Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hukum

Modal Ngibul Guru Cabul

Setelah ditangkap karena kasus narkotik, Gatot Brajamusti dilaporkan memperdaya perempuan di bawah umur. Membual sebagai turunan nabi dan raja jin.

3 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMBARI terisak, perempuan itu bercerita kepada penyelidik Subdirektorat Kekerasan Anak dan Wanita Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya. Indriana—bukan nama sebenarnya—menjelaskan awal pertemuan dia dengan Gatot Brajamusti pada 2008. "Ceritanya kadang tersendat. Dia masih trauma," kata Rhony Sapulette, kuasa hukum yang mendampingi Indriana dalam pemeriksaan pada Rabu dua pekan lalu.

Ketika itu Indriana, yang baru berusia 17 tahun, menonton konser penyanyi pop Reza Artamevia yang berduet dengan Gatot di salah satu stasiun televisi. Seusai pertunjukan bertajuk Lailatul Qodar itu, sebagai penggemar berat Reza, Indriana menghampiri penyanyi idolanya di belakang panggung. Ketika Indriana bercakap-cakap dengan Reza, Gatot nimbrung dan mengajak berkenalan.

Setelah mengobrol akrab, malam itu juga Gatot mengajak Indriana ke rumahnya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Gatot berjanji mengajarkan "ilmu" khusus agar Indriana bisa seperti Reza. Rupanya, di rumah itu, Gatot memasang perangkap.

Sebagai syarat menjadi murid spiritual, Gatot meminta Indriana melakukan ritual menghirup "aspat". Gatot menyebut aspat sebagai oksigen makanan jin. Karena Gatot terkenal sebagai guru spiritual, Indriana terbujuk juga. "Dia tak boleh megang bongnya, Gatot yang nyodorin," ujar Rhony. Setelah ritual menghirup aspat, Gatot mencumbu Indriana.

Gatot selanjutnya meminta Indriana tinggal di rumah yang juga disebut padepokan itu. Selama Indriana di padepokan, sejak 2008 sampai 2012, ritual aspat terus berulang menurut keinginan Gatot. Hingga akhirnya Indriana lelah dan memilih pulang ke rumahnya di Jakarta Timur.

Gagal jadi orang terkenal, Indriana kini bekerja sebagai pengemudi mobil berbasis aplikasi online. Meski sudah bebas dari padepokan, menurut Rhony, Indriana masih percaya bahwa yang ia hirup bersama Gatot itu makanan jin. Indriana tak tahu bahwa itu sabu-sabu.

Indriana baru sadar telah dicekoki narkotik setelah melihat berita penangkapan Gatot Brajamusti. Pada 29 Agustus lalu itu, polisi menangkap Gatot di Hotel Golden Tulip, Mataram. Gatot ditangkap seusai pesta sabu-sabu, beberapa saat setelah terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) untuk kedua kalinya. Di hotel itu, Gatot menginap bersama istri keduanya, Dewi Aminah, serta Reza Artamevia dan empat orang lainnya. Dari kamar hotel, polisi menyita sabu-sabu seberat 0,4 gram. Kepada polisi, Gatot berkukuh menyebut serbuk putih itu aspat, bukan sabu-sabu.

Setelah penggerebekan di hotel itu, tim dari Kepolisian Daerah Metro Jaya bergerak ke rumah Gatot di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Di rumah jembar di Jalan Niaga Hijau X itu, polisi menemukan alat bantu seks, jarum suntik, bong, cangklong, dan satu bungkus sabu-sabu seberat 10 gram. Polisi juga menyita dua pucuk senjata api, merek Glock 26 dan Walther, lengkap dengan ratusan amunisinya. Di sana polisi juga menemukan seekor harimau Sumatera yang diawetkan.

Gatot rupanya sudah lama diincar polisi karena penyalahgunaan narkotik. Namun baru kali ini dia tertangkap. Aktor kawakan Roy Marten punya cerita soal itu. Pada 2009, Roy ditanyai seorang pejabat Badan Narkotika Nasional mengenai kebiasaan Gatot. "Kabarnya, Gatot pemakai?" ujar Roy menirukan pertanyaan si pejabat.

Setelah heboh penangkapan Gatot, Indriana menghubungi teman dia yang sama-sama pernah terjebak di padepokan. Sebut saja namanya Cantika. Ternyata Cantika lebih dulu melapor ke polisi. Indriana pun mengikuti jejak Cantika. Didampingi Rhony dan tim pengacara dari Firma Hukum Elza Syarief, Indriana membuat laporan dugaan pencabulan dan perbuatan tidak menyenangkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya.

Kepala Subdirektorat Kekerasan Anak dan Wanita Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Suparmo mengatakan timnya sedang menyelidiki laporan Cantika dan Indriana. "Kami masih meminta keterangan saksi," ujar Suparmo.

