JONNY Wasono, 28 tahun, mendapat durian jatuh karena tebakan Porkasnya pertengahan Oktober lalu mengenai sasaran. Hadiah jutaan spontan membayang di pelupuk mata. Tapi angan-angannya -- itu kandas di tengah jalan, gara-gara tindasan kupon yang dibeli raib tak ketahuan rimbanya "Saya nggak mengerti, kenapa bisa jadi begini," katanya. Ketika itu ia membeli 25 lembar kupon Porkas di kios Haryono, seorang pengecer yang tinggal tak jauh dari rumahnya, di Jalan Jayengan, Madiun. Berdasarkan mimpi yang diperoleh, ia mengisi huruf LDFI untuk 19 kupon. Lalu 3 lembar ditulis LFD dan sisanya dengan LF. Ternyata, susunan huruf yang ditebak cocok dengan yang diumumkan pada putaran ke-42, pada 18 Oktober lalu. Jonny berjingkrak. Bila dijumlahkan, ia akan menerima sekitar Rp 18 juta. Belum termasuk hadiah tambahan, yakni sebuah mobil, sepeda motor, dan televisi. Hari Senin, ditemani Haryono, pengecer tadi, Jonny berangkat ke agen pusat Porkas di Madiun sembari membawa segudang kegembiraan. Namun, sambutan yang diterima di luar dugaannya. Jangankan dapat hadiah sampingan, uang yang seharusnya jadi haknya tak serupiah pun masuk kantungnya. Menurut si agen, tindasan kupon yang dibeli Jonny tak ditemukan. Artinya, tak terbukti Jonny pernah membeli kupon Porkas. Padahal, Haryono mengaku bahwa ia sudah menyetor salinan kupon ke agen. Dari 15 buku yang hendak dijual, laku 9 buku. Ia juga menerima tanda bukti setor dari salah seorang petugas keagenan. Walaupun bukti cukup kuat, hadiah belum juga didapat. Seminggu kemudian, ditemani Haryono dan Tandiono, bos agen Porkas Madiun Jonny berangkat ke Kediri. Agen Porkas Madiun dan Kediri memang di bawah satu koordinasi. Di situ Haryono diminta menulis kembali huruf yang pernah ditulis di kupon Jonny. Tapi, menurut pengamatan kedua pimpinan agen Porkas itu, tulisan Haryono tak sama. "Bahkan, kami dikatakan sebagai penipu dan pencuri," kata Haryono, 32 tahun. Percekcokan tak terelakkan, hingga muncul dua petugas kepolisian. Jonny dan Haryono sempat dibawa ke Polres Kediri dan diharap agar mereka tak memperpanjang urusan itu. Runyam sudah. Tak tahu ke mana harus mengadu, akhirnya, bujangan bertubuh kurus itu melapor ke Polresta Madiun. Laporan Jonny ditanggapi. Pihak yang bersengketa itu lalu dipanggil. Namun, hingga kini hadiah yang diharapkan Jonny tak kunjung datang. "Kalau benar arsip agen itu hilang, siapa yang mesti bertanggung jawab?" kata Jonny lagi. Tandiono juga tetap bersikukuh tak mau membayar, tanpa bukti kongkret. "Tindasan yang merupakan arsip di tempat kami, ternyata tak ada," kata Tandiono, kendati ia mengakui bahwa Haryono memang sudah setor. Selain itu, ia menyangkal mempersulit persoalan. "Kami ini berusaha menaikkan omset. Buat apa berbuat curang?" katanya lagi. Tandiono juga membantah kalau dikatakan pihaknya pernah melontarkan tuduhan pencurian dan pemalsuan pada Jonny dan Haryono. Menurut sebuah sumber, ada dugaan Jonny dan Haryono bersekongkol. Caranya, setelah setor, diam-diam Haryono mengambil kupon kosong, dan mengisinya begitu keluar pengumuman resmi. Sebab, bukan tak mungkin Haryono, yang sebelumnya katanya "punya catatan jelek" di polisi itu, melakukan kembali tindakan tak terpuji itu. Tuduhan memalsu kupon belakangan digugurkan oleh Kaporesta Madiun. "Sama sekali tak ditemukan indikasi kupon itu palsu," kata Letkol Luthfi Dahlan. Yang jadi masalah, tindasan kupon Jonny memang tak ditemukan. "Tapi kemungkinan hilang di perjalanan sangat kecil," ujar Kapolresta lagi. Pengawalan yang dilakukan petugas agen Porkas cukup ketat. Dan polisi, katanya, bertekad terus melakukan penyidikan sampai ada titik terang. Pihak Jonny juga tak tinggal diam. Akhir November lalu, ia mengirim surat ke DPRD Madiun dan ke Menteri Sosial, mengadukan nasibnya. "Sekarang ini saya stres. Kepada siapa lagi saya mengadu?" tuturnya. Dan wajah Jonny masih kuyu. Yusroni Henridewanto (Jakarta) & Budiono Darsono (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini