Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ludah berdarah

Istrinya yang sedang hamil meludah sembarangan. zein yang berasal dari aceh itu menjadi tumbal. di medan, ia dianiaya tetangganya sampai tewas.

5 Maret 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAGI itu Aisyah hendak mencuci pakaian di kamar mandi umum. Ketika melewati rumah kopel yang ditempati Hamidah, ia mual- mual dan berkali-kali meludah. Rupanya, Hamidah, 50 tahun, tersinggung, lalu memaki Aisyah. Penjelasan dari wanita berusia 22 tahun yang sedang hamil empat bulan ini tak diterimanya. Sepulang Muhammad Zein Abadi dari kerja, Aisyah mengadukan makian Hamidah kepada suaminya itu. Lalu warga Tanjung Mulia Hilir, Medan, itu mendatangi Hamidah. "Kenapa Ibu memaki istri saya. Ia meludah kan bawaan hamil, bukan menghina Ibu," katanya. Hardikan ini diladeni Hamidah. Buntutnya, Zein, 27 tahun, memukul dinding rumah. "Sudahlah, kalau istri saya salah, saya minta maaf," katanya. Sorenya, Murdani Lubis, 29 tahun, anak Hamidah, gantian mendatangi Zein. Terjadilah adu jotos. Zein yang bertubuh kekar sulit dikalahkan. Murdani pulang. Dan malamnya, sehabis berbuka puasa, ia bersama adiknya Amri, 17 tahun, dan dua tetangganya, Agus Salim Pohan dan Sayuti, mendatangi Zein. Setelah pertengkaran mulut, lalu terjadi pengeroyokan. Murdani mencekik leher Zein. Agus dan Sayuti memegangi tangannya. Amri mencabut pisau lipatnya lalu ditikamkan bertubi-tubi ke perut dan rusuk kanan Zein. Ia terkapar. Keempat orang itu kabur. Aisyah menjerit minta tolong. Tapi, Zein tak tertolong. Ia meninggal dengan tujuh tusukan, Jumat dua pekan lalu. Amri, Murdani, dan Agus, 20 tahun, ditangkap tak lama setelah kejadian. Sayuti buron. "Jejaknya sudah diketahui, tinggal menciduknya," kata Letnan Dua C.H. Dalimunthe, Kepala Unit Serse Polisi Sektor Labuhan Deli. Amri, yang ditemui TEMPO di sel, mengaku tak berniat membunuh. Buruh tamatan SD itu terbawa emosi karena ibunya dihina. Dan menurut Murdani, beberapa hari sebelumnya, ketika bertemu ibunya mencuci ikan, Aisyah yang mengandung anak pertama itu juga meludah terus. "Ia menghina ibu saya," kata jebolan kelas V SD itu. Agaknya, konflik ini tidak cuma soal ludah saja, tapi boleh jadi berhulu ke iri. Sebab, Zein, yang asal Aceh dan baru delapan bulan di sana, mampu menyewa barak Rp 15.000 sebulan. Ia bekerja sebagai pembuat jok mobil. Para pengeroyok hanya menempati barak bertarif Rp 5.000 sebulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus