Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Norma disarang bandit kecil

Norma, 13, menjadi korban perkosaan 5 remaja di besitang, sum-ut. ia digilir dan disekap selama 12 hari. kejadian tersebut berlangsung ketika jiwa norma sedang terguncang.

24 November 1990 | 00.00 WIB

Norma disarang bandit kecil
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MUNGKIN tak ada gadis semalang Norma -- bukan nama sebenarnya. Ia dilahirkan 13 tahun silam, tanpa dikehendaki kedua orangtuanya. Anak hasil hubungan luar nikah itu dititipkan ibunya, yang sampai kini tak dikenalnya, kepada Adelina, bidan, yang menolong ibunya bersalin. Kemalangan itu ternyata belum cukup. Kini murid kelas 6 SD di Besitang, Sumatera Utara, itu menjadi korban perkosaan lima orang remaja. Tak hanya diperkosa, tapi Norma disekap dan digilir kawanan itu selama 12 hari di sebuah gubuk. Perkosaan ramai-ramai oleh kawanan anak di bawah umur terhadap anak di bawah umur itu kini menyibukkan petugas Polsek Besitang. Salah seorang pelaku kejahatan itu adalah teman dekat Norma, Hadi, 16 tahun -- juga nama samaran -- pelajar kelas 2 SMP. Hadi, konon, ini bergantian menggarap Norma bersama rekan sebayanya Tono, Dedi, Roni, dan Yuda semuanya bukan nama asli. Tragedi ini bermula ketika Hadi, Tono, dan Norma menonton orkes di Besitang pada 7 Juli lalu. Menjelang tengah malam, mereka mengajak Norma menjauhi keramaian itu. Nah, di sebuah pojok sepi keduanya "menggilir" Norma dengan paksa. Perbuatan itu mereka ulangi di sebuah gubuk di kebun milik Amir, ayah Hadi. Hampir dini hari barulah mereka melepas Norma pulang. Ternyata, esoknya kedua brandal itu ketagihan. Empat hari berturut-turut, perbuatan itu terulang. Setiap pulang sekolah mereka memaksa Norma ke rumah orangtua Tono di Sungai Pucuk, Besitang. Cara serupa untuk keenam kalinya terjadi pada 16 September lalu. Hampir sebulan berlalu, Hadi "berkicau" kepada Roni, Dedi, dan Yuda. Mendengar pengalaman Hadi itu, mereka sepakat mengatur rencana baru. Nah, sepulang dari sekolah lagi-lagi Hadi memaksa Norma ke gubuk Pak Amir. Di situ mereka melakukan kejahatan sebagai layaknya dilakukan penjahat dewasa. Mereka tak cuma menggilir Norma bergonta-ganti, tapi juga menyekapnya sejak 12 Oktober hingga 23 Oktober lalu. Secara bergantian mereka menjaga gadis kecil itu tiap malam. Begitu hari ke hari hingga Adelina melapor ke Kapolsek Besitang, Letnan Dua Anton Saragih, bahwa Norma telah hilang selama 12 hari. Anton segera menangkap Hadi. Maklum, anak ini dikenal sebagai pacar Norma. Dari keterangan Hadi pula, Tono dan Roni dibekuk. Ketiganya mengaku memang memperkosa Norma. Di manakah Norma kini? Ketiga bajingan kecil itu mengatakan tidak tahu-menahu. Anton pun pasang kiat. Ia menuduh ketiga remaja itu telah membunuh Norma. "Kalian bisa dihukum 20 tahun penjara," gertak sang Kapolsek. Kabar itu didengar Dedi dan Yuda dari Pak Amir yang menjenguk anaknya, Hadi, di tahanan. Sejak itu keduanya meninggalkan Norma sendirian di gubuk penyekapan itu. Tiga hari kemudian Norma dengan tertatih-tatih meninggalkan gubuk tempat ia disekap. Ia ditemukan penduduk dalam keadaan kebingungan di tengah pasar Besitang. Penduduk yang sudah mendengar kabar hilangnya Norma segera membawa anak itu ke kantor polisi. Hari itu pula Dedi dan Yuda ditangkap. Mengapa Norma tak melaporkan kejadian itu sejak awal? Rupanya, kejadian itu berlangsung ketika jiwa Norma lagi terguncang. Soalnya, justru setelah berusia 13 tahun, Norma mengetahui dirinya bukan anak kandung bidan itu. "Anak-anak sini malah sering meneriakinya sebagai anak haram," ujar sebuah sumber TEMPO. Yang unik adalah latar belakang kelima remaja yang nekat melakukan kejahatan tersebut. Rata-rata mereka mengaku tergoda memperkosa karena sering memergoki orangtuanya lagi berhubungan intim. "Saya sering terperongok melihat orangtuaku lagi ...," kata Hadi. Tono juga mengaku tiga kali terperongok begitu. Sejak itulah gelora berahi mereka sering terbakar. Karena itu Anton mengimbau agar para orangtua waspada jika punya anak yang lagi menanjak remaja. Namun, keadaan masyarakat di Sungai Pucuk memang runyam. Perumahan rakyat di sana umumnya kecil-kecil dengan kamar cuma satu-dua. "Nah, ditambah orangtua yang sembrono, ya, kacaulah jadinya," kata Anton. Bersihar Lubis dan Sarluhut Napitupulu (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus