Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Khaidar, korban yang diculik dan dianiaya bersama Imam Masykur, dihadirkan dalam sidang terhadap satu anggota Paspampres dan dua oknum TNI di Pengadilan Militer Cakung, Jakarta Timur, hari ini. Khaidar memberikan kesaksiannya perihal kronologi penculikan dan penganiayaan yang menimpa dia dan Imam Masykur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain Khaidar, Oditur Militer juga menghadirkan 3 saksi, termasuk ibu Imam Masykur.
Khaidar merupakan penjual obat-obatan ilegal di kawasan Condet, Jakarta Timur. Ia diculik dan dianiaya oleh anggota Paspampres Praka Riswandi Manik dan kedua anggota TNI lain, yaitu anggota Direktorat Topografi TNI AD Praka Heri Sandi dan anggota Kodam Iskandar Muda Praka Jasmowir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai saksi utama, Khaidar membeberkan kronologi penganiayaan yang menewaskan Imam Masykur di dalam mobil para penculik.
Khaidar menuturkan dia semula tidak tahu ada korban penculikan lain di dalam mobil itu. Dia baru tahu ada Imam Masykur setelah dimasukkan ke dalam bagasi mobil setelah menelepon bosnya untuk minta uang tebusan.
Ketika Khaidar dimasukkan ke bagasi, Imam Masykur dipindahkan dari bagasi ke ke jok tengah diapit dua terdakwa penculikan dan pembunuhan itu.
Dari apa yang didengarnya dari bagasi, Imam Masykur juga disuruh untuk menelpon bosnya untuk meminta tebusan Rp 50 juta. Namun Imam mengatakan tidak memiliki bos.
"Bang, bantu aku. Aku lagi ditangkap. Kirimin uang Rp 50 juta," demikian perkataan Imam Masykur yang didengar Khaidar.
Ia tidak tahu persis siapa yang Imam hubungi, tetapi ia bisa memastikan bahwa suara yang terdengar adalah suara laki-laki. Orang yang dihubungi Imam hari itu juga mengatakan tidak memiliki uang. Telpon kembali dimatikan oleh terdakwa.
Selanjutnya Khaidar mendengar Imam Masykur berteriak saat dipukuli terdakwa...
Khaidar Dengar Imam Masykur Dianiaya
Imam kemudian dipukul terdakwa karena gagal mencari uang tebusan. Khaidar tidak melihat kejadian itu, sebab ia ditaruh di bagasi. Namun, dari apa yang didengarnya, Imam berteriak setelah dianiaya terdakwa.
Setelah itu, Imam kembali dipindah ke bagasi, sementara Khaidar kembali ke jok tengah. Ia disuruh menelpon bosnya kembali. Akan tetapi, sudah tidak tersambung.
Khaidar pun dianiaya. Pelipis matanya bengkak akibat pukulan salah seorang terdakwa. Punggungnya juga dicambuk mengenakan kabel listrik. Setelah itu, terdakwa kembali menaruh Khaidar di bagasi, dan Imam didudukkan di jok tengah.
Ia mengatakan, bahwa Imam Masykur mencoba menghubungi adiknya untuk menanyakan keberadaan ibunya, Fauziah. Setelah berhasil terhubung ke ibunya, Imam Masykur meminta tolong agar dikirimkan uang Rp 50 juta sebagai tebusan.
"Malam begini mau cari uang ke mana," kata Fauziah dari sambungan telepon. Khaidar mengatakan bahwa Imam Masykur sempat berkata "Tolong carikan Bu, saya tidak kuat lagi."
Selama perjalanan itu, kata Khaidar, Imam Masykur sempat meminta minum dua kali. Kemudian terdakwa merasa kesal dengan itu. "Sudah dibaikin malah ngelunjak," ujar terdakwa.
Selanjutnya terdakwa mengancam ibu Imam Masykur akan membunuh dan membuang anaknya...
Khaidar juga menuturkan, ada ancaman dari terdakwa kepada ibu Imam Masykur jika tidak memberikan uang tebusan yang diminta. "Kalau enggak, maka anak ibu akan saya bunuh dan saya buang," kata salah seorang terdakwa mengancam. Khaidar mengaku mendengar ancaman itu sangat jelas, sebab terdakwa berbicara dengan keras.
Setelah itu, Imam dipindah kembali ke bagasi bersama Khaidar. Imam Masykur, tutur Khaidar, juga sempat mengeluhkan dadanya yang sakit dan menangis. Ibu Imam Masykur sempat menelepon kembali agar diizinkan mengirim uang tebusan itu besok.
Akan tetapi terdakwa tetap mengancam, jika uang tidak dikirim, Imam akan dibunuh dan dibuang.
Tak berselang lama setelah Imam dipindah ke bagasi, Khaidar diminta oleh para penculik untuk mengecek kondisi Imam.
"Mata saya masih ditutup. Tapi saya pegang nadinya, sudah tidak ada. Ketika saya taruh kaki saya ke kaki almarhum, sudah dingin," kata Khaidar.
Setelah diminta cek keadaan Imam, Khaidar kembali dipindah ke jok tengah. Salah seorang terdakwa kembali mengancam Khaidar. "Kamu mau kayak dia?" tanya terdakwa. Khaidar menolak.
Kemudian Khaidar diperintahkan untuk turun dari mobil. Seingat Khaidar, ia diturunkan di pintu keluar tol Mekarsari, Bogor. Khaidar tidak tahu jam berapa Imam meninggal setelah dianiaya di dalam mobil.
Setelah turun dari mobil, Khaidar menjumpai petugas tol yang membantunya keluar.
Setelah penculikan dan penganiayaan itu, Khaidar belum pernah melakukan visum atau diperiksa rumah sakit.
Selain Khaidar, hari ini Oditur Militer juga menghadirkan ibu Imam Masykur, Fauziah beserta adiknya Fakhrurozi dan Said Sulaiman dalam sidang perkara penculikan dan pembunuhan itu.
Pilihan Editor: Jadi Saksi Utama di Sidang Pembunuhan Imam Masykur, Korban yang Selamat dari Penculikan Beri Kesaksiannya