Cantika setahun lebih awal mengenal Gatot. Ceritanya bermula pada awal 2007, ketika Cantika berusia 16 tahun. Kala itu Cantika dikenalkan kepada Gatot oleh manajer pribadinya. Cantika lalu dibawa ke salah satu rumah Gatot di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan. Waktu itu Gatot menawari Cantika menjadi penyanyi latar. Tanpa tes, Cantika langsung diterima.

Pada hari pertama Cantika magang, Gatot mulai merayu dia. "Dia coba cium saya," kata Cantika. Karena Cantika menolak, Gatot mengajak dia menjalani ritual aspat. Modusnya sama, Gatot membual bahwa bong dan serbuk putih itu sebagai makanan jin.

Tujuh hari kemudian, Gatot meminta Cantika datang ke Putri Duyung Cottage di Jakarta Utara. Saat itu Gatot memboyong Dewi Aminah. Di kamar berbeda, Gatot kembali merayu Cantika. Kali ini ia mengibul sebagai raja jin. Gatot mengklaim bisa kaya raya karena dia keturunan Nabi Sulaiman. Gatot pun mengaku sebagai titisan malaikat pencabut nyawa. Kalau ada orang yang berani macam-macam, keesokan harinya orang itu akan tewas. Berhenti nyerocos, Gatot lalu meminta Cantika menghirup aspat.

Cantika akhirnya tinggal di padepokan Gatot di Pondok Pinang bersama lima perempuan belia lainnya. Selama lima tahun tinggal di padepokan, Cantika tak ingat lagi berapa kali menjalani ritual aspat. Selain di kamar padepokan, Gatot kadang mengajak pesta aspat di dalam bus atau di hotel. Tak cuma memakai aspat, menurut Rhony, Cantika dan kawan-kawan berkali-kali diminta melayani nafsu seks Gatot di depan perempuan lain.

Pada 2010, Cantika pun hamil. Menurut Rhony, Gatot meminta Cantika menggugurkan kandungan. Bersama Dewi Aminah, Cantika pergi ke klinik di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Berselang satu tahun, Cantika kembali mengandung. Kali ini Cantika berusaha menyelamatkan kandungannya. Hingga akhirnya Cantika melahirkan bayi laki-laki pada 2012 di sebuah klinik di Cibubur, Jakarta Timur.

Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Awi Setiyono, penyelidik sudah meminta keterangan delapan orang. Mereka antara lain orang tua Cantika, bidan yang membantu kelahiran, serta bekas asisten Gatot. "Ada satu korban lain memberi kesaksian, tapi tak membikin laporan," kata Awi.

Polisi masih mengumpulkan bukti, antara lain dengan melakukan tes DNA. Menurut Awi, tes itu untuk membuktikan apakah anak Cantika hasil hubungan badan dengan Gatot atau bukan. Polisi juga akan meminta keterangan saksi ahli, sebelum menjadikan Gatot tersangka pencabulan. "Karena tadi baru satu bukti, ya," ujar Awi.

Gatot dan Dewi Aminah kini mendekam di ruang tahanan Polda Nusa Tenggara Barat. Gatot lebih dulu menyandang status tersangka penyalahgunaan narkotik serta kepemilikan senjata api ilegal dan satwa yang dilindungi. Kasus narkotik ditangani Polda NTB. Sedangkan kasus kepemilikan senjata api dan dugaan pencabulan disidik Polda Metro Jaya.

Cantika dan Indriana tak hanya melaporkan kasus mereka ke polisi. Keduanya juga mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Sebab, sewaktu pertama kali masuk jebakan Gatot, Cantika dan Indriana masih di bawah umur. Menurut Rhony, waktu itu di rumah Gatot ada dua anak perempuan lain. Salah satunya berusia 14 tahun. Sedangkan dua perempuan yang lain berusia 18 tahun.

Menurut Ketua KPAI Asrosun Niam Sholeh, lembaganya banyak menerima pengaduan dari orang yang mengaku korban Gatot. "Ada puluhan orang," ujar Niam. Sejauh ini, baru delapan perempuan yang berani menceritakan pengalaman mereka. "Yang lain masih takut."

Sementara polisi berfokus mengusut dugaan tindak pidana oleh Gatot dan istrinya, KPAI berfokus pada pendampingan dan rehabilitasi korban. "Ada yang masih trauma. Ada juga yang bergantung pada narkoba," kata Niam.

Kuasa hukum Gatot dan Dewi, Suhendra Asido Hutabarat, mengatakan sudah menanyakan tuduhan pencabulan dengan penggunaan aspat kepada kedua kliennnya. "Pak Gatot bilang itu tidak benar," ujar Suhendra. Dia pun menantang tim kuasa hukum Cantika dan kawan-kawan membuktikan tuduhan mereka. LINDA TRIANITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus