PENEMBAK misterius punya gara-gara. Unit Bedah Plastik Rumah
Sakit Hasan Sadikin, Bandung, belakangan ini jadi banyak
menerima pasien yang bukan wanita yang ingin memermak wajah
supaya kelihatan lebih cantik dan awet muda. Soalnya korban yang
tertembus peluru, juga mayat yang ditemukan mati dalam karung,
kebanyakan memang penuh tato.
Sampai pekan lalu, menurut penjabat direktur rumah sakit itu,
dr. Padmo Hoedojo, sudah 30 pemuda yang berminat menjalani
operasi. Mereka ingin menghilangkan gambar-gambar di tubuh yang
selama ini menjadi kebanggaan. Karena rumah sakit memang
berfungsi memberi pelayanan kesehatan bagi yang membutuhkan,
kehadiran pasien seperti itu tak ditolak. "Soal yang bertato itu
residivis atau orang baik-baik, bukan urusan dokter," kata
Padmo. Maka, pihaknya merasa tidak perlu meminta izin kepada
siapa pun, untuk melakukan operasi terhadap siapa pun.
Biaya perawatan tergolong murah. Cukup Rp 850 sehari, sudah
termasuk biaya operasi, makan dan minum. Pasien biasanya dirawat
selama tujuh sampai 10 hari. Operasi yang dilakukan, kata Padmo,
cukup sederhana. Mula-mula bagian tubuh yang bertato dibedah.
Lalu ditambal dengan kulit yang diambil dari bagian perut atau
paha pasien sendiri.
Tentu saja Unit Bedah Plastik di rumah sakit itu laris. Karena
operasi plastik merupakan upaya satu-satunya untuk menghilangkan
rajah. "Jangan coba-coba menghilangkannya dengan menyeterika
atau merobek dengan pisau. Berbahaya," kata Padmo.
Tapi tetap ada yang nekat. Bernard (bukan nama asli) mencoba
menghapus gambar kapal di lengannya dengan soda api. Ia
menderita. Untung ia tak lupa minta disuntik antitetanus dan
obat antiinfeksi kepada dokter. Yasmin, 23 tahun, yang mengaku
merajahkan diri bergambar wanita cantik dan tulisan happy love
gara-gara patah hati, memakai asam sulfat untuk menghilangkan
"cacat"nya. Ia merasakan kesakitan yang amat sangat. Juga Wawan,
24 tahun, memakai bahan kimia yang sama. "Sakitnya nggak
ketulungan dan panasnya kayak dibakar," katanya.
Selain takut dijemput "penembak misterius", ulah menghilangkan
tanda-tanda tersebut, juga karena di seputar Bandung belakangan
ini banyak razia. Sejak Mei lalu sudah 50 orang bertato
diamankan. Tapi, kata polisi, razia yang diadakan bukan khusus
menangkapi orang bertato. Itu adalah Operasi Buana IV, yang
seperti operasi sebelumnya, menjaring orang-orang yang
dicurigai.
Tapi, memang, ada orang dengan tato bergambar tertentu yang
terus dicari. "Mereka yang rajahnya bergambar ular naga atau
kobra, yang coretannya sedemikian rupa, jelas penjahat. Itu kata
mereka sendiri, lho," kata seorang perwira polisi. Di dalam
dunia gali Bandung, gambar tersebut konon merupakan lambang, dia
itu bos di daerah tertentu. Adapun gambar kunci, biasa menghias
gali dengan spesialisasi garong. Sedangkan gambar jantung
tertembus panah, tak lain tukang memerkosa.
Tentu tak seluruh tato berarti demikian. Namun 15 orang bertato
yang merasa tak pernah melakukan dosa, pekan lalu mendatangi
polisi Bandung minta perlindungan. Setelah dicatat dan dimintai
foto, mereka disuruh pulang. "Lucu. Waktu digambari dulu mereka
tidak lapor, kok sekarang minta restu," komentar seorang
petugas.
Tentu tak lucu lagi, setelah tato dianggap barang haram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini