,5 juta.