Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM Universitas Trilogi, Muhammad Said Al-Haroro, mengatakan kampusnya belum menentukan sikap atas intimidasi dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tidak dikenal di kampusnya. Menurut dia, kampus seharusnya menjadi ruang aman bagi mahasiswa untuk berpendapat. Namun, hingga saat ini Said mengaku belum ada perlindungan atau sikap secara jelas dari pejabat kampus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kampus sampai sekarang masih belum punya standing point yang tepat, terkait dengan korban dan diskusi kami,” kata Said saat dihubungi TEMPO pada Jumat, 9 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Intimidasi itu terjadi ketika mahasiswa Trilogi, mahasiswa dari kampus lain, serta kelompok organisasi lain merencanakan rapat konsolidasi bertajuk “Pemilu Curang dan Pemakzulan Presiden Joko Widodo (Jokowi)” di UniversitasTrilogi pada Sabtu, 3 Februari 2024 lalu. Said mengaku, beberapa jam sebelum konsolidasi, kampus melarang kegiatan tersebut dengan mengunci seluruh ruangan di Universitas Trilogi.
Akhirnya, lokasi rapat dipindah ke luar area kampus, yaitu Balai Warga. Pukul 22.30, sekitar 15 orang diduga preman datang ke balai. Mereka meminta penyelenggara acara segera mengubah judul diskusi, menghentikan rencana demonstrasi pemakzulan Presiden Jokowi, dan mengancam akan melakukan kekerasan jika rapat konsolidasi dan demonstrasi tetap dilanjutkan.
Salah satu orang kemudian melakukan kekerasan fisik terhadap salah satu panitia rapat konsolidasi dari mahasiswa Universitas Trilogi yang sedang berjaga di depan gerbang Balai Warga. Mahasiswa baru yang mendapat kekerasan itu mengalami benjol dan memar di bagian dahi kepala.
Lokataru Foundation akhirnya melaporkan salah satu orang bernama Azis Fadirubun ke Polres Jakarta Selatan. Mantan aktivis mahasiswa itu diduga melakukan intimidasi dan penganiayaan di Universitas Trilogi.
Said mengatakan, kampus seharusnya sudah tahu dengan adanya kejadian tersebut. “Mereka jelas tahu, dari beberapa pejabat kampus mereka banyak yang ngirim (beritanya) ke saya,” ujar Said. Namun, Said menduga kampus masih bingung menentukan sikap karena rektor mereka sedang umrah.