Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG warga negara Indonesia, guru besar bela diri Kateda Internasional Lionel Henry Nasution, 38 tahun, sekarang menjadi buron polisi Inggris. Dia dicari-cari pihak berwajib Inggris karena selama tinggal di negara itu, konon, membuat beberapa "dosa".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan polisi Inggris, guru besar kateda itu melakukan beberapa tindakan tak terpuji. Ia, misalnya, dituduh menyebarkan ajaran sesat, berhubungan seks dengan muridnya, dan menyalahgunakan uang iuran anggota untuk kepentingan pribadi. Beberapa media massa Inggris gencar memberitakan kebobrokan Lionel, yang bertato gambar naga di dadanya. Pada acara "Watchdog", mata acara berita kriminalitas BBC, yang biasa- nya menayangkan buron bekerja sama dengan polisi Inggris -- disiarkan sebuah rekaman yang memuat kegiatan Kateda Internasional dan Lionel selama di London.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian bekas murid Lionel dalam rekaman video tersebut menyatakan bahwa Lionel mengeksploitasi kehidupan seksual me- reka dan mendorong mereka untuk selalu berpakaian seksi. Dalam rekaman itu juga ditunjukkan rumah dan mobil mewah Lionel, seperti Rolls Royce, Porsche, dan Jaguar. Mobil- mobil itu semuanya bercat hitam dengan gambar naga. Selain itu, masih menurut pengakuan seorang muridnya di video itu, mereka juga diputuskan hubungan dengan dunia luar dan dipaksa hidup hanya demi kateda. Para murid itu tak bisa bersekolah, bepergian, atau menikmati kehidupan lain.
Dalam bcrita di media massa Inggris disebutkan, wanita yang "dikuasai" guru besar itu bisa sampai empat tahun tak mampu melepaskan diri. Mereka bahkan mau disuruh apa saja. "Murid-murid Lionel selalu menyebut-nyebut bahwa ia punya kelebihan tenaga dalam. Malah ia, konon, dengan kekuatan batinnya mampu menguasai pikiran orang lain," kata sumber Tempo di Kateda Indonesia.
Baca artikel lain:
Yang paling parah adalah pengaruh latihan spiritual yang diberikan guru yang mempunyai sorot mata tajam itu. Ia me- maksa setiap muridnya untuk mendengarkan pesan-pesan lewat kaset. Kelompok itu akhirnya oleh publik London dinilai sudah terjerat dalam aliran sesat. Karena itu, polisi mengimbau agar masyarakat London tak mengikuti kelompok itu. Dinas rahasia Inggris, bahkan, mengeluarkan surat penangkapan terhadap Lionel.
Dalam sebuah penggerebekan di kantor pusat Kateda Internasional di Wood And Gardens, Northolt West London, Desember 1989, polisi menangkap dua anggota kateda, sedangkan Lionel sudah hengkang ke Indonesia. Karena itu, kini, pihak Interpol Inggris menghubungi Mabes Polri untuk mendapatkan informasi tentang sepak terjang Lionel bersama katedanya di Indonesia.
Lionel, kabarnya, pada 1969 belajar ilmu kateda selama tiga tahun dari seorang biksu di Tibet. Sejak 1972, dia memperkenalkan ilmu bela diri itu di kalangan teman-temannya di Universitas Indonesia. Waktu itu muridnya, antara lain, Jimmy Thaibsyah dan Otong Baharudin. Akhirnya kedua muridnya itu masing-masing "nyempal" mendirikan aliran Kateda Indonesia dan Kateda Matahari.
Pada 1976, Lionel berangkat ke Inggris untuk belajar bahasa. Empat tahun kemudian, ia membuka latihan kateda dengan nama Kateda Internasional di London. Setelah itu, anggotanya berkembang hingga sekarang menjadi sekitar 55.000 orang. Rencananya kateda di London itu akan dijadikan pusatnya. Rencana itu, kabarnya, salah satu penyebat bentroknya Lionel dengan muridnya Jimmy. Sebab, Jimmy menghendaki pusat kateda di Indonesia.
Keduanya semakin tak cocok karena Lionel dianggap banyak memanfaatkan uang iuran untuk kepentingan pribadi. Akhirnya pada 1984 Jimmy pulang ke Indonesia dan memimpin Kateda Indonesia. Sebaliknya, Lionel tak mengakui kateda pimpinan Jimmy. Namun, Kateda Indonesia ternyata berkembang pesat, malah mampu menarik Bambang Trihatmojo duduk sebagai Dewan Pembina Pusat.
Lionel, menurut salah seorang muridnya, Agustus 1988 mengundurkan diri dari Kateda Internasional, dan kembali ke Indonesia. Niatnya konon mempersatukan aliran kateda yang, katanya, terpecah-belah sejak ditinggalkannya. Untuk itu Januari lalu, Lionel membentuk Yayasan Fokus (Federation of Kateda United Societies) Indonesia di Manado. Sulawesi Utara. Untuk menarik minal siswa, Lionel juga membawa teman-temannya dari London guna mengaja pelatih-pelatih Indonesia.
Lewat bendera Fokus Indonesia itulah, Lionel mampu menjaring 2.000 murid di Manado. Yayasan itu, menurut Ivan Runtu, Humas Fokus Indonesia di Manado, sudah mendapat rekomendasi dari pengurus Korpri Sul-Ut untuk membuka latihan di instansi pemerintah. Fokus Indonesia yang berpusat di Manado itu sekarang sudah mempunyai cabang, antara lain di Bandung, Jakarta, dan Surabaya.
Hingga kini, pihak Polda Sulawesi Utara dan Tengah, menurut Kepala Intelpam Polda, Letnan Kolonel Moedji Harjadi, belum menerima perintah untuk menangkap Lionel. "Saya akan minta keterangan dulu ke Mabes Polri," katanya. Di Fokus Indonesia, Lionel, menurut Tineke, salah satu bekas muridnya, juga sering memberikan pesan lewat kaset. Memang dalam latihan murid wanita berpakaian bela diri dengan celana panjang.
Namun, ketika rapat misalnya, para murid wanitanya harus mengenakan rok cukup pendek. "Saya keluar dari Fokus, karena melihat gejala yang tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia. Terlalu bebas," kata Tineke.
Lionel hingga kini tak ketahuan alamatnya. Konon, dia sekarang sedang "bertapa" di Gunung Bromo, Jawa Timur. Ketua Cabang Fokus Indonesia Bandung, Adhi Surya, mengaku sudah tahu berita sepak terjang Lionel di London. Namun, dia tak percaya terhadap kebenaran berita itu. Isu itu, katanya, hanyalah ulah pihak-pihak yang tak bertanggung jawab untuk memecah-belah. "Ini merupakan isu-isu yang dilemparkan oleh orang-orang yang iri dan ingin menjatuhkan organisasi kami," katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo