Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Oriental Circus Indonesia Mengakui Memukul Anak-anak Pemain Sirkus Pakai Rotan

Oriental Circus Indonesia (OCI) kerap memukul anak-anak pemain sirkus menggunakan rotan sebagai bentuk "pendisiplinan".

18 April 2025 | 18.35 WIB

Tony Sumampouw, pelatih satwa di Oriental Circus Indonesia (OCI) sekaligus komisaris Taman Safari Indonesia, berbicara kepada media tentang tuduhan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap anak-anak pemain sirkus. Sejumlah media diundang untuk berdialog di bilangan Melawai, Jakarta Selatan, 17 April 2025. Tempo/Nabiila Azzahra A.
Perbesar
Tony Sumampouw, pelatih satwa di Oriental Circus Indonesia (OCI) sekaligus komisaris Taman Safari Indonesia, berbicara kepada media tentang tuduhan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap anak-anak pemain sirkus. Sejumlah media diundang untuk berdialog di bilangan Melawai, Jakarta Selatan, 17 April 2025. Tempo/Nabiila Azzahra A.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Oriental Circus Indonesia (OCI) mengatakan anak-anak pemain sirkus yang dipekerjakan di sana sejak 1970-an kerap dipukul menggunakan rotan sebagai bentuk pendisiplinan. Tony Sumampau, anak dari pendiri OCI sekaligus pelatih satwa di sana, menyangkal adanya bentuk kekerasan pemukulan itu.

Ia menganggap pendisiplinan merupakan hal biasa pada era 1970-an. Putra dari Hadi Manansang itu mengaku dirinya juga mengalaminya di sekolah. “Kalau anak-anak itu latihannya malas, tidak mau keluar tenaga, perlu pakai rotan itu,” katanya kepada sejumlah awak media di bilangan Melawai, Jakarta Selatan, Kamis, 17 April 2025.
 
Menurut pendiri Taman Safari Indonesia itu, pemukulan biasanya dilakukan terhadap anak-anak pemain sirkus untuk memperbaiki posisi kaki mereka saat latihan.
 
Meski demikian, ia membantah terjadinya kekerasan terhadap anak-anak tersebut menggunakan benda lain, seperti patok atau besi. “Pemukulan biasa itu ada aja. Tapi kalau dengan alat, dengan besi, nggak mungkin lah,” ujarnya.
 
Awalnya pada 1970-an, Tony menghabiskan masa kecil bersama anak-anak pemain sirkus OCI, yang pada 2025 sudah berusia dewasa. Sekitar lima dekade kemudian, para pemain sirkus yang sudah dewasa kembali mengungkap adanya dugaan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada mereka selama di OCI. 
 
Sebelumnya, mereka sempat membawa kasus ini ke Komnas HAM. Pada 1997, Komisi menyatakan OCI telah melakukan sejumlah pelanggaran HAM terhadap anak-anak pemain sirkus.
 
Pelanggaran yang disebutkan adalah terhadap hak anak untuk mengetahui asal-usul, identitas, dan hubungan kekeluargaan; hak anak untuk bebas dari eksploitasi yang bersifat ekonomis; hak anak untuk memperoleh pendidikan umum yang layak; serta hak anak untuk mendapatkan pelindungan keamanan dan jaminan sosial yang layak.
 
Isu ini kembali mencuat ketika sembilan perwakilan dari para korban menyambangi kantor Kementerian HAM di Jakarta Selatan pada Selasa, 15 April 2025. Sebagian besar adalah perempuan paruh baya. Mereka berdialog dengan Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, beserta dua direktur jenderal kementerian tersebut.
 
Para korban mengaku mengalami berbagai bentuk kekerasan seperti dipukul, disetrum, dipaksa bekerja dalam kondisi sakit, dipisahkan dari anaknya setelah melahirkan, hingga dipaksa makan kotoran hewan.
 
Dalam kronologi tertulis dari pendamping korban, dikatakan bahwa para pemilik dan/atau pengelola OCI serta Taman Safari Indonesia mengambil dan memisahkan lebih dari 60 anak-anak berusia 2 – 4 tahun dari orang tua mereka. Kemudian di usia 4 – 6 tahun, mereka diduga dipekerjakan tanpa upah, tidak disekolahkan, dan tidak diberi tahu identitas aslinya.
 
Rita Louisia, 53 tahun, merupakan salah satu korban yang menyampaikan testimoninya. Ia bercerita dirinya harus melihat teman-temannya mengalami berbagai bentuk kekerasan, termasuk pukulan. “Kami tidak lepas dari pukulan, sama seperti teman-teman lainnya,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus