Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Matinya jawara penggoda wanita

Abas basuni, 32, jagoan yang dicurigai melakukan pemerasan, pamer kekuatan, tahan bacokan & menggoda perempuan warga desa karangcobong, kec. muncang kab. lebak, tewas dibunuh kades & warga setempat.

25 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG jawara malang melintang dan keluar-masuk desa di kaki Pegunungan Sanggabuana, Kabupaten Lebak, Jawa Barat. Tapi sang jawara yang berbadan kekar dan bermata nanar itu memang bukaLya menjadi guru atau melatih silat. Ia dianggap mengusik ketenangan warga Desa Karangcobong, Kecamatan Muncang. Ia dituduh melakukan pemerasan, pamer kekuatan, tahan bacokan, dan menggoda perempuan. Nama sang jawara, Abas Basuni, 32 tahun. Ia biasa melakukan aksinya, demikian dituduhkan masyarakat, pada siang hari dan sepi. Ketika para suami sedang ke ladang, dengan beringas ia mendatangi rumah-rumah sasarannya. Dalihnya, pura-pura mencari istri mudanya, Suminah, 17 tahun, yang menghilang entah ke mana, dan diduga bersembunyi di kampung itu. "Awas, kalau kamu ketahuan menyembunyikan istri saya, saya habisi keluargamu," katanya mengancam. Di samping menggertak, Abas doyan pula menggoda wanita-wanita muda dan cantik yang sedang jaga rumah. Memang belum ada laporan, misalnya, ada wanita yang diperkosanya. Tapi kalau diciumi, hampir setiap hari ada saja warga Desa Karangcobong, yang mengadukannya kepada Kepala Desa Karangcobong, Haji Juhri. Yang diperas hartanya juga tak sedikit. Ulah inilah yang membuat Juhri kesal. Harga dirinya sebagai Jawara seiati rasanya seperti ditantang. "Seorang warga mengadu kepada saya, istrinya diperlakukan amoral," cerita Juhri, 45 tahun, tentang perbuatan Abas ini. Langkah pertama Pak Kades, memerintahkan para pamong desa untuk mengamat-amati ulah Abas. Setelah ada perintah siaga itu, rupanya kelakuan Abas justru menantang. Laporan yang sampai ke kuping Kades: "Abas sedang berada di rumah istri muda Pak Juhri." Celaka. Sebab, di rumah itu istrinya, Sarmanah, cuma ditemani seorang pembantu. Darah Juhri langsung mendidih. Malam itu, 26 April, Abas ketemu Juhri di jalan, tidak seberapa jauh dari rumahnya. Sekali gebrak, rambut Abas bisa dijambak. "Kalau memang jagoan, rasakan ini," kata Juhri sambil plak, meluncurkan tempelengan. Apa sebenarnya yang dilakukan Abas di rumah Sarmanah? Menurut Sarmanah kepada Juhri, Abas mengancam agar Sarmanah menyerahkan anting 3 gram, emas 10 gram, dan uang Rp 10 ribu. Karena ketakutan, kata Juhri, istri kades itu terpaksa memberikan barannya. Tengah malam, Abas, yang dalam pengawasan Ketua Rukun Kampung Nunggulan, Rai, bisa kabur. "Kami agak lengah," cerita Rai, 45 tahun. Terpaksa Rai kerja ekstra. Bersama Sura, Dura, dan Sarpei, ia memburu Abas. Sekitar 3 kilometer dari balai desa, di dekat Kali Cisimeut, Abas tertangkap kembali. Di tengah kegelapan malam itu, begitu cerita Rai, tiba-tiba ia mendengar suara bahwa Abas itu kebal. Siapa yan bicara, ia tak tahu. Yang pasti, suara itu menimbulkan kekesalan hatinya. Rai kemudian mencabut goloknya dan menebaskannya pada leher belakang Abas. Craak! Rai terkejut. Darah muncrat. Leher Abas nyaris putus. Tak disangkanya bahwa Abas ternyata tidak kebal. Abas mati seketika. Saat itulah Juhri datang. Tapi leher sudah putus. Untuk menghilangkan jejak, mereka sepakat menghanyutkan mayat Abas ke Kali Cisimeut dengan pemberat batu. Lima hari kemudian, mayat itu ditemukan di hilir, lima kilometer dari tempat kejadian. Tubuhnya membusuk, kepalanya terpisah tiga meter dari badan. "Setelah diselidiki, mayat itu bernama Abas Basuni," tutur Kapolres Lebak Letkol. Drs. Jony Joyana bersama Kapolwil Wilayah Banten Kolonel Drs. M. Arief Tawil kepada TEMPO. Abas, kabarnya, berasal dari Desa Cibaliung. Ia pernah tinggal di Lampung, tapi diusir lagi lantaran tak punya KTP setempat. Dalam pelacakan, polisi mendapatkan info: mayat itu kiriman dari Kampung Nunggulan. Dan beberapa hari sebelum meninggal, Abas pergi ke rumah istri muda KepalaDesa Karangcobong Haji Juhri. Polisi segera saja memeriksa Juhri. Semula ia mengaku tak tahu-menahu ihwal Abas itu. Akhirnya, polisi bisa membongkar pembunuhan yang diotaki Kades Juhri. "Untuk sementara, menurut penyidikan kami, motif pembunuhan adalah balas dendam warga kampung," kata Jony. Juhri, Rai, dan Sura kini ditahan di Polres Lebak. Sedang Dura dan Sarpei buron. Sayang, Abas, yang dituduh jawara dan suka mengganggu istri orang itu, tidak bisa ditanyai. Ia keburu dipancung sebelum sempat mengungkapkan kehadirannya yang misterius di desa itu. Tapi hasil pemeriksaan polisi terhadap tersangka, yang terdiri atas kepala desa dan para tangan kanannya, akan segera dilimpahkan ke kejaksaan pekan depan. Pengadilan kiranya yang akan membuka tabir misteri pembunuhan jawara itu. Laporan Riza Sofyat (Biro Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus