TAK ada penduduk Dusun Tompak, Desa Wiladeg, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, yang menyangka Sariman, 20 tahun, seorang pemuda di desa itu, begitu bejat. Selama ini anak itu dikenal rajin bekerja dan tak banyak tingkah. Ternyata, menurut pengakuannya, diam-diam, ia telah "melalap" gadis-gadis kecil di bawah umur di desanya sendiri. Selama dua tahun terakhir ini, menurut pengakuan pemuda bertubuh pendek dan berambut ikal itu, ia telah "menggagahi" 8 anak usia antara 4 dan 12 tahun. Semua itu, katanya, bisa dilakukannya dengan berbagai cara. Ada yang didapatkannya karena bujuk rayu disertai janji diberi sejumlah upah, ada pula dengan cara paksa. Sebenarnya selama ini sebagian orangtua korban sudah tahu kejahatan Sariman. Tapi mereka diamkan saja. "Mereka takut nama baiknya tercemar," ujar sumber TEMPO di Polres Gunung Kidul. "Kalau saja dari dulu mereka lapor, jumlah korban tidak sebanyak ini," tambah sumber itu. Kejahatan Sariman baru terungkap setelah ia menggauli seorang gadis berusia 4 tahun -- sebut saja bernama Uty -- awal Maret lalu. Akibat perbuatannya itu, Uty selalu meringis dan kadang menangis kesakitan setiap kali mau pipis. Ibu si anak kaget, curiga, lalu memeriksa kemaluan bocah itu. Ternyata kemaluan gadis itu menderita luka-luka akibat tekanan benda tumpul. Uty pun ditanyai ibunya. Suatu hari, menurut pengakuan Uty, ia bersama teman-teman sebayanya sedang bermain di halaman rumah tetangganya. Tiba-tiba Sariman datang, lalu menangkap dan menggendong Uty. "Ayo, saya antar pulang," begitu kata Sariman. Tapi Uty dibawa pemuda itu masuk ke kamarnya. Kebetulan rumah Sariman -- sejak orangtuanya ikut transmigrasi ke Lampung hanya dihuninya bersama neneknya. Di rumah itulah Uty digarap. "Anu saya dimasuki anunya Kang Sariman," kata bocah itu. Setelah puas, Sariman memberinya uang Rp 100 disertai pesan, "Jangan bilang kepada siapa pun!" Mendengar pengakuan anak itu, Sukatmo kaget. "Rasanya saya bak disambar petir di siang bolong," ungkap Sukatmo, ayah si bocah. Lelaki itu segera melaporkan kejahatan itu kepada pamong desa setempat. "Saya ingin agar persoalan itu diselesaikan melalui jalur hukum," ujar Sukatmo, yang agaknya sudah termasuk keluarga sadar hukum alias kadarkum. Lalu Sariman dipanggil ke balai desa. Di situ pula ia terus-terang mengakui perbuatannya, Tapi yang lebih mengagetkan: pemuda jebolan kelas V sekolah dasar ini mengaku pula telah menyetubuhi 8 anak, termasuk adiknya sendiri -- dari satu ibu lain ayah -- yang namanya kita panggil saja Tusi, 6 tahun. Korban lainnya: Parni, 6 tahun, Prapti, 12 tahun, Sumarni, 9 tahun, Wasiah, 9 tahun, dan Sumiati, 7 tahun, -- semuanya bukan nama sebenarnya. Ramai-ramai orangtua para korban ini mengadu ke Polres Gunung Kidul di Wonosari. Atas dasar itu, Jumat pekan lalu, polisi menahan Sariman. Di depan polisi, Sariman mengaku, dari 8 anak itu hanya tiga anak yang berhasil dicabulinya. Lainnya, "Saya tidak bisa memasukkan, karena kecil," kata bekas kenek angkutan di Wonosari ini. Tapi ternyata lima di antara 8 korban mengalami luka-luka pada kemaluannya. Hanya saja, untuk mendapat kepastian, polisi meminta pemeriksaan resmi dari dokter. "Kami masih menunggu visum dari Rumah Sakit Umum Wonosari," kata sumber polisi. Sampai saat ini belum bisa dipastikan apakah Sariman menderita kelainan jiwa atau tidak. Tapi pemuda itu memang mengaku suka mengintip tetangganya, ketika si tetangga melakukan hubungan suami-istri. "Saya terangsang menggauli anak-anak itu, setelah saya melihat tetangga melakukan hubungan sebadan," ungkap Sariman.SC dan Slamet Subagyo (Yogya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini