Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Pencuri kelas terbang

Polisi sulawesi tengah berhasil mengungkap sindikat pencuri antarpulau. mereka menggunakan km kambuna, kerinci, umsini dan tidar. dengan sasaran toko elektronik dan komplek perumahan. 7 tersangka dibekuk.

24 November 1990 | 00.00 WIB

Pencuri kelas terbang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PENCURI tak lagi bisa disebut penjahat kelas teri. Tidak terbayangkan kalau kini ada komplotan pencuri antarpulau. Polisi wilayah Sulawesi Tengah (Sul-Teng), dua pekan lalu, berhasil mengungkapkan sebuah sindikat pencuri di wilayahnya yang tak bisa lagi disebut penjahat kecil-kecilan. Komplotan yang beranggota sekitar 20 orang itu dalam operasinya menjelajahi berbagai kota, bahkan sampai ke Kalimantan dan Ambon dengan markas berpindah-pindah. Untuk itu mereka menggunakan kapal penumpang, seperti: KM Kambuna, KM Kerinci, KM Umsini, dan KM Tidar. "Untuk menuju sasaran order pencurian penting, tak segan-segan mereka naik pesawat terbang," tutur sumber TEMPO di kepolisian Palu. Di Sul-Teng pun kegiatan komplotan yang sebagian besar anggotanya terdiri dari pemuda putus sekolah itu cukup membuat pusing aparat kepolisian. Bulan Oktober saja, di wilayah itu tercatat 74 kasus pencurian. Angka itu baru turun pada bulan November ini, tercatat enam kasus, setelah polisi menemukan jejak komplotan itu. Data kepolisian menyebutkan, sasaran pencurian, selain toko elektronik, adalah kompleks-kompleks perumahan di pinggir kota. Penjarah itu memanfaatkan sepinya suasana permukiman, yang masih jarang penduduk. "Kalau saja penduduk bersiskamling, komplotan itu tak akan merajalela seperti sekarang ini," keluh seorang pejabat kepolisian di Polwil Sul-Teng. Jaringan komplotan itu baru terungkap setelah polisi mengamat-amati seorang pedagang elektronik, Yahya. Akhir Oktober lalu, Yahya muncul di Donggala, Sulawesi Tengah. Tak disia-siakan, rumah Yahya di kampung Kalikoang digerebek polisi. Sial, Yahya lolos. Baru awal bulan berikutnya, Yahya dibekuk di Parepare, Sulawesi Selatan. Berkat Yahya polisi bisa mengetahui jaringan sindikat itu. Di hadapan tim penyidik Polres Donggala, Yahya mengaku terus terang, punya komplotan yang beroperasi sampai ke Kalimantan dan Ambon. Untuk menghilangkan jejak, setiap anggota komplotan yang baru mencuri mereka sembunyikan di kapal, mengikuti trayek yang ada. Di kapal penumpang itu juga, rencana pencurian baru disusun. Tak terhitung sudah berapa kali komplotan ini beraksi. Yang jelas, menurut pengakuan Yahya, hasil kejahatannya sudah mencapai puluhan juta rupiah. Uang itu dibagi berdasarkan jenjang kepangkatan dan tingkat perolehan. "Pembagiannya dilakukan di markas mereka, yang selalu berpindah tempat," tutur sumber tadi. Kepada Asdar Muis dari TEMPO, yang menemuinya di sel tahanan Polres Donggala, Yahya, 35 tahun, membantah keras disebut sebagai otak komplotan. "Pengakuan saya di depan penyidik karena dipaksa. Saya bukan pencuri, hanya penadah," katanya terus terang. Menurut cerita Yahya, semula ia hanya penadah barang hasil curian dua rekannya, Umar dan Gani. Lama-kelamaan, karena besarnya keuntungan dari barang haram itu, ayah empat anak dari dua istri tersebut menjadi ketagihan. "Tapi hanya terbatas sebagai penadah, tidak ikut mencuri," ujarnya. Ia mengakui komplotannya tak memiliki markas tetap dan selalu berpindah tempat, untuk menghapus jejak. Hanya dalam tempo kurang dari satu bulan, hingga pekan ini, tim buru sergap Polwil Sul-Teng sudah berhasil membekuk tujuh tersangka anggota komplotan. Namun, sayang, Gani dan Umar, yang disebut-sebut sebagai "big boss", kini masih buron. Pihak aparat sendiri, seperti diakui sebuah sumber kepolisian, sedikit kewalahan mendeteksi gerak-gerik anggota komplotan yang masih buron itu karena mereka selalu berpindah tempat. "Untuk pelacakannya, kami minta bantuan ke pelbagai Polres di luar Sul-Teng. Informasi sudah disebar," ujar sumber TEMPO di Polres Donggala. Aries Margono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus