Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mempunyai ide membangun penjara di pulau terpencil untuk membuat kapok koruptor karena tidak bisa kabur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya juga akan sisihkan dana buat penjara di suatu tempat yang terpencil, mereka gak bisa keluar. Kita akan cari pulau kalau mereka keluar biar ketemu sama hiu," kata Prabowo di Plaza Insan Berprestasi Kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, Kamis, 13 Maret 2025, dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, dalam pembangunan negara, para koruptor menjadi batu sandungan yang bahkan menyusahkan masyarakat.
Baik guru, dokter, perawat, hingga petani, menurut Prabowo semuanya menjadi kesusahan karena para koruptor menyalahgunakan dana yang harusnya disiapkan bagi program-program kesejahteraan rakyat.
Maka dari itu, Kabinet Merah Putih diinstruksikan untuk bisa melakukan efisiensi agar dana-dana yang harusnya dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat bisa dioptimalkan dan tidak disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Dari Nusakambangan sampai Sukamiskin
Memenjarakan koruptor di pulau terpencil pernah dilakukan di awal era Reformasi. Sejumlah koruptor dikirim ke Penjara di Pulau Nusakambangan di Cilacap, Jawa Tengah. Pengusaha yang dekat dengan Mantan Presiden Soeharto, Probosutedjo dan Bob Hasan, dipenjara di Nusakambangan yang dulunya untuk penjahat kelas berat, pada 2004-2005.
Setelah itu, koruptor tak lagi dikirim ke Nuskambangan. Namun pada Mei 2023, KPK mengusulkan agar koruptor dipenjara di Nusakambangan.
Wakil Ketua KPK waktu itu, Nurul Ghufron, mengungkapkan bahwa lembaga pemasyarakatan untuk narapidana kasus korupsi dianggap kurang memberikan efek jera yang cukup sehingga KPK mempertimbangkan lokasi alternatif. Salah satunya adalah Lapas Nusakambangan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Ghufron mengatakan, bahwa wacana tersebut muncul setelah adanya hasil kajian yang dilakukan oleh KPK. Meskipun begitu, ia menjelaskan bahwa kajian tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum menjadi keputusan final. Menurutnya, penjara di tempat lain mungkin dianggap biasa-biasa saja, sehingga diperlukan lokasi yang lebih menakutkan dan memberikan efek jera yang lebih kuat bagi para koruptor.
Sejumlah koruptor bisa tetap hidup mewah di penjara, seperti terpidana kasus suap jaksa, Artalyta Ayin Suryani hidup bak ratu di Penjara Pondok Bambu, Jakarta Timur. Ia membangun ruangannya dilengkapi AC dan semua fasilitas seperti layaknya rumah.
Hal ini terungkap dalam investigasi majalah Tempo pada edisi 11 Januari 2020 dengan judul "Pondok Bambu Rasa Istana".
Beberapa napi koruptor ada yang dipenjara di Markas Brimob, Kelapa Dua, Depok. Meski dengan keamanan maksimal, terpidana suap pajak Gayus Halomoan Tambunan, bisa plesiran ke Bali nonton turnamen tenis internasional WTA Tour pada November 2010.
Penjara 'favorit' koruptor lain adalah Sukamiskin, Bandung. Dalam sebuah investigasi majalah Tempo "Tamasya Napi Sukamiskin" pada Februari 2017, mengungkap sejumlah narapidana dengan dali berobat bisa keluyuran dan menginap di hotel mewah.
Salah satunya, Anggoro Widodo, terpidana kasus korupsi di Kementerian Kehutanan, kedapatan bisa keluar penjara dan menghirup udara bebas dengan izin berobat.
Dalam investigasi Tempo lainnya, pemanjaan pada koruptor juga terjadi di Sukamiskin dengan dibangunnya saung-saung mewah di lokasi yang dinamakan Taman Bung Karno. Taman ini adalah fasilitas paling mewah di Lapas Sukamiskin. Adapun dalam saung-saung itu ada perabot sofa berbusa tebal, kulkas mini, tempat air minum dan pengeras suara. Ada lemari kayu di beberapa saung. Lantaiya berlapis keramik.
Ada pula saung berbentuk panggung. Sebagian bertirai bambu untuk menyamarkan pandangan dari luar.
Setelah terungkap, saung-saung mewah di Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat akhirnya dibongkar Selasa, 24 Juli 2018.
Tentang penjara untuk koruptor di tempat terpencil itu, Presiden Prabowo belum menjelaskan lebih jauh.
"Saya tidak akan mundur menghadapi koruptor. Mereka harusnya ngerti saya ini siap mati untuk bangsa dan negara ini. Mafia manapun saya tidak takut. Apalagi ada Kapolri dan TNI, apalagi ada guru-guru yang akan membantu saya," katanya.
Pilihan Editor Kapolres Ngada Jadi Tersangka Pencabulan Anak dan Narkoba