DELAPAN remaja desa dari Kecamatan Rantau Selamat, Aceh Timur, itu tampak berjingkrak-jingkrak. Sesaat kemudian ada yang menggelepur. Ada juga yang melenguh, bagai kerbau. Darah bercampur cairan putih susu keluar dari mulut mereka. Wajah, dada, dan jari mereka sekonyong membiru. Syaiful Bahri alias Ipung, seorang dari mereka, ditemukan merendam diri di sungai. "Tubuh terasa dibakar," kata Ipung. Seisi Desa Sungai Raya, Kemukiman Labuhan Keude, jadi sibuk pada malam nahas, Sabtu 13 Juni lalu. Para remaja tersebut kemudian terpaksa diangkut ke puskesmas terdekat. Gawatnya, di tempat itu mereka tak bisa dilayani, lalu dibawa ke RS Langsa, 27 km dari desa itu. Syahril dan Zakaria, 19 tahun, dalam perjalanan mengembuskan napas terakhir. Dengan lidah pecah-pecah Ipung, Jailani Nawi, 21 tahun, Ramli, Agus Salim, 17 tahun, Jamal, 19 tahun, Said Khaled, 18 tahun, terkapar di rumah sakit itu. Ramli selama dua hari pingsan. Menurut Ramli, mereka teler lantaran minum "ramuan" yang disuguhkan Ucok. Yang terakhir ini putra seorang perwira di Kesehatan Kodim Langsa. Ia terhitung sering masuk ke desa itu. Tujuannya, ke rumah Sutrisni, bunga melar putri Muchtar, 40 tahun. Ucok, lulusan SMA, jatuh hati pada Sutrisni yang berkulit sawo matang itu. Rupanya, Ucok bertepuk sebelah tangan. Trisni sudah digaet Tambeng. Malah rencananya Trisni akan menikah dengan Tambeng pada Agustus ini. Melihat gelagat ini, Ucok, 24 tahun, lebih sering membawa teman-temannya bertandang ke desa itu. Mereka mereguk minuman keras. Sebagian penduduk desa merasa terganggu. Karena itu, pada suatu ketika rumah "bunga" itu dihujani batu. Ucok tak senang. Lalu pada malam Minggu itu, dia mengunjungi desa tersebut. Para remaja tadi, yang juga sedang bertandang ke rumah Trisni, diajak minum. Mereka membeli tiga botol soda ater yang dituangkan ke cerek. Ucok lalu mengeluarkan sebuah botol kecil dan dua ampul - sejenis obat keras. Isi ampul itu dikocoknya ke dalam botol kecil berisi cairan putih tersebut. Adukan itu kemudian dituangkannya ke dalam cerek tadi. Diaduk lagi. "Minumlah, biar agak fly. Enak," kata Ucok. Remaja-remaja itu curiga. Ucok paham. Dia sendiri yang memulai menenggak minuman itu. Melihat itu, Syahril dan teman-temannya hilang enggan. Syahril mereguk dua gelas, dan Zakaria satu setengah gelas. Sedang yang lainnya, hanya dua tiga teguk saja. Tetapi Trisni melarang Tambeng dan dua temannya yang hadir di sana ikut meramaikan acara minum-minum itu. Mereka selamat. Lain pula Ucok. Setelah para remaja itu "hanyut", ia pergi ke kamar kecil, memuntahkan yang sempat diminumnya. Tak lama, Ucok permisi pulang ke Langsa. Tak sampai 30 menit berlalu, Syahril dan kawan-kawannya tumbang. Menurut Kapolres Aceh Timur, Letkol Drs. Masri Ramied, 39 tahun, Ucok kini buron. Sedangkan muntah para korban sedang diteliti di laboratorium. Polisi menduga, cairan yang dicampur dengan tambul mangga dan jadi racun itu diambil Ucok dari rumahnya. Benda itu kata sumber TEMPO, berasai dari ayah Ucok. Untuk sementara, Masri baru menggolongkan perbuatan Ucok sebagai kenakalan remaja. Katanya, Ucok seorang pemuda agresif. "Kalau teman-temannya itu jadi korban gara-gara pacar, ya, mungkin saja," katanya. Menurut Abdurrahman, teman Ucok, sebenarnya sasaran Ucok hanya Tambeng. Dia sakit hati pada anak muda ini, karena berhasil menggaet hati gadis pujaannya yang berusia 16 tahun itu. Sedangkan enam korban yang sudah sembuh itu masih menyimpan sakit hati pada Ucok. "Bangsat. Dia kok setega itu. Kalau jumpa Ucok, saya bisa silap," kata Agus Salim. Monaris Simangunsong, Laporan Muchsin Lubis Biro Medan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini