Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EMPAT buah pelor melesat menghantam tubuhnya. Dua di antaranya,
yang bersarang di kepala dan lambung sebelah kiri, berakibat
fatal. Ia tewas seketika. Begitulah nasib Sofyan Hasibuan. 3
tahun, yang dihajar oleh polisi Tebingtinggi, Deli Serdang?
Sumatera Utara, 30 Nopember malam lalu.
Lalu sederet daftar dosa pun segera diumumkan polisi Sofyan,
alias Karmun atau nama lain dari Zufri, kata polisi, memang
buronan yang licin sejak dua tahun lalu. Yaitu ketika ia
ditangkap di Selapian setelah menyikat « kg emas milik seorang
penduduk Binjai. Ketika sedang dalam pemeriksaan polisi ia
kabur. Ia lari dengan tangan masih digari.
Perampokan belum lama ini di Medan, dengan korban turis
Australia yang dicomot sejumlah uang dan perhiasannya, konon
pelakunya juga Sofyan ini: Juga heboh aksi jambret di Binjai,
Medan dan Tanjungpura oleh seorang muda bersepeda motor Yamaha -
dan tak tertangkap -- jagoannya dituduh si Sofyan. Masih ada
lagi. Dosa terhadap pencurian motor Honda di Jalan Jurung,
Tebingtinggi, dituduhkan juga kepada almarhum. Dan sekarang
polisi tampaknya lega hati. "Akhirnya buronan itu dapat kami
sikat juga," kata PE Siregar, Letda alumni Akabri, Komandan
Sektor 20204 Tebingtinggi.
Hari terakhir bagi Sofyan ialah tengah malam 30 Nopember itu.
Kabarnya ia hendak merampok Tajudin, bandar judi Kim, di arena
Kim Santai di Jalan Sudirman, Tebingtinggi. Untung korban
perampokan sempat berteriak: "Rampok!" Sofyan kabur tapi
kepergok sersan Ismail Lengah yang kebetulan malam itu berada di
sana. Dan tak dibiarkan. Ismail, 37, terus mengejar dari
belakang. Sambil menembak ke atas, sebagai peringatan, polisi
ini berteriak: "Jangan lari, kau. Aku polisi!"
Tembakan polisi tak diindahkan Sofyan. Kali berikutnya tembakan
Ismail mengarah lurus ke depan. Sofyan, entah kena di bagian
tubuhnya yang mana, kontan terjerembab. Tapi ia bandel. Ketika
Ismail hendak meringkusnya ia tetap melawan. Sebuah linggis besi
dihantamkan ke kepala Ismail. Begitu Ismail mengaduh dan puyeng,
Sofyan membawa lukanya berlari.
Gegar Otak
"Di antara sadar dan tidak," begitu cerita Ismail, karena
hantaman linggis Sofyan terasa menyakitkan juga - yang ternyata
kemudian menyebabkan polisi ini gegar otak -- ia menembak lagi
beberapa kali. Polisi ini jago tembak juga rupanya: ia berhasil
menyarangkan tiga buah pelor lagi di tubuh buronannya.
Penduduk di sekitar peristiwa, yang terbangun dari tidurnya oleh
suara ledakan pistol, menemukan tubuh polisi dan buronannya
tergeletak terpisah 10 meter di jalanan. Sofyan tak tertolong.
Sedang Ismail, yang pingsan, segera diangkut ke rumah sakit
untuk memperoleh perawalan.
Pendapat orang Tebingtinggi macam-macam atas peristiwa tewasnya
Sofyan. Ada yang bangga memuji kelihayan polisi menembak. Ada
yang ikut lega atas berakhirnya kemungkinan gangguan Sofyan.
Tapi ada juga yang mengeritik polisi: kenapa mesti ditembak mati
tak berperikemanusiaan polisi itu. Yah 'kan terpaksa: membela
diri dari bandit yang melawan alat negara?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo