Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Payudara Dan Jam Malam

Gara-gara seorang perawan kampung simpang dolok dicomot dadanya oleh pemuda kampung lain, timbul perkelahian masal antar kampung. keadaan reda setelah para tokoh kampung didamaikan bupati asahan.(krim)

7 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NURASYIAH tidak bersalah. Tapi gara-gara payudaranya dicomot pemuda di depan PHR (panggung hiburan rakyat) Putra Jaya di Kampung Simpang Dolok, penduduk Kabuaten Asahan (Slmlatera Utara)sejak 19 Desember lalu jadi geger. Jam malam sejak jam 18.00 sampai 06.00, diumumkan. Para pejabat daerah, Bupati, Kepala Polisi dan Komandan Kodim Asahan, hari-hari itu memindahkan kantornya ke pos komando di Simpang Dolok. Bahkan Komandan Korem Pantai Timur (Sumatera), Kolonel Aziz Siregar, yang berkedudukan di Pematang Siantar, ikut berkumpul di pos komando. Keadaan memang gawat juga. Dua orang penduduk tewas, empat lainnya luka parah. Rupanya peristiwa yang sudah beberapa kali terulang di sana kembali meletus: perkelahian massal antar penduduk kampung. Sejak tahun 1968 peristiwa di Simpang Dolok ialah kejadian yang ke lima. Sebelumnya terjadi di Labuhan Ruku (1968), Tanjung Tiram (1969), Air Joman (1970) dan Medan Deras pada 1976. Orang Batak Diserang! Sore itu, 19 Desember, Nurasyiah (18 tahun) bersama Siti, teman sekampung di Empat Negeri, berdiri di depan PHR Putra Jaya Simpang Dolok. Mereka tengah menunggu acara pemutaran film. Ketika itu tiga perjaka, yang kemudian diketahui bernama Desmon Situm Orang Viktor Sihombing,dan Hotman/Tampubolon, mendekati Nurasyiah. Desmon tiba-tiba mencomot dada Nurasyiah. Tentu saja perawan yang merasa diraba payudaranya itu menjerit. Awaludin, abang si perawan yang kebetulan berada di sana, datang menolong. Apalagi kalau tak terjadi pertengkaran. Dari mulai adu omong sampai adu tinju. Dari hanya mulai Desmon lawan Awaludin sampai terjadi perang antara anak-anak muda. Sebab kawan-kawan Desmon, yang hendak membantu rekannya, harus pula berhadapan dengan kawan-kawan Awaludin. Ributlah di depan PHR. Kios rokok hancur. Gerobak tukang martabak juga jadi korban. Desmon cs kewalahan lalu kabur. Mereka menuju perkampungan Batak, Cahaya Pardomuan, 3 km dari Simpang Dolok. Kepada penduduk Cahaya Pardomuan, ketiga pemuda ini tak menceritakan kejadian yang sebenarnya. Mereka cuma bilang: Orang Batak diserang penduduk kampung! Orang sekampung terbakar oleh lidah Desmon dkk. Persiapan balas dendam pun mulai kelihatan malam itu. Polisi cepat dapat mencium situasi hangat itu. Tindakan pencegahan sudah diusahakan Periksa ini dan itu. Tapi keributan agaknya tak mudah dielakkan. Siang jam 11, 20 Desember, api mulai dimainkan. Jalal, penjaja ikan yang tak berdosa, tiba-tiba dikeroyok 13 penduduk Cahaya Pardomuan - mentang-mentang si Jalal penduduk Empat Negeri. Malamnya, setelah peristiwa Jalal, sekitar 200-an orang dari Pardomuan dan Pando Mayo siap tempur. Mereka hendak langsung menyerbu Simpang Dolok. Untung petugas keamanan setempat dapat menguasai keadaan. Korban peristiwa malam itu M. Silitonga. Sebenarnya Silitonga ini cuma luka-luka biasa saja. Tapi, entah oleh Siapa, Silitonga dikabar kan tewas. Maka pagi berikutnya, jam 4, keributan lebih genting tak terelakkan. Batak dari Cahaya Pardomuan dan Pando Mayo berhadapan langsung dengan apa yang disebut 'orang kampung'. Di antara mereka yang tengah panas itu, berdiri 6 orang petugas keamanan bersenjata 4 dari polisi dan 2 tentara - berusaha menenteramkan keadaan. Tembakan peringatan berulang-ulang bermanfaat juga sementara. Tapi lama kelamaan, ketika ada orang yang berteriak "serbu saja, paling-paling mereka berani menembak ke atas!", petugas jadi kehabisan daya juga. Pada saat yang kritis itu, untung, muncul bala bantuan. Sekitar 100 orang petugas, dari kepolisian dan tentara Batalion Kalasakti, berhasil menengahi pertempuran. Pasukan anti huru-hara ini langsung dipimpin oleh Muspida Asahan - Bupati H. Abdulmanan, Komandan Kodim Letkol. Salim dan Danres Letkol Simanjuntak. Lebih dari seratus senjata, mulai dari pisau, parang sampai bambu runcing, diamankan. Juga lebih dari 40 orang, yang disangka sebagai biang keributan, ditahan. Merembet Peristiwa Simpang Dolok memang berhasil diatasi. Tapi di Kwala Gunung -- agaknya peristiwa itu merembet ke sana - pecah juga pertempuran. Jam 12 siang petugas keamanan menemukan mayat Marlon Manurung (40), penduduk Caliaya Pardomuan, di dekat dam Rawa Dolok.Tubunnya berbekas penganiayaan dengan benda tajam. Sore itu juga mayat lain, Mampat Silaban (M), diketemukan di dasar kali. Marlon Manurung, seperti disarankan oleh para pejabat - untuk tak lebih mengeruhkan suasana - dikuburkan hari itu juga. Sedangkan Mampat Silaban, karena diketemukan mayatnya sudah sore, dimkamkan keesokan harinya. Hanya malam itu mayatnya disemayamkan di pos komando. Dalam upacara penguburan Muspida Asahan hadir dan menentramkan hati keluarga korban dan sekalian penduduk Batak. Dengan begitu dapatlah dicegah urusan balas dendam. Hari-hari peristiwa Simpang Dolok membuat keadaan jadi sepi mencekam. Warung dan kedai menutup pintu. Di sana-sini masih kelihatan orang bersiaga. Keadaan jadi berlarut-larut dan tak sedap. Maka pada 22 Desember. Bupati Abdulmanan Simatupang mengumpulkan 45 orang tokoh dari 6 kampung yang terlibat peristiwa Simpang Dolok. Di situ pak Bupati meringis. Ia minta agar dikampung-kampung dapat tertib kembali. "Sudahlah Hentikan semua yang tak berguna ini. Damailah kalian." Para tokoh pun yang semua, datang dengan hati panas, mengikuti tangis Bupati. Mereka berdamai. Untuk itu perlu pesta adat, potong kerbau "Saya sediakan kerbaunya." kata Bupati gembira. Hikmah dari peristiwa Simpang Dolok ada juga. PHR Putra Jaya, yang selama ini dianggap sumber kebejatan - karena memutar film-film seks untuk semua umur - ditutup oleh Bupati. "Sudahlah," kata Bupati, 'tidak nonton bioskop 'nggak apa-apa, kalau malam tidur saja di rumah, asal tetap ingat KB!"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus