PERANG melawan judi belum berhenti. Empat perwira menengah polisi sampai perlu turun tangan sendiri memimpin sekitar 70 anak buah, saat hendak menggerebek sarang judi di Tanah Sereal, Jakarta Barat. Ini penyergapan terbesar yang pernah dilakukan, untuk membongkar sebuah kasus perjudian. Rumah bertingkat tiga, yang digerebek Jumat malam pekan lalu, itu memang bukan tempat biasa. Bangunan tersebut sudah mirip sebuah kerajaan, dengan berlapis-lapis penjagaan. Di situ Sie Hiong Lie, yang biasa dipanggil Ong Lie, 29, bercokol dan mengatur bisnis judi yang omsetnya dikabarkan mencapai Rp 1 milyar lebih sebulan. Malam itu, Ong Lie toh harus menyerah. Lelaki yang tubuhnya penuh tato itu ditangkap bersama istri dan belasan anak buahnya. Sampai Senin pekan ini, polisi menangkap lagi 34 orang tersangka lain, yang terdiri dari bandar, agen, pengecer, dan centeng. Penggerebekan ke "istana" Ong Lie dipimpin langsung Mayor Zyaeri, Kepala Dinas Kriminil Khusus Polda Jakarta. Tiga perwira menengah lain yang ikut terjun adalah Mayor Made Pastika, Mayor Risman Hamid, dan Mayor Budi Utama. "Kami mengerahkan sekian banyak petugas, untuk mengimbangi kekuatan lawan," kata Zyaeri. Informasi yang masuk, memang, menyebutkan bahwa Ong Lie merupakan orang kuat dan mempunyai cukup banyak pelindung. Judi yang diselenggarakan Ong Lie ada beberapa macam. Di antaranya hwa hwe judi buntut, Toto Singapura, dadu koprok, dan buntut Undian Harapan. "Oleh sementara anak buahnya, Ong Lie biasa dijuluki bocengli - tidak tahu aturan," kata sumber di Polsek Tambora. Supaya bisa mengeduk untung banyak, Lie biasa memainkan songka -- kosong angka. Artinya, nomor yang dia menangkan ialah yang penebaknya paling sedikit. Ini berlaku khususnya untuk judi jenis hwa hwe dan dadu koprok. Selain dikenal bocengli, Lie juga dikenal sangat licin. Sebelum ini, ia pernah lolos digerebek, padahal sebelumnya petugas tahu betul Lie ada di situ. Rupanya, kata sumber yang tadi, Lie lolos lewat lorong dan pintu rahasia yang cukup banyak jumlahnya di bangunan bertingkat tiga miliknya itu. Ong Lie, barangkali, satu kelas dengan tokoh judi lain di Medan bernama Lim Hong, 37, yang digelari big boss. Hong, yang menjadi buronan sejak Juni 1985, tertangkap di sebuah rumah di Jakarta Barat akhir Januari lalu. Omset judinya, kata sumber di Poltabes Medan, juga mencapai Rp 1 milyar lebih per bulan. "Dia punya hampir seribu agen, yang tersebar di semua kabupaten," kata sumber itu. Siapa saja yang ingin menjadi pengecer, subagen, atau agen, harus disumpah dahulu untuk tidak membocorkan rahasia bisnis mereka. Para bawahan cukup loyal karena Hong dikenal pemurah. Sampai-sampai, kata sumber itu, ada seorang oknum polisi memilih menjadi pengawal Hong daripada menjadi abdi negara dan masyarakat. Hong, kabarnya, juga tak pernah mengakali pemasang. Bila perlu, ia akan meminta bantuan keuangan kepada godfather-nya, seorang pemilik hotel dan seorang lagi pemilik sebuah bank swasta -- untuk membayar para pemenang. Hong malah heran mengapa judi kok dilarang. "Pemerintah 'kan tidak rugi. Ada yang mau memasang taruhan, ada yang mau membayar orang yang menang. Apa itu salah?" begitu kabarnya ia berkata saat diperiksa. Dia berkata begitu, tentu karena lebih sering untung ketimbang nombok. Coba kalau dia rugi melulu, omongannya tentu lain. Sur Laporan Ahmed S., Bunga S. (Jakarta), dan Monaris S. (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini