DARI 10.000 tahanan politik G.30. S/PKI yang dibebaskan tanggal
20 Desember yang lalu, seorang telah meninggal dunia karena
serangan jantung. Sudiono, demikian nama tapol itu menurut
teman-temannya memang menderita sakit jantung. Pada tanggal 27
Desember pagi mendadak dia meninggal karena kegembiraannya
untuk berjumpa kembali dengan keluarga begitu kapal yany
membawanya dari Buru merapat di Tanjung Perak, Surabaya.
Bersama dia ada 196 orang tapol Buru yang menderita sakit
paru-paru. Sementara yang dibebaskan dari tahanan di Tanjung.
Kasau, Sumatera Utara, 161 menderita berbagai penyakit. Mulai
dari sakit lambung, darah tinggi, darah rendah, TBC dan kaki
gajah. "Penyakit utama di tempat ini adalah TBC. Selain yang
muncul pada masa penahanan, banyak uga yang merupakan penyakit
bawaan dari rumah sebelum ditahan," kata dr Aru Sudoyo di Pulau
Buru. Itu tak berarti tak ada yang jadi lebih kuat: Pramudya
Ananta Toer dan Tom Anwar misalnya konon lebih sehat daripada
dulu.
Pengaruh penahanan dan pembebasan bagi kesehatan agaknya menarik
untuk diselidiki. Para ahli di Amerika Serikat lelah memberikan
perhatian terhadap masalah ini. Melalui sebuah penelitian
terhadap para pilot dan ahli navigasi angkatan laut Amerika
Serikat yang dipenjarakan di Vietnam Utara, terbukti bahwa
mereka lebih sehat daripada teman-teman yang mujur tak tertawan.
Penelitian yang berlangsung di California menunjukkan bahwa
bekas tahanan militer tersebut mencapai kesehatan fisik yang
sama dengan orang yang menjalankan diit selama 5 tahun. Termasuk
tidak merokok dan berpantang minuman keras.
Hanya Dalam Dua Hal
Penelitian yang diselenggarakan Centre for Pnsoner of War
Studies (pusat penelitian tawanan perang) dan dipimpin Dr John
Plag itu meliputi 78 orang bekas tahanan dan 78 lagi dari mereka
yang terhindar dari tawanan musuh. Umur, pangkat, pendidikan
mereka sama. Waktu terbang mereka pun tak tedalu banyak
selisihnya. Mereka dibagi dalam kelompok dan tiap tahun diberi
latihan kesehatan yang melelahkan selama tiga hari.
Bekas tahanan itu lebih mujur dalam berbagai macam penyakit,
seperti penyakit yang timbul karena kerusakan kelenjar, sakit
jantung, kuping, saluran kencing dan sakit tulang. Jarang pula
mereka yang kena sakit kepala. Hanya dalam dua hal mereka agak
lemah. Pertama bahwa mereka masih mengidap penyakit infeksi yang
disebabkan parasit yang mereka dapatkan di Vietnam. Kedua,
banyak yang rusak giginya, sebagai akibat perawatan yang sangat
kurang selama dalam tahanan. "Dalam soal penyakit jantung dan
tekanan darah tinggi kesehatan mereka amat menakjubkan. Yang
bebas 4 kali lebih mungkin dapat serangan penyakit jantung
dibandingkan dengan bekas tahanan," kata John Plag.
Hanya dalam soal yang berhubungan dengan keluarga mereka
menanggung penderitaan yang berat. Sekitar 30% cerai. Jumlah
yang amat tinggi dibandingkan dengan mereka yang bebas. "Saya
tidak mengatakan 'Hanoi Hilton' sebagai tempat yang baik,"
katanya pula. "Dan sebenarnya dia merupakan tempat yang mungkin
paling jelek untuk mendapatkan kesehatan," sambungnya. "Hanoi
Hilton" adalah julukan yang diberikan para bekas tawanan perang
untuk penjara di Vietnam Utara.
Sop Labu
Pada awal peperangan penguasa Vietnarn hanya memberi tawanan
mereka makanan yang terdiri dari sop labu dan sayur-sayuran.
Sering pula mereka berikan dandelion, sejenis rumput yang
kembangnya kuning. Dari tahun 1969 sampai mereka dibebaskan
tahun 1973, menu itu diperbaiki dengan menambahkan nasi dan
sedikit daging. Dr Plag berkesimpulan, makanan yang dibatasi itu
kemungkinan telah membuat berat badan mereka ideal. Makanan itu
jelas hanya mengandung sedikit kolesteol. Sebaliknya
teman-teman mereka yang bebas sering minum, merokok dan makan
makanan Amerika, sarat dengan kolestrol. Satu kebiasaan yang
erat hubungannya dengan penyakit jantung.
Latihan fisik yang dilaksanakan oleh para tawanan itu di dalam
sel dan rokok yang hanya satu atau dua batang sehari membuat
jantung mereka lebih kuat. Tambahan lagi, mereka tidak mengenal
alkohol, kecuali pada hari Natal, ketika penguasa Vietnam Utara
menawarkan sedikit anggur kepada mereka.
Menurut John Plag, para bekas tahanan itu lebih bisa mengatasi
tekanan daripada mereka yang bebas. "Para tahanan itu tetap
menjaga peraturan militer yang pernah mereka dapat. Ini membuat
ketegangan menurun, sebab kalau anda sudah tahu apa yang
diharapkan dari anda, beban yang muncul jadi berkurang. Lagi
pula mereka tahu bahwa mereka akan menerima kenaikan pangkat
sekali pun mereka ditahan. Sebaliknya mereka yang bebas masih
harus menunjukkan prestasi untuk itu."
Tetapi sayang, kebiasaan makan secukupnya yang tumbuh karena
paksaan penjara itu, rupanya tak perlu mereka pertahankan lagi,
begitu mereka bebas' Mereka nyatanya minum, merokok dan makan
semaunya, meskipun tidak seperti sediakala, sebelum mereka
ditangkap dalam peperangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini