Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Menuju hari-hari tanpa gali

Pejabat jawa tengah dan yogya mengumumkan hasil penumpasan gali, dan jumlah korbannya. di jakarta, bandit-bandit mulai mati korban penembakan misterius. (krim)

28 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI Sabtu pekan lalu kamar mayat RSCM, di Jakarta Pusat, masih sibuk. Bau busuk menyengat ke mana-mana. Di situ ada enam jenazah tergeletak di atas tandu dan tertutup kain hijau. Sosok-sosok kaku itu adalah sebagian dari mayat-mayat yang ditemukan Kamis malam. Mereka menyusul belasan korban "penembakan misterius" yang terjadi bulan Mei ini. Dugaan bahwa operasi pemberantasan gali dilancarkan pula di Jakarta -- menyusul pemberantasan di Yogya -- semakin kuat dengan berlanjutnya penembakan-penembakan misterius itu. Beberapa penjemput jenazah membenarkan bahwa korban adalah orang yang suka bikin onar. "Ia memang suka mabuk-mabukan, berkelahi, makan tidak bayar, atau memeras," ujar seorang pengurus RT 15/RW 05, Bali Matraman, menggambarkan almarhum Udin Suparman, 19 tahun, yang dijemputnya. Udin, katanya, tertembak ketika digiringnya ke kantor RW bersama orangtua anak itu. Kebetulan Udin, malam Kamis itu dicurigai melakukan pencurian di kampung itu. Tapi sekitar 200 m dari kantor RW, di kegelapan malam, tiba-tiba terdengar bunyi letusan. "Saya kira bunyi petasan," katanya. Ia baru sadar bahwa itu suara tembakan ketika Udin merintih dan jatuh berlumur darah. Tapi siapa penembak Udin dan korban lainnya? Entah. Pihak kepolisian mengatakan bahwa masih menyelidiki kasus penembakan di berbagai tempat di wilayah DKI itu. "Tidak ada petugas yang terlibat penembakan, dan sampai hari ini belum ada perintah tembak di tempat," ujar Danres Jakarta Timur, Letkol. Pol. Kasmiyanto, yang di wilayahnya ditemukan beberapa jenazah. Komandan Kodim Jakarta Timur, Letkol. Siswandhi, juga membantah ikut operasi menembaki bandit. Juga mengaku belum mendapat perintah untuk itu. Ia memang membenarkan bahwa ada desas-desus, seakan-akan operasi penumpasan gali dilan carkan dengan cara seperti di Yogya. "Yang jelas tidak ada satu pun anak buah saya yang menjadi penembak misterius," kata Siswandhi lagi. Pihak polisi menduga, yang membunuh beberapa bandit Ibukota itu adalah kalangan mereka sendiri. "Orang seperti mereka kan tidak hidup sendiri -- umumnya punya komplotan atau saingan. Bisa saja bentrokan terjadi gara-gara pembagian rezeki antarkomplotan sendiri," ujar Danres Kasmiyanto. Lain di Jakarta lain pula di Yogya dan Jawa Tengah. Kasi Pendak Jawa Tengah dan DIY, Mayor Harjono, pekan lalu terus terang mengumumkan bahwa ada 86 penjahat di wilayahnya terbunuh. Sekitar 43 orang, katanya, tewas akibat luka-luka ketika ditangkap, 27 orang tewas di tempat, dan 16 orang lainnya dikeroyok massa. Tindakan itu, menurut Haryono terpaksa diambil, karena penjahat sudah menunjukkan perilaku menantang dan meresahkan masyarakat. Hasilnya, kata Komandan Kepolisian Semarang, Kol. Pol. Edison D. Haloho, gangguan kejahatan di Semarang turun deras. "Kalau dulu setiap hari ada sekitar sepuluh laporan masuk, sekarang seminggu tidak sampai sepuluh laporan," ujar Edison. Pun, sebuah organisasi para gali, "Fajar Menyingsing", diam-diam ternyata sudah tidak berfungsi lagi. "Sebelum kami bubarkan, ternyata mereka telah bubar sendiri," tambah Edison lagi. Para gali memang kalang-kabut, digebuk operasi yang dilancarkan sejak awal tahun ini di seluruh Pulau Jawa. Sekitar 1.000 orang menyerah. Banyak pula yang lari atau berpindah kota. Bahkan ada yang sampai bunuh diri, seperti terjadi di Kabupaten Bantul, Yogya. Seorang gali, A. Gani, tewas menenggak obat serangga. Rekannya yang lain, Amat, sempat diselamatkan akibat perbuatan serupa. Menurut harian Sinar Harapan, Gani sempat menulis surat wasiat, yang berbunyi: "Lebih baik saya bunuh diri daripada tertangkap petugas." Sehari sebelumnya kakak Gani, Saelan, tewas kena keroyok penduduk. Begitu penembakan misterius terjadi di Jakarta, Ketua Yayasan LBH Indonesia, Adnan Buyung Nasution, memprotes. Ia menganggap bahwa mengganyang gali model Yogya sebagai tindakan main hakim sendiri, (TEMPO, Nasional 21 Mei). Wakil Ketua Mahkamah Agung, R.H. Poerwoto Soehadi Gandasubrata, akhir pekan lalu, uga mengeluarkan pernyataan yang senada. "Penembakan harus bisa dipertanggungjawabkan -- tidak bisa main tembak begitu saja," katanya sambil mengingatkan bahwa petugas juga terikat dengan hukum dalam menjalankan tugasnya. Semua peringatan itu segera dijawab Pangab/Pangkopkamtib Jenderal Benny Moerdani. Tindakan aparat keamanan dalam menanggulangi kejahatan, katanya, selalu berlandaskan hukum. "Indonesia adalah negara hukum, sehingga kewajiban kita semua untuk bertindak berdasarkan hukum," ujar Benny ketika menjawab pertanyaan wartawan di Istana Negara, Sabtu lalu. "Penembakan hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa," tambahnya. Namun, bukan tidak ada residivis atau gali atau apa pun namanya, yang tetap tewas walau sudah menyerahkan diri. Supeno, misalnya, yang menyerahkan diri 12 April lalu ke Garnisun Yogya, dan kemudian diserahkan ke polisi, "tiba-tiba saya tahu ia telah mati," ujar istrinya. Nyonya Supeno diantar beberapa tetangganya mengambil mayat itu ke RS Sardjito. "Saya tidak tega melihatnya, karena banyak mayat di sana yang sudah membusuk," cerita Ny. Supeno. Sampai kini belum begitu jelas berapa sebenarnya gali Yogya yang tertumpas. Ada sumber menyebut 60 orang. Tapi, kata Komandan Korem Pamungkas Kolonel Siswadi, "korban itu ekses, tindakan itu merupakan pilihan terakhir, dan hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa," kata Siswadi, sambil menegaskan bahwa penumpasan gali tidak akan dihentikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus