Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Namanya Muklisi, Artinya Diamuk...

Polisi banten berhasil menangkap mamung, otak perampokan di daerah banten dan sekitarnya. (krim)

11 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMBIL bersiul, Mamung memasuki halaman rumah Hasuri di Kampung Kramat Batu, Serang. Lelaki muda bertubuh kecil itu tampak riang sekali. Tapi, begitu ia mengetuk pintu, dari segala penjuru bermunculan moncong senjata api. Mamung, 21, beserta sebelas temannya tak berkutik. Ia terjebak perangkap polisi. Dari dalam tas yang dibawanya ditemukan dua pucuk pistol buatan lokal, sebiji granat, dan puluhan butir peluru. Peristiwa 5 Januari pagi hari itu tentu hanya meneadi penyergapan biasa kalau tidak karena ini. Mamung, yang timgginya cuma 155 cm dan berat badannya hanya 46 kg, sama sekali tak tampak garang. Wajahnya polos, mirip siswa SMA. Tapi, kata polisi, dialah bos perampok yang ditakuti di sekitar Pandeglang, Cilegon, dan Serang di wilayah Banten. Kawanan perampok ini punya kelebihan, tak sekadar menggedor rumah, tapi punya rencana yang rapi. Dan diduga Mamung-lah otaknya. Dugaan polisi mungkin benar. Dua pekan lalu, tiga minggu setelah Mamung ditangkap, 12 perampok menggerayangi empat rumah di Desa Sukaramai, Kecamatan Cikeusal. Mereka cuma berhasil membawa sepasang anting 5 gram, dua radio, dua helai samng, dan uang Kp 26.000. Para perampok yang muda usia itu seperti tak punya rencana. Dan, kata penduduk, mereka lari ke arah Desa Ciagel, desa tempat tinggal Mamung. Maka, Kolonel Polisi Affandi, kapolwil Banten, merasa Iega. Januari ini, setelah Mamung ditangkap, di wilayahnya hanya terjadi enam perampokan tanpa pengamiayaan. Sebelumnya, kawanan Mamung bukan hanya sering merampok, tapi juga "sangat sadistis dan brutal," kata Affandi kepada Yusroni dari TEMPO. Dalam sebuah perampokan Desember lalul, mereka membacok Nyonva Darinah binti Dhali sampai lemgannya hampir putus. Seperti sudah jadi kebiasaan, kawanan Mamung selalu meninggalkan "tanda", berupa bekas penganiayaannya. Pada perampokan di Desa Pagelaran, yang terjadi pada Desember juga, Mamung bahkan menembak mati korbannya. Sebelum Mamung tertangkap, di daerah Banten kejahatan dengan kekerasan sangat menonjol. Selama November dan Desember 1983, tercatat 21 kasus kejahatan disertai kekerasan, atau rata-rata tiap tiga hari sekali terjadi perampokam. Umumnya, kawanan perampok bersenjatakan golok dan pistol. Dan mereka selalu melakukan teror. Sebelum dan sesudah merampok, kawanan itu selalu membuang tembakan-tembakan untuk membuat keder para korban. Memang, penduduk tak selamanya keder. Dikawasan Mancak dan Kasemen, Cilegon, penduduk mencoba melawan. Hasilnya cuma, tiga penduduk luka kena sabetan golok. Toh, kejahatan tak menurun. Bahkan polisi menduga ada semacam iri regenerasi di kalangan perampok. Affandi mendapat laporan, pelaku kejahatan belakangan ini kebanyakan anak muda. Seperti yang terjadi dua pekan lalu, seperti juga kawanan Mamung yang tertangkap itu. Adakah Mamung hasil regenerasi itu? Nama Mamung sebenarnya adalah Muklisi, singkatan dari "diamuk polisi". Ia dilahirkan ketika ayahnya, Ahmad Satibi, sedang kena perkara polisi karena mencuri. Menurut keterangan polisi, Ahmad Satibi memang dikenal sebagai jagoan. Tapi bukan dari ayahnya ini - yang sekarang bekerja menjadi kuli di Jakarta - Mamung terseret menjadi perampok. Sebab, ketika Mamung masih anak-anak, ayah dan ibunya bercerai. Mamung, bahkan, sempat duduk di bangku Pendidikan Guru Agama meski cuma setahun. "Dulu saya memang kepingin jadi guru agama," tuturnya kepada TEMPO. la pun sempat belajar mengaji di pesantren. Tapi godaan lingkungan membuat Mamung ikut-ikutan teman-temannya menjadi jambret. Sial, suatu ketika ia tertangkap, dan dijatuhi hukuman 3 tahun kurungan. Waktu itu usianya baru 17 tahun. Keluar dari penjara, ia membantu istrinya berdagang kain. Tapi ayah tirinya membujuk Mamung agar melakukan kejahatan lagi, dan ia bersedia mencarikan senjata api. Dari sinilah kemudian Mamung merajalela. Kepada TEMPO Mamung tak membenarkan bahwa dia bos kawan-kawannya. "Teman-teman yang menganggap saya pemimpin mereka," katanya. "Barangkali karena saya punya pistol." Faktor yang lain, mungkin, karena ia memang diasuh para jagoan - ayah kandungnya, dua ayah tirimya, dan seorang pamannya konon terkenal sebagai perampok dan garong yang ditakuti. Kepada polisi Mamung mengaku merampok untuk mengumpulkan uang guna membuka peternakan ayam yang dicita-citakannya. Tapi mengapa di Desa Pagelaran ia menembak mati seorang penduduk? "Waktu itu saya hanya ingin menakuti-nakuti, tahu-tahu pistol meledak," jawabnya. Bagi kepoiisian Banten, Desa Ciagel memang sudah masuk daftar hitam. Desa 20 km di sebelah tenggara Kota Serang ini sarana transportasinya sulit. Apalagi kalau hujan, kendaraan susah sekali masuk Ciagel. Kondisi ini dimanfaatkan para perampok. Menurut Sersan Mayor (Pol) Adang K., biasanya perampok yang lari kc Ciagel sulit dikejar. "Penduduk desa itu umumnya bungkam bila ditanya di mana rumah si anu," tutur Adang. Penyergapan terhadap Mamung bisa direncanakan karena sehari sebelumnya, Liong, anggota kawanan Mamung, tertangkap di Pandeglang. Dari Liong-lah, kemudian, jebakan dipasang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus