Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Bisnis Mobil Curian

Otak pencurian dan pemalsuan surat-surat kendaraan bermotor, benny suryadi (benny peo), diadili di pengadilan negeri jakarta pusat. (krim)

4 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI pedagang mobil bekas, penghasllan Benny Peo alias Benny Suryadi, 45, sebenarnya lumayan. Tapi ia rupanya kurang puas. Maka, mulailah ia memperdagangkan mobil curian, yang dilengkapi surat-surat palsu - yang dibuatnya sendiri. Usaha haramnya itu, menurut sumber di Kepolisian Daerah Jawa Barat, sudah dimulai 1966 lalu. Dan yan diperdagangkannya adalah mobil mewah kelas Mercy dan Corolla DX. "Dia memang otak pencurian dan pemalsuan surat-surat kendaraan bermotor yang tergolong besar," kata Kapten Sirait, kepala Subdlnas Ranmor (kendaraan bermotor) Kepolisian Daerah Jakarta. Minggu-minggu ini, Benny, yang beralamat di Jalan Pasir Koja Bandung, diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Jaksa Soeryadi W.S. menuduhnya telah memalsukan atau menyuruh memalsukan surat-surat kendaraan berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), faktur-faktur, fiskal antardaerah, dan sebagainya. Dalam kurun waktu Februari 1982-Agustus 1983, kata Jaksa, paling tidak sudah 19 mobil mewah yang semua surat-suratnya dipalsukan. Antara lain dua Mercedes Benz Tiger, beberapa Toyota Corolla DX dan Toyota Corona. Perbuatan terdakwa itu mengakibatkan kerugian sekitar Rp 240 juta. Pemalsuan surat-surat dilakukan karena mobil-mobil tadi memang tak jelas asal usulnya. Semua kendaraan itu memang hasil curian. Untuk mendapatkan kendaraan curian itu, Benny menjalin kerja sama dengan kawanan pencuri kendaraan bermotor yang, antara lain, terdiri dari Robert, Yunus, Yoyo, dan Santoso. Kawanan ini biasanya mengincar mobil yang diparkir di tempat umum, seperti pusat perbelanjaan, kampus, dan gedung perkantoran. Di suatu tempat yang ditentukan Benny, mobil-mobil curian tadi disembunyikan. Lalu Benny mengusahakan surat-surat palsu, kemudian menjual mobil-mobil itu. Ada kalanya, menurut Jaksa, Benny juga terjun langsung membantu pencurian mobil. Mobil curian yang telah dilengkapi surat-surat palsu biasanya dijual ke daerah lain dengan harga sedikit di bawah pasaran. Sebuah Mercy keluaran 1980 yang dicuri di Jakarta, misalnya, dijual di Solo seharga Rp 25 juta lebih. Kecuali Solo, daerah "pembuangan" lainnya adalah Cirebon, Garut, Pekalongan, dan Tegal. Benny, menurut kepala reserse Kepolisian Daerah Jawa Barat Letnan Kolonel Hidayat memang sudah lama dikenal sebagai penjahat kendaraan bermotor. "Namanya sangat beken di Bandung," katanya. Kaki tangannya cukup banyak, antara lain Sutikno Asikin, Bambang, dan Ganda. Tak heran bila ia kini memiliki jaringan yang luas. Rendi, penjual mobil curian dari Jakarta yang kini ditahan polisi Bandung, diduga masih satu jaringan dengan Benny. Sebenarnya, kasus pencurian kendaraan bermotor ini sebelumnya cenderung menurun. Di Jakarta, misalnya, pada tahun 1983 tercatat 632 kasus, sedangkan tahun sebelumnya 832 kasus. Di Jawa Barat menurun dari 1.865 kasus menjadi 1.289. Sementara itu, di Jawa Timur menurun dari 1.939 menjadi 1.115 kasus. Medan tak terkecuali. Di sana, kasus yang pada 1982 tercatat 364, tahun berikutnya hanya ada 285. Penurunan itu terjadi karena polisi melakukan operasi yang ketat dan terkoordinasikan. Misalnya, bila ada mobil yang dimutasikan dari daerah lain, polisi bersikap sangat hati-hati - dikhawatirkan mobil tadi hasil curian. Ruang pamer pun tak luput dari incaran polisi. Beberapa showroom di Jakarta dan Bandung, yang disinyalir memajang mobil hasil kejahatan, diperlksa. Gencarnya operasi itu, kata Kapten Sirait, "mengakibatkan kegiatan penjahat mengendur karena mereka kesulitan memasarkan hasil curiannya." Yang mengendur itu pencurian mobil yang biasanya dijual kembali dalam keadaan utuh atau paling-paling dimodifikasi sedikit misalnya cat diubah warnanya, nomor mesin diganti atau diketok, dan dipasangi AC. Meski telah berubah wajah, bila mobil tadi diteliti sungguh-sungguh, akan ketahuan asal usulnya. Itulah sebabnya, dari 65 mobil yang dilaporkan hilang pada 1982-1983 di Medan, semua bisa ditemukan. Di daerah lain pun, mobil yang hilang mempunyai kemungkinan lebih besar ditemukan kembali ketimbang sepeda motor. Sebab itulah, meski secara umum angka kejahatan kendaraan bermotor menurun pencurian sepeda motor tetap menjadi momok. "Mereka - pencuri sepeda motor biasanya beroperasi sendiri-sendiri dan masih amatiran," ujar Letnan Kolonel Gandhi, komandan Kepolisian Kota Besar Medan. Tapi justru karena tak ada jaringan itulah kasusnya jadi sulit dibongkar secara tuntas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus