Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Penjara Atau Kuburan?

Guru sd di surabaya, dianiaya oleh polisi karena menghukum muridnya, anak polisi tersebut. (krim)

4 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA manusia, tentu lumrah bila sesekali naik pitam. Tapi bila yang naik pitam itu polisi bersenjata, soalnya tentu menjadi lain. Zulkarnain bin Fadli, 10, telah merasakan betapa pahitnya menghadapi Pak Polisi yang demikian. Minggu siang, 22 Januari lalu, ceritanya, ia bersama dua orang kawan bermain dekat instalasi Perusahaan Air Minum (PAM) Pulogadung, Jakarta Timur. Rupanya, hari cukup panas sehingga anak kelas III SD itu tergoda untuk mandi di kolam. Sersan Dua (Pol) Awang - bukan nama sebenarnya - segera memperingatkan agar anak-anak itu segera pergi. Tapi Zulkarnain konon membandel, bahkan mengejek. Awang kontan mencabut pistolnya dan melepaskan tembakan peringatan dua kali. Tapi, malang, tembakan ketiga tepat mengenai pantat anak itu, hingga ia harus segera dilarikan ke rumah sakit. Kapolda Metro Jaya, Mayor Jenderal Soedjoko, pekan lalu merasa perlu meminta maaf atas kejadian tadi. "Anak kecil yang bandel cukup disabet," katanya pada pers. Di Surabaya, ada cerita lain tentang polisi yang ringan tangan. Darianto, guru kelas III SD St. Vincentius, 15 Desember lalu kena hajar seorang letnan kolonel yang bertugas di Komando Garnizun Surabaya (Garbaya). Suatu hari, Pak Guru bertanya kepada murid-muridnya, "Apa jenis makanan pokok orang Indonesia?" Barangkali, dengan maksud bergurau, anak yang kabarnya memang agak badung itu menjawab, "Tahu campur, Pak." Darianto mendongkol dan menyuruh anak tadi berjongkok di depan kelas. Di rumah, sang anak melapor seolah ditendang. Bisa dimaklum bila ayahnya marah lantas menghajar Pak Guru Darianto. Setelah diperiksa dokter, Darianto dinyatakan bahwa rahang kanannya retak. Cerita tentang polisi ringan tangan bukan hal baru. Bulan April tahun lalu, misalnya Yunus tertembak mati di Desa Sei Musang, Medan. "Kesalahannya" adalah karena wajahnya mirip Darto Batak - pemimpin perampok yang memang sedang diburu. Wajah polisl tentu saja tak selalu buruk dan bopengan. Di Bandung, ada petugas polisi yang sampai babak belur dihajar orang yang hendak ditangkapnya. Namanya Agus Naidi, bhayangkara dua yang berusia 23 tahun. Sore itu, 15 Januari, bersama lima anggota Sabhara yang lain, ia berpatroli naik mobil dinas. Di sebuah perempatan jalan mereka memergoki sebuah colt angkutan kota sedang menaikkan dan menurunkan penumpang. Tak dinyana, Agus hampir saja ditabrak. Dullah jadi belingsatan karena merasa tak membawa STNK yang benar. Untung, Agus cukup tangkas. Dengan cepat ia meloncat ke dalam colt yang mencoba kabur itu. Celakanya, ketika Dullah menghentikan mobilnya di rumah saudaranya, Agus Naidi kontan dihajar sampai wajahnya memar. Toh ia masih "untung" dibanding Bhayangkara Satu Rochadi, 23, rekannya di Banjarnegara, Ja-Teng. Pada pagi 21 Januari lalu, Rochadi, yang bertugas piket, mendapat laporan bahwa kepala desa Pingit di Kecamatan Pingit dianiaya seorang pamong desa. Dengan mengendarai sepeda motor yang baru dibelinya sebulan lalu, Rochadi menuju sasaran berbekal senjata api laras panjang. Di jalan, ia bertemu Suwarjo, yang dikabarkan telah menganiaya kepala desa, Surachis, dengan parang. Lalu, tanpa diduga, Suwarjo menyerang Rochadi yang hendak memarkir sepeda motornya. Rochadi mencoba menghindar, tapi terlebih dulu kena bacokan beberapa kali sehingga akhirnya terkapar di got berlumur darah. Ia gugur seketika. "Menjadi polisi memang berat. Bila terlambat atau terlalu cepat menembak, dia celaka. Ibaratnya: satu kaki di kuburan, satunya lagi di penjara. Tapi mau apa, itu memang sudah risiko," kata seorang perwira menengah di Markas Besar Kepolisian-RI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus