Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Komar, setelah dijemput polisi

Kantor polsek kebayoran lama, jak-sel nyaris dibakar massa. gara-gara kematian komaruddin, yg tewas dua hari setelah ditahan polisi. diduga korban terlibat pencurian kendaraan bermotor.

25 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang kader Pemuda Pancasila tewas dua hari setelah ditahan polisi. Massa marah dan nyaris menyerang kantor polisi. POLISI bisa pula dicekam ketegangan. Begitulah yang dialami petugas di Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu dua pekan lalu. Markas mereka sunyi senyap. Beberapa petugas berpakaian preman hilir mudik dengan sikap waspada. Ketika itu tersiar kabar bahwa markas mereka akan dibakar oleh puluhan warga di sekitarnya yang terbakar kemarahan. Tidak jauh dari kantor polisi itu, di depan rumah bilyar Dhumas, ratusan penduduk berjubel mengerumuni sebuah keranda. Tua, muda, laki-laki, dan perempuan, semuanya berteriak-teriak, mengumpat dan memaki polisi. Ada pula yang membawa kantung plastik berisi bensin. Lima mobil siap membawa mereka menuju markas polisi tersebut. Di tengah "teriakan-teriakan perang" itu muncul Ketua Pemuda Pancasila (PP) cabang Jakarta Selatan, Haji Heri, dan ketua RW di Pondok Pinang, Kebayoran Lama, M. Yasin. Mereka mencoba menenangkan massa. Berkat mereka emosi massa reda sehingga kekacauan tidak sempat terjadi. "Kalau menyerbu pun tak bakal menjumpai siapa-siapa. Soalnya, markas polisi juga sudah sepi," kata seorang warga. Di dalam keranda itu terbujur jenazah seorang kader Pemuda Pancasila, Komarudin, yang memicu kemarahan massa tersebut. Bujangan 25 tahun yang dipanggil dengan nama Komar itu jadi mayat dua hari setelah "dijemput" tujuh oknum polisi. Ahad malam itu, seperti biasanya, Komar bertugas menjaga rumah bilyar Dhumas. Ia menemani Yoyok -- tamu tetap di situ -- bermain bilyar sampai tengah malam. Tiba-tiba, Komar didatangi oknum polisi berpakaian preman. Mereka terlibat pembicaraan serius. Sesaat kemudian, oknum itu keluar diiringi Komar, menuju minibus putih di seberang jalan. Yoyok pun ikut keluar. Ia menyaksikan ada enam orang, selain oknum yang mengobrol dengan Komar, di minibus itu. Meskipun semuanya berpakaian preman, Yoyok kenal mereka. Mereka adalah anggota Polsek Kebayoran Lama yang juga sering datang ke Dhumas. Disaksikan Yoyok, Komar dipanggil supaya mendekat ke mobil. Namun, begitu Komar mendekat, tiba-tiba tubuhnya dijerembabkan oknum tadi ke dalam mobil. Langsung saja minibus itu tancap gas menuju arah selatan. Yoyok hanya bisa berteriak, tanpa bisa berbuat apa-apa. Setelah semalaman Komar tak pulang, pemilik rumah bilyar itu menyuruh adiknya, Haji Heri, mencari Komar. Tokoh Pemuda Pancasila ini mendatangi markas Polsek Kebayoran Lama karena tahu para petugas di situ yang membawa anak buahnya. Namun, ia tak menemukan apa-apa selain tulisan "Saudara Komarudin tak boleh dibesuk". Haji Heri kemudian melaporkan masalah ini ke Pomdam Jaya. Baru pada siang harinya polisi memberikan alasan penangkapan Komar itu kepada ayah Komar, Muhammad. Menurut polisi, Komar ditahan karena mencuri sebuah sepeda motor di kawasan Bintaro. Muhammad, yang dikenal sebagai guru mengaji, kaget. Sebab, setahunya Komar, yang siang hari bekerja di satu perusahaan kontraktor itu, anak pendiam dan pemalu. Tak mungkin ia mencuri. Muhammad menyuruh tetangganya mengecek keadaan Komar. Namun, seperti Haji Heri tadi, si tetangga pun tak menemukan Komar. Teka-teki itu baru terjawab pada malam harinya. Seorang polisi ditemani Lurah Pondok Pinang memberi kabar kepada Muhammad bahwa anaknya sudah berada di RSCM. Surat keterangan dokter menyebutkan bahwa Komar meninggal karena sakit. Anehnya, menurut kabar yang dibawa Haji Heri setelah menjenguk di RSCM, sekujur jasad Komar penuh bekas pukulan. Kuku jari kakinya copot semua. Dan dari belakang telinga kanannya mengalir darah. Melihat kondisinya yang menyedihkan, Haji Heri memutuskan untuk mengambil jenazah Komar pada keesokannya, setelah dimandikan dan dikafani. Apa penyebab kematian Komar masih harus menunggu hasil otopsi, yang akan keluar dalam minggu ini. Kapolres Jakarta Selatan, Letnan Kolonel Sudirman Ail, yang dihubungi TEMPO, menolak berkomentar. Yang jelas, ketujuh oknum polisi sudah ditahan di Pomdam Jaya. Ketua Pemuda Pancasila DKI Jaya, Yorris Raweyai, menganggap tewasnya Komar sebagai masalah pribadi, tak ada sangkut-pautnya dengan organisasinya. Maka, PP tidak akan menuntut polisi atas meninggalnya wakil ketua pengerahan massa PP ranting Pondok Pinang itu. "Ini masalah citra organisasi. Anggota kami itu terlibat dalam pencurian kendaraan bermotor, masa kami mau menuntut? Ini kan salah," kata Yorris. Ivan Haris dan Ardian Taufik Gesuri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus