Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hukum

Ada Gertak Di Kelok Jalan

Opstibda gadungan sering bermunculan di pekanbaru, riau, dengan menggunakan kendaraan pejabat setempat. sementara itu opstibda menyelesaikan beberapa kasus penyelundupan secara diam-diam. (krim)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINGGU terakhir bulan lalu. Dua buah oplet, sarat dengan puluhan bal tekstil selundupan. Maju menuju Padang dari Pekanbaru. Kabarnya barang itu berasal dari Singapura -- melalui Tanjung Pinang. Sampai di Kelok 9, perbatasan Sumatera Barat dengan Riau, iringan oplet dicegat 5 orang berkendaraan sedan mulus. Mereka mengaku sebagai petugas Opstib. Setelah periksa ini dan itu, 'petugas opstib' menggertak: tinggalkan semua barang. Disita. Orangnya boleh enyah! Para pengawal barang berjalan terus ke Padang. Sampai di sana langsung lapor ke polisi. Adakah hari itu petugas Opstib bertugas di jalanan menghadang barang selundupan? Tidak ada .... Maka polisi pun bergerak. Dan itu tak sulit, sebab para saksi masih dapat menuturkan ciri-ciri lengkap para perampas itu. Lagi kendaraan yang digunakan untuk mencegat juga tak asing lagi: yang satu adalah sedan BM 666 P - dan ini kendaraan pribadi Hery, yang tak lain adalah menantu Gubernur Riau Arifin Ahmad. Satunya lagi sedan BM 46 P, mobil dinas milik Pemda Riau yang biasa dipakai Ajudan Gubernur. Tapi, kata Kadapol Riau Brigjen Pol. Nuryono, jangan salah sangka. "Tak ada oknum penjabat Pemda yang terlibat" - biasa. Hanya kendaraan mereka memang digunakan, tanpa setahu yang berkuasa, untuk berbuat kejahatan. Bagaimana bisa terjadi begitu? Kadapol tak menjelaskan. Namun dari petunjuk para saksi, polisi cepat berhasil meringkus para petugas Opstib gadungan itu. Terdiri dari dua anggota ABRI non-aktif, seorang wartawan, seorang pekerja pelabuhan dan seorang bekas penjabat di kantor Gubernur Arifin. Nah, itulah rupanya. Kisah Guan Seng Orang Pekanbaru asyik juga membicarakan mobil-mobil orang terkenal yang terlibat itu. Lebih-lebih, perkembangannya, terkait-kait juga nama penting lain: Guan Seng alias Hengky. Kabarnya tekstil yang disikat "Opstib" di Kelok 9 itu miliknya. Kalau itu benar, berarti, Guan Seng untuk kedua kalinya diganggu petugas Opstib gadungan. Yang pertama terjadi pertengahan Oktober lalu. Ada dua orang tamu berseragam perwira tentara lengkap dengan pistolnya, muncul di Tanjung Pinang. Mereka menginap di kamar nomor 7 Penginapan Sampurna. Tinggal semalam, keesokan harinya dua "perwira" itu mendatangi Guan Seng. Siapa pun di kota itu kenal cina ini: orang yang tak mempan digertak penegak hukum, walaupun dikenal di sana sebagai biang penyelundup. Tapi kali itu, berhadapan dengan dua "perwira". Guang Seng mati kutunya. Sebab dua orang tamunya itu menunjukkan surat: perintah agar Guan Seng ikut si pembawa sunt, petugas Opstib, berangkat ke Jakarta. Guan Seng tak dapat mengelak. Dengan diiring oleh "orang Opstib" ia terbang. Orang se Tanjung Pinang pun mendengar perihal Cuan Seng ditangkap Opstib. Bahkan itu menyebabkan beberapa penjabat, yang- selama ini dekat dengan Guan Seng, jadi panas dingin. Namun, diam-diam, ada juga penjabat yarlg rnenaruh curiga. Jakarta dikontak: adakah petugas Opstib dikirim ke Kabupaten Tanjung Pinang? Tidak ada, jawabnya. Apalagi Opstib 'kan bukan Tim 902-nya Jaksa Agung Ali Said yang mengurus penyelundupan? Guan Seng Segar Bugar Penjabat daerah tenang. Lebih-lebih, seminggu kemudian, Guan Seng sudah muncul kembali di Tanjung Pinang sehat wal afiat tak kurang suatu apa. Malah ngomongnya gede bukan main: "Saya ditempatkan di Hotel Menteng dan dijamin segalanya." Pokoknya, katanya urusannya dengan Opstib beres. Opstib betul? Guan Seng tak menjelaskam Hanya kepada TEMPO ia memang menyatakan: ia pernah diperiksa petugas Opstib di Jakarta. Itu saja. Entah betul entah tidak Berita Guan Yang pasti sampai hari ini tak terdengar kegegeran ada orang disergap Operasi Tertib di Riau. Padahal daerah Riau cukup tenar kerawanannya di bidang perhubungan laut, perikanan sampai kehutanan Bukan berarti di sana tak ada pungli. Malah, "laporan cukup banyak," kata Ketua Opstib Riau, Kadapol Brigjen Pol. Nuryono. Hanya, katanya, tak semua laporan benar dan berbukti. Namun, setidaknya, memang ada 26 kasus berbukti cukup yang dapat dikumpulkan. Cuma masyarakat sana tak akan tahu bagaimana penyelesaian 26 kasus itu. Sebab urusan diselesaikan "tanpa suara." Persoalan, oleh Opstibda, diserahkan kembali kepada instansi Pemerintah tersorot itu untuk dibereskan secara diam-diam ke dalam saja. Janganjangan opstib Riau tak bergigi? Ah, tidak. "Keadaan belum kritis" kata Kadapol. Dan lagi "tugas opstib hanya membantu menertibkan instansi pemerintah - bukan untuk ribut dan cakar-cakaran." Hidup Opstib! ("penyelesaian ke dalam" itu sering mengkhawatirkan si pelapor sendiri: rahasianya tak terjamin).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus