Diduga warga Italia itu tewas dibunuh sesama homo. Ia selalu pulang malam. JERIT Emy Sofia mengusik ketenangan warga kompleks perumahan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pembantu rumah tangga itu panik ketika datang ke rumah itu menemukan tubuh majikannya, Paolo Choggi, bermandi darah. Ceceran darah sudah mengering di sprei, bantal, dan lantai. Paolo tewas belum lama ini. Tubuhnya yang bugil tergolek miring di tempat tidur. Tangan kanannya terlipat di balik pinggangnya. Leher lelaki berbadan tinggi dua meter itu hampir putus. Isi rumah yang dihuninya itu berantakan. Pelaku pembunuhan agaknya mencari sesuatu. Barang-barang semua diacak-acak, dan beberapa yang berharga raib. Kata Emy kepada polisi, pembunuh menyambar satu kotak berisi kalung, gelang emas, serta beberapa batu permata. Sebuah video juga lenyap. Pembunuh bujangan berusia 27 tahun itu, menurut dugaan polisi, tiga orang. Di rumah manajer pemasaran PT Delta Santa Wood itu ditemukan empat gelas sisa minuman dan empat piring bekas sate. Padahal, sebelum Emy meninggalkan rumah tersebut, pembantu itu menyediakan segelas air putih untuk Paolo. Emy tinggal di rumah lain di daerah Kelapa Gading, dan datang kalau sedang bertugas di rumah Paolo. Kadispen Polda Metro Jaya, Letnan Kolonel Latief Rabar, menolak menjelaskan kasus ini secara rinci. Ia beralasan sehubungan dengan Tahun Kunjungan Indonesia 1991, kejahatan yang menimpa seorang warga negara asing jangan dibesar-besarkan. "Nanti enggak ada turis berani datang ke Indonesia," katanya. Hingga kini polisi telah menginterogasi penjual sate. Sebelum Paolo tewas, ia mengaku melayani empat piring sate yang dipesan si penghuninya. Makanya, diduga pemesan sate malam itu adalah pelaku pembunuhan warga Italia yang sudah setahun bekerja di perusahaan perkayuan tadi. "Para pelaku tampaknya kenal dekat dengan korban, hingga sempat dijamu Paolo," kata sumber TEMPO di Polsek Kelapa Gading. Menurut Emy, majikannya adalah homoseks. Ia mempunyai beberapa teman dekat lelaki yang sering diajak main ke rumahnya. Malam sehari sebelum kejadian, Paolo pergi main bilyar. Polisi sedang melacak kemungkinan sepulangnya main bilyar Paolo membawa teman dekatnya. Dari rumah itu polisi menyita dua pisau dengan bercak darah, bantal, dan guling yang bernoda darah. Polisi telah memeriksa dua belas saksi. Empat di antaranya adalah rekan Paolo yang disangka teman homoseks. "Untuk sementara kami simpulkan motif pembunuhan ini adalah perampokan," kata sumber itu lagi. Emy menyebutkan pada polisi, sehari sebelumnya, Paolo mengobrol dengan Edy Triyanto. Ia ini anak buah Paolo di perusahaan perkayuan yang memilih markas di Marunda, Jakarta Utara. Setelah pemegang paspor Italia itu tewas, Edy diperiksa secara intensif di Polsek Kelapa Gading. "Ia ditangkap ketika sedang di jalan," kata sumber tadi. Agaknya, polisi mendapat titik terang setelah menanyai Edy. Pelakunya, agaknya, hanya berkisar antara sesama teman Paolo sendiri. Edy hari itu juga dilepas. Kata polisi, di antara pelaku pembunuhan itu ada yang sudah kabur ke luar Pulau Jawa. "Ketiganya diduga homoseks," ujar sumber di Polsek Kelapa Gading. Paolo, menurut tetangganya, tergolong orang yang ramah. "la sering berbasa-basi dengan kami," kata seorang yang berumah di depan rumah lelaki yang mengalami nasib naas itu. Namun, tidak semua mereka mengenalnya secara dekat. Mungkin karena sejak pagi ia pergi ke kantor, dan pulang sering di atas pukul delapan malam. Pihak perusahaan tempat Paolo bekerja kini merasa kehilangan. Selain dekat dengan kalangan direksi, ia kabarnya menguasai enam bahasa asing. "Kewarganegaraan Paolo membantu perusahaan kami dalam transaksi dengar negara-negara konsumen," kata Randy Okciasmoko, salah seorang anggota Direksi PT Santa Wood. Gatot Triyanto dan Andy Reza Rohadian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini