Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Setelah Tantang TNI, TPNPB OPM Dilaporkan Serang Pendulang Emas Yahukimo dan Tembak Mantan Kapolsek

TPNPB OPM diduga menyerang pendulang emas di sekitar Kali Silet, perbatasan Kabupaten Yahukimo dengan Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Pegunungan.

9 April 2025 | 08.18 WIB

Proses evakuasi mantan Kapolsek Mulia Iptu (Purn) Djamal Renhoat di Bandara Udara Mozes Kilangin Timika, Selasa (8/4) (ANTARA/HO-Dokumen pribadi)
Perbesar
Proses evakuasi mantan Kapolsek Mulia Iptu (Purn) Djamal Renhoat di Bandara Udara Mozes Kilangin Timika, Selasa (8/4) (ANTARA/HO-Dokumen pribadi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) diduga menyerang pendulang emas di sekitar Kali Silet, perbatasan Kabupaten Yahukimo dengan Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Pegunungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dandim 1715/Yahukimo Letkol Inf Tommy Yudistyo menyebutkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Elkius Kobak dilaporkan melakukan penyerangan dan membunuh pendulang emas di sekitar Kali Silet itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ya benar ada informasi terkait pembunuhan terhadap para pendulang pada Minggu (6/4) lalu, namun belum dapat dipastikan berapa banyak yang menjadi korban karena untuk mencapai lokasi tersebut dari Dekai harus menggunakan helikopter," kata Dandim Yahukimo kepada Antara di Yakuhimo, Asmat, Rabu, 9 April 2025.

KKB adalah istilah yang digunakan pemerintah untuk menyebut kelompok separatis di wilayah Papua. Diduga yang melakukan penyerangan terhadap para pendulang emas adalah kelompok Yahukimo pimpinan Elkius Kobak.

"Saat ini kami masih melakukan koordinasi untuk mengambil langkah terkait evakuasi, baik terhadap korban maupun mengamankan para pendulang yang masih berada di sekitar TKP," kata Tommy Yudistyo.

Kelompok TPNPB OPM juga diduga di belakang serangan terhadap mantan Kapolsek Mulia Iptu (Purn) Djamal Renhoat. Penembakan terjadi pada Senin malam, 7 April 2025 di kios yang juga menjadi rumah korban.

"Pelaku penembakan adalah anggota KKB, namun belum diketahui dari kelompok mana karena masih dalam penyelidikan," kata Kapolres Puncak Jaya AKBP Kuswara, Selasa.

Sebelumnya, juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan kelompoknya siap berperang bila pemerintah tidak segera mengakui hak kedaulatan Papua. "Kami siap melakukan perang sampai dunia kiamat, jika negara Indonesia tidak mengakui hak kedaulatan orang Papua dan disampaikan kepada pejabat-pejabat orang Papua untuk hentikan aktivitasnya sebagai agen pembunuhan bagi orang Papua," kata Sebby dalam keterangan tertulisnya pada Selasa.

Dia menyebut pernyataan perang ini karena buntut dari penembakan terhadap orang asing di Kuala Kencana, Timika, Provinsi Papua. Sebby mengatakan peristiwa penembakan tersebut dilakukan oleh prajurit militer Indonesia yang bertugas di wilayah itu.

"Penembakan Pilot Glenn di Distrik Alama-Mimika dan orang asing lainnya serta orang Papua yang dibunuh oleh Militer Pemerintah Indonesia itu semuanya dilakukan demi uang," ucap dia.

Menurut dia, selain uang, misi utama para prajurit militer Indonesia melakukan penembakan itu adalah untuk menambah alutsista perang. Sebby berujar peristiwa itu juga untuk mengamankan perusahaan asing dan nasional yang ada di wilayah Papua.

Namun menurut Kepala Operasi Damai Cartenz 2024 Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani, Pilot Glen Malcolm Conning, 50 tahun, tewas dibunuh oleh kelompok kriminal bersenjata atau KKB yang menamakan diri TPNPB-OPM pada Senin, 5 Agustus 2024. Mereka menyandera dan membunuh Conning di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Faizal mengungkapkan kejadian itu bermula saat helikopter berjenis IWN, MD. 500 ER PK yang diawaki Glen Malcolm Conning, mendarat di Distrik Alama. Di dalam helikopter terdapat empat penumpang, yang terdiri dari dua orang dewasa berprofesi tenaga kesehatan, seorang anak, dan satu bayi. Usai membunuh pilot asal Selandia Baru itu, KKB juga membakar helikopter tersebut.

TNI Tak Akan Tambah Pasukan di Papua

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi menyatakan TNI tidak akan menambah pasukan untuk menghadapi gangguan keamanan yang dilakukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Dia berujar TNI tetap akan bertugas seperti biasa untuk mengamankan wilayah Papua.

"Pendekatan humanis, dialogis, pembinaan teritorial, tetap dikedepankan sesuai perintah Panglima TNI," kata Kristomei melalui pesan singkat kepada Tempo pada Selasa, 8 April 2025.

Pendekatan secara teritorial tersebut dilakukan merespons pernyataan TPNPB-OPM yang siap berperang melawan prajurit militer Indonesia. "OPM selalu mengeluarkan pernyataan propaganda seperti ini untuk menakut-nakuti rakyat, mengancam, mengintimidasi masyarakat," tutur Kristomei.

Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambo mengatakan, pihaknya menetapkan sembilan wilayah di Papua sebagai zona perang. Sebby mendesak pemerintah Indonesia segera mengevakuasi warga di sembilan wilayah tersebut. "Kami sudah peringatkan agar orang Indonesia tidak masuk ke wilayah tersebut," ujar Sebby kepada Tempo pada Jumat, 4 April 2025.

Sembilan wilayah di Papua yang dimaksud adalah Kabupaten Yahukimo; Pegunungan Bintang; Nduga; Puncak Jaya; Intan Jaya; Maybrat; Dogiyai; Paniai; dan Deiyai.

Sebby mengatakan, untuk memperkuat teritorial, TPNPB memerintahkan milisi di sembilan komando daerah pertahanan (kodap) untuk memperkuat pasukan untuk meladeni perlawanan TNI-Polri. "Di Intan Jaya, kami sudah perintahkan penambahan pasukan karena TNI memberi masuk helikopter ke sana," kata Sebby.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Penerangan Komando Militer (Kapendam) XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Candra Kurniawan menegaskan, pasukannya tidak akan menerapkan zona perang dalam menangani konflik di tanah Papua.

Candra menegaskan, TNI berpegang teguh pada tugas, pokok, dan fungsinya yang berhubungan dengan pengamanan di wilayah Papua. "TNI hanya berfokus untuk melayani, melindungi, dan mengayomi masyarakat. Tidak menerapkan zona perang," ujar Candra ketika dihubungi oleh Tempo lewat aplikasi perpesanan pada Sabtu, 5 April 2025.

M. Raihan Muzzaki, Andi Adam Faturahman dan Vedro Imanuel Girsang berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus