Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Matinya Di Juru Bayar

Jur bayar gaji guru-guru agama wilayah amuntai utara (hulu sungai utara) ditemukan sudah jadi mayat di bawah jembatan paliwara. Bersamanya raib uang gaji guru agama Rp 2 juta lebih. (krim)

10 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HORMANSYAH Achmad juru bayar gaji guru-guru agama untuk wilayah Amuntai Utara Kabupaten Hulu Sungai Utara ditemukan mati terapung di bawah jembatan Paliwara. Pada batang lehernya terdapat bekas kena pukulan benda keras. Ia diduga mati karena dibunuh. Tentu saja kematian sang juru bayar ini menimbulkan panik yang tidak hanya terbatas pada anak bininya saja. Sebab. 109 orang guru agama di wilayah Amuntai Utara itu, turut terkena musibah: Rp 2.150.000 uang gaji mereka ikut lenyap. Hari itu Senin, 2 Pebruari. Dari kantornya Hormansyah menuju kantor pos untuk mengambil gaji para guru agama dalam wilayahnya. Duit dapat. Dia kembali ke kantor. Tapi tidah berapa lama kemudian. Hormansyah keluar lagi tanpa diketahui kemana perginya -- ia keluar tanpa memberitahu. Hingga jam bubaran kantor. Hormansyah tidak kembali lagi. Hari Selasa pagi sejumlah guru agama yang seyogyanya sudah terima gaji pada hari Senin itu, kumpul di kantor juru bayar untuk mengambil gaji mereka yang tertunda sehari. Namun apa mau dikata sang juru bayar tidak masuk. Dan rasa curigapun timbul di benak gum-guru itu. Tidak cuma mereka, drs. Adjidan Noor Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara mengeluarkan perintah lisan untuk mencari Hormansyah ke rumahnya. Sekali lagi para guru tersebut harus bersabar: Hormansyah tidak ada di rumah. Ia tidak datang ke rumah sejak Senin kemari ujar isteri Hormansyah seperti yang dikutip oleh Adjidan untuk TEMPO. Nyonya Hormansyah cemas sekali. Baik keluarga Hormansyah maupun guru-guru berpencar mencari si juru bayar. Namun usaha tetap sia-sia. Keesokan harinya guru-guru tadi kumpul lagi di tempat yang sama. Menanti dan menanti hingga terdengar orang ramai menuju jembatan Paliwara merekapun ikut pula melangkah ke sana. Maka tertunduk layulah para guru-guru itu ketika menyaksikan apa yang mereka lihat yang tiada lain adalah sekujur bangkai Hormansyah. Sementara orang sibuk mengurusi mayat yang masih berpakaian lengkap itu (kecuali sepatu) tidak jauh dari situ orangpun ramai menemukan sebuah sepeda di samping gedung Musyawarah. Ternyata sepeda itu milik almarhum yang baru ditemukan. Di saku celana dalamnya dijumpai pula duit kontan sebesar Rp 18 ribu. Duit itu dilipat begitu rapi dengan tulisan (pada tali pengikat) sebuah nama: Abdul Muin. Siapa Abdul Muin? Ia memang seorang guru agama di wilayah ini tapi sebulan tidak turun mengajar tanpa sebab. Karenanya uang yang Rp 18.000 itu milik Muin namun karena ia tidak turut tadi maka uang itu ditahan alias tidak dibayar dulu untuk sementara waktu begitu kata drs. Adjidan Noor yang juga anggota DPRD tk. I Kalsel. Kudu Dicicil Sehari kemudian fihak Komres Kepolisian 1305 meringkus 4 orang penduduk setempat yang disangka keras melakukan pembunuhan atas diri juru bayar gaji dengan motif perampokan uang sebesar Rp 2 juta lebih. Setelah diadakan pemeriksaan secara maraton selama 15 hari ke-4 tertuduh itu akhirnya dilepas oleh polisi dengan dasar: tidak terbukti melakukan pembunuhan, plus perampokan. Betulkah keempat orang yang dicurigai itu tidak terbukti bersalah? Wallahu alam. Yang jelas tidak terdengar kabar apakah mereka akan menuntut polisi atas penahanan terhadap diri mereka. Itu sekelumit nasib almarhum dan nasib para tersangka. Lalu bagaimana nasib para guru yang 109 orang itu yang gaji mereka selama satu bulan tak sempat mereka nikmati? Saya pribadi bisa memahami musibah ini ucap seorang guru yang nampaknya sadar ke mana harus minta pertanggunganjawab. Namun fihak Kanwil Depag tk I Kalsel tidak berpangku tangan seperti yang dikatakan Mastur Halim. Kanwil sudah mendrop uang untuk guru-guru sebesar Rp 1.100.000. Harap maklum uang yang diturunkan itu jangan dianggap sebagai pengganti uang yang lenyap. Sebab uang itu merupakan pinjaman yang kudu dicicil saban bulan oleh para guru yang bersangkutan menjelaskan Adjidan Noor. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: apakah betul almarhum Homansyah mati dibunuh karena dirampok di daerah yang pernah mendapat Prasamya Karya Nugrana yang terkenal sunyi dari ihwal kriminil itu? Kalau betul siapa pelakunya? Masih tanda tanya besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus