SEBETULNYA, Suin tinggal membubuhkan tanda tangan, dan dengan mudah ia mengantungi Rp 750 ribu tanpa perlu kerja keras. Tapi tukang becak dari Kediri itu ternyata belum lihai. Ia gemetaran ketika menerima segepok uang dari pegawai Bank Bumi Daya Kediri. Gara-gara gelagatnya itu, akhirnya kedok komplotan pencuri uang kiriman dari TKI (tenaga kerja Indonesia) di luar negeri terbuka. Sampai Selasa pekan lalu, Polwil Surabaya berhasil menangkap 12 tersangka sindikat pencurian kiriman uang dari TKI-TKI di Arab Saudi. Sebelas orang di antaranya adalah pegawai Kantor Pos Besar Surabaya. "Diperkirakan, kejahatan mereka sudah berlangsung sejak Agustus lalu dan sedikitnya menghasilkan Rp 8 juta," kata Kadispen Polda Ja-Tim, Letkol. Pol. Ivan Sihombing. Komplotan "tikus-tikus" pos itu, dalam penyidikan polisi, terbagi dalam kelompok Sunardi dan Burhanudin. Sehari-hari Sunardi bertugas mengawal sejumlah kiriman surat dalam perjalanan kereta api dari Surabaya ke Madiun. Selain itu, ia bersama dua temannya juga bertugas menyortir surat-surat yang dikawalnya. Berbeda dengan Sunardi, Burhanudin dan tujuh kawannya mencegat surat dari Arab Saudi langsung di kantor pos. Kebetulan mereka memang bertugas di bagian penyortiran surat di Kantor Pos Besar Surabaya. Sasaran kedua kelompok itu adalah surat dari Arab Saudi. Sebab, para TKI umumnya mengirim uang, melalui bank, untuk keluarganya di Indonesia. Kebanyakan mereka memakai jasa Bank Al Rahji di Arab Saudi, lalu uangnya ditransfer ke Bank Bumi Daya Cabang Kediri. Bukti pengiriman (draft bank) ini biasanya dikirim lewat pos tercatat atau dimasukkan ke dalam surat biasa. Di lembar draft itu tertulis nama dan nomor KTP calon penerima uang. Lembar surat pemberitahuan inilah yang dimangsa para "tikus" tadi. Setelah itu, mereka membuat KTP palsu dengan nama dan nomor KTP yang tertulis di draft bank. Ahli pembuatan KTP palsu ini adalah Slamet. Mudah, kan? Berbekal KTP palsu, siapa saja bisa disuruh mengambil uang kiriman itu di bank. "Bank hanya meneliti kecocokan nama dan nomor KTP si penerima uang dengan nama dan nomor KTP yang tertera di lembar draft," kata Kepala Bank Bumi Daya Cabang Kediri, Tobing. Toh perbuatan busuk itu akhirnya ketahuan juga. Kekeliruan besar komplotan itu terjadi ketika mereka menyuruh Suin, tukang becak tadi, agar mencairkan uang. Rupanya, Suin tak biasa membuat tanda tangan, apalagi mengambil uang ke bank segala. Akibat kegugupannya, ia langsung diamankan satpam BBD dan dibawa ke Polresta Kediri. Di kantor polisi itu ia mengaku cuma orang suruhan Slamet, kaki tangan Sunardi. Tiga hari kemudian, 14 Januari lalu, polisi menangkap Slamet. Kepada polisi, Slamet mengaku telah lima kali mencairkan uang TKI, yang ditugaskan komplotannya. Di rumah Slamet, polisi menemukan bukti-bukti keterlibatannya, antara lain fotokopi draft bank, 10 buah KTP palsu, dan stempel palsu. Sampai pekan lalu polisi masih mengejar tersangka otak komplotan itu, Suyoto, juga pegawai kantor pos. Semula Sunardi dan Burhanudin, konon, anggota Suyoto. "Tapi belakangan Sunardi dan Burhanudin tak mau bekerja sama dengan Suyoto, karena terlalu banyak mengambil keuntungan," kata Kabag Serse Polwil Surabaya, Mayor Pol. Sjapdoni. Pada saat yang bersamaan, seorang warga Sanan Kulon, Blitar, Salim Syafarudin, mengadu ke BBD Kediri dan meminta agar bank tersebut menahan pencairan uang yang dikirim oleh ibunya -- TKW di Arab Saudi. Sebab, dalam isi surat ibunya, Nyonya Misri dari Timur Tengah itu, ia mengirim uang US$ 900. "Tapi surat yang saya terima sepertinya sudah pernah dibuka dan bukti pengiriman uangnya sudah tidak ada," kata Salim. Kebetulan, tak lama setelah Salim melapor, seorang dengan membawa KTP atas nama Salim datang ke BBD, hendak mencairkan kiriman Nyonya Misri. Orang tersebut tentu saja langsung ditangkap. Ternyata, ia bernama Hartono, penduduk Sidoarjo. Kepada polisi, Hartono mengaku cuma suruhan Ridwan, seorang pemalsu KTP. Tersangka Ridwan ternyata di luar komplotan Sunardi dan Burhanudin. Ia mengaku mendapat order haram itu dari sopir kantor GIA Surabaya, Sutiman. Ketika Sutiman didatangi, di rumahnya polisi menemukan 2 lembar draft bank dari Kanada sejumlah US$ 2.000 dan US$ 4.000. "Menurut Sutiman, ia menemukan bukti pengiriman itu di dalam pesawat Garuda," ujar Mayor Pol. Sjapdoni. Artinya, "tikus-tikus" pos sudah ada di mana-mana? Bunga S., Zed Abidien, dan Herry Mohammad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini