BILA ada kejuaraan meminjam uang, barangkali para bankir Indonesia berhak mendapatkan medali emas. Inilah yang terjadi selama dua tahun terakhir. Bank-bank Indonesia, menurut Asian Business, tampil sebagai peminjam paling agresif di Asia. Majalah ekonomi yang terbit di Hong Kong itu, dalam edisinya baru-baru ini, melaporkan bahwa pada tahun 1989 Indonesia menarik 35 pinjaman sindikasi bernilai di atas US$ 2 milyar, atau 23,8% dari total pinjaman seluruh Asia. Pada tahun 1990 untuk semester pertama saja walaupun sudah agak tergeser oleh RRC tak kurang dari 27 pinjaman sindikat bernilai di atas US$ 1 milyar yang telah ditarik. Itu berarti bahwa kepercayaan lembaga-lembaga keuangan internasional masih begitu tinggi. Padahal, kata Asian Business, aset bank-bank di Indonesia berdiri di atas fondasi modal yang sangat tipis. CAR (capital adequacy ratio), atau perbandingan antara jumlah modal dan aset mereka, dikatakan rata-rata cuma 3,87%. Bank Bumi Daya, Bank Rakyat Indonesia, Bank Niaga, dan Bank Umum Nasional bahkan dicantumkan dalam daftar 25 bank yang terlemah di Asia, dengan CAR 1,05%-2,89%. Angka-angka tersebut masih jauh dari standar CAR 8%, yang harus dicapai paling lambat pada tahun 1992. Ini adalah standar Bank for International Settlements (BIS), dan disepakati para otoritas moneter sedunia pada bulan Juli 1988. BIS adalah komite para gubernur bank sentral dari tujuh negara industri terkemuka (AS, Jerman Barat, Jepang, Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada) ditambah Belanda, Belgia, Luksemburg, Swedia, dan Swiss. Tentu saja analisa Asian Business itu mengejutkan kalangan perbankan. Menurut juru bicara Bank Indonesia Dahlan Sutalaksana, tidak mungkin masih ada bank pemerintah yang CAR-nya hanya sekitar 1%. Analisa majalah Hong Kong tadi memang didasarkan pada data yang sudah ketinggalan, yakni per 31 Desember 1988. "Dewasa ini sudah naik," kata Dahlan tanpa menyebutkan berapa persisnya. Jika melihat Berita Perbanas edisi September 1990, data perbankan pada 30 Juni 1990 menunjukkan kondisi permodalan bank-bank devisa memang sudah meningkat. Perbandingan modal plus cadangan, dengan total aset, setidaknya memperlihatkan bahwa CAR mereka rata-rata di atas 4%. Tinggal BCA yang tercatat paling rendah, sekitar 3,1%. Namun, nama Liem Sioe Liong serta bankir Mochtar Riady, yang sampai pekan lalu masih aktif sebagai Wakil Dirut di BCA, rupanya menjadi kepercayaan para pemilik modal. Buktinya, BCA masih merupakan bank swasta penghimpun dana pihak ketiga (giro, deposito, dan tabungan) nomor wahid. Jumlah tabungan dari masyarakat kecil di BCA pada akhir Juni 1990 tercatat Rp 1.052 milyar. Kepercayaan masyarakat pada bank-bank pemerintah pun sebenarnya belum luntur. Siapa sih yang khawatir bahwa BUMN itu akan roboh? Lihat saja tabungan di BRI. Pada akhir tahun 1989 baru tercatat Rp 1.173 milyar, tapi pada akhir semester pertama 1990 sudah melonjak jadi Rp 1.788 milyar. Bagi bank pemerintah, yang nampaknya berat adalah menambah modal dan cadangan. BNI, misalnya, bank pemerintah terbesar, yang asetnya pada 30 Juni 1990 tercatat Rp 17.715 milyar, tentu tidak mudah menyiapkan modal 8%. Artinya, jika BNI akan menaikkan modal, harus ada persetujuan dari pemilik, yakni Departemen Keuangan. "Sampai sekarang, bank pemerintah belum diperkenankan menjual saham," kata seorang direktur bank pemerintah. Bank-bank swasta yang sudah menjual saham di pasar modal tampaknya sudah berdiri di atas fondasi modal yang cukup tebal. Bank Duta, BDNI, dan BII bahkan mempunyai modal dan cadangan sebesar 11%-12% dari total aset (lihat Grafik). Bank Bali, Bank Niaga, dan Lippobank -- kendati sudah go public -- ternyata modal dan cadangan mereka masih di bawah 8% dari seluruh aset. Bankir terkemuka Mochtar Riady, dalam wawancara dengan TEMPO, pernah mengatakan bahwa ketentuan BIS harus dipenuhi bank-bank yang dikelola secara profesional. Selain go public tahun lalu, salah satu cara yang akan ditempuh Lippobank, misalnya, adalah dengan menjual saham bonus kepada para pemegang sahamnya. Bank Bali dan Bank Niaga agaknya masih akan mengandalkan kemampuannya meningkatkan modal dengan menyisihkan laba usaha. Kedua bank ini memang terkenal sebagai bank yang paling tinggi rentabilitasnya. Bank Bali tahun lalu meraih laba Rp 33 milyar, sementara pada semester pertama tahun ini mencatat laba Rp 18 milyar. Bank Niaga pada tahun lalu meraih laba Rp 29 milyar, sedangkan pada tahun ini dalam semester pertama saja sudah mencatat laba Rp 21,6 milyar. "Anda lihat saja. Tahun 1988, perbandingan modal dan cadangan Bank Niaga dikatakan baru 2,72%, tapi pada pertengahan tahun 1990 sudah naik menjadi 5,4%," kata Wakil Dirut Bank Niaga, Koesdarto, kepada Ivan Harris dari TEMPO. Selain itu, Bank Niaga akan menempuh cara lain. Executive Vice President Bank Niaga Wijatno Soepenadie, yang dikutip majalah Asian Finance edisi terakhir (15 November), mengatakan bahwa Bank Niaga akan mengerem laju pertumbuhan asetnya pada tingkat 20%, sekaligus meningkatkan pengumpulan dana masyarakat sekitar 50% per tahun. Mengapa BIS menetapkan CAR sebesar 8%? Tujuannya adalah, selain memperkuat kesehatan dan stabilitas sistem perbankan (internasional), juga untuk mencegah persaingan tidak sehat dalam dunia perbankan. Ini khususnya ditujukan kepada lembaga-lembaga keuangan Jepang yang belakangan ini telah berkembang begitu pesat sehingga mampu mengalahkan lembaga-lembaga keuangan Eropa dan AS. Namun, jor-joran antarbank di Indonesia tampaknya belum perlu dikendalikan. Max Wangkar, Bambang Aji TBL ----------------------------------------------------------------- PERBANDINGAN MODAL & CADANGAN TERHADAP ASET BANK-BANK DEVISA: ----------------------------------------------------------------- A B Perbandingan B & A Total Aset Modal dan Cadangan (Dalam Persen) (dlm. juta rupiah) (dlm. juta rupiah) ----------------------------------------------------------------- Bank-Bank Pemerintah: BNI 17.715.727 726.785 4,10 BRI 17.664.835 840.507 4,75 BBD 15.826.060 657.061 4,15 BDN 13.185.923 895.923 6,79 BEII 9.464.604 634.385 6,70 Bank-Bank Swasta: BCA 5.406.506 170.967 3,10 Danamon 2.929.649 264.708 9,00 Niaga 2.745.410 148.959 5,40 Lippo 2.693.267 150.910 5,60 Duta 2.665.446 331.452 12,40 BUN 2.116.313 165.627 6,20 Bali 2.412.753 98.369 4,10 BII 2.216.421 245.072 11,00 BDNI 2.151.823 237.114 11,00 Panin 1.443.775 118.471 8.20 -----------------------------------------------------------------
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini