Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MINGGU terakhir bulan lalu. Dua buah oplet, sarat dengan
puluhan bal tekstil selundupan. Maju menuju Padang dari
Pekanbaru. Kabarnya barang itu berasal dari Singapura -- melalui
Tanjung Pinang. Sampai di Kelok 9, perbatasan Sumatera Barat
dengan Riau, iringan oplet dicegat 5 orang berkendaraan sedan
mulus. Mereka mengaku sebagai petugas Opstib. Setelah periksa
ini dan itu, 'petugas opstib' menggertak: tinggalkan semua
barang. Disita. Orangnya boleh enyah!
Para pengawal barang berjalan terus ke Padang. Sampai di sana
langsung lapor ke polisi. Adakah hari itu petugas Opstib
bertugas di jalanan menghadang barang selundupan? Tidak ada ....
Maka polisi pun bergerak. Dan itu tak sulit, sebab para saksi
masih dapat menuturkan ciri-ciri lengkap para perampas itu. Lagi
kendaraan yang digunakan untuk mencegat juga tak asing lagi:
yang satu adalah sedan BM 666 P - dan ini kendaraan pribadi
Hery, yang tak lain adalah menantu Gubernur Riau Arifin Ahmad.
Satunya lagi sedan BM 46 P, mobil dinas milik Pemda Riau yang
biasa dipakai Ajudan Gubernur.
Tapi, kata Kadapol Riau Brigjen Pol. Nuryono, jangan salah
sangka. "Tak ada oknum penjabat Pemda yang terlibat" - biasa.
Hanya kendaraan mereka memang digunakan, tanpa setahu yang
berkuasa, untuk berbuat kejahatan. Bagaimana bisa terjadi
begitu? Kadapol tak menjelaskan. Namun dari petunjuk para
saksi, polisi cepat berhasil meringkus para petugas Opstib
gadungan itu. Terdiri dari dua anggota ABRI non-aktif, seorang
wartawan, seorang pekerja pelabuhan dan seorang bekas penjabat
di kantor Gubernur Arifin. Nah, itulah rupanya.
Kisah Guan Seng
Orang Pekanbaru asyik juga membicarakan mobil-mobil orang
terkenal yang terlibat itu. Lebih-lebih, perkembangannya,
terkait-kait juga nama penting lain: Guan Seng alias Hengky.
Kabarnya tekstil yang disikat "Opstib" di Kelok 9 itu miliknya.
Kalau itu benar, berarti, Guan Seng untuk kedua kalinya diganggu
petugas Opstib gadungan.
Yang pertama terjadi pertengahan Oktober lalu. Ada dua orang
tamu berseragam perwira tentara lengkap dengan pistolnya, muncul
di Tanjung Pinang.
Mereka menginap di kamar nomor 7 Penginapan Sampurna. Tinggal
semalam, keesokan harinya dua "perwira" itu mendatangi Guan
Seng. Siapa pun di kota itu kenal cina ini: orang yang tak
mempan digertak penegak hukum, walaupun dikenal di sana sebagai
biang penyelundup. Tapi kali itu, berhadapan dengan dua
"perwira". Guang Seng mati kutunya. Sebab dua orang tamunya itu
menunjukkan surat: perintah agar Guan Seng ikut si pembawa
sunt, petugas Opstib, berangkat ke Jakarta.
Guan Seng tak dapat mengelak. Dengan diiring oleh "orang Opstib"
ia terbang. Orang se Tanjung Pinang pun mendengar perihal Cuan
Seng ditangkap Opstib. Bahkan itu menyebabkan beberapa penjabat,
yang- selama ini dekat dengan Guan Seng, jadi panas dingin.
Namun, diam-diam, ada juga penjabat yarlg rnenaruh curiga.
Jakarta dikontak: adakah petugas Opstib dikirim ke Kabupaten
Tanjung Pinang? Tidak ada, jawabnya. Apalagi Opstib 'kan bukan
Tim 902-nya Jaksa Agung Ali Said yang mengurus penyelundupan?
Guan Seng Segar Bugar
Penjabat daerah tenang. Lebih-lebih, seminggu kemudian, Guan
Seng sudah muncul kembali di Tanjung Pinang sehat wal afiat tak
kurang suatu apa. Malah ngomongnya gede bukan main:
"Saya ditempatkan di Hotel Menteng dan dijamin segalanya."
Pokoknya, katanya urusannya dengan Opstib beres. Opstib betul?
Guan Seng tak menjelaskam Hanya kepada TEMPO ia memang
menyatakan: ia pernah diperiksa petugas Opstib di Jakarta. Itu
saja.
Entah betul entah tidak Berita Guan Yang pasti sampai hari ini
tak terdengar kegegeran ada orang disergap Operasi Tertib di
Riau. Padahal daerah Riau cukup tenar kerawanannya di bidang
perhubungan laut, perikanan sampai kehutanan Bukan berarti di
sana tak ada pungli. Malah, "laporan cukup banyak," kata Ketua
Opstib Riau, Kadapol Brigjen Pol. Nuryono. Hanya, katanya, tak
semua laporan benar dan berbukti. Namun, setidaknya, memang ada
26 kasus berbukti cukup yang dapat dikumpulkan.
Cuma masyarakat sana tak akan tahu bagaimana penyelesaian 26
kasus itu. Sebab urusan diselesaikan "tanpa suara." Persoalan,
oleh Opstibda, diserahkan kembali kepada instansi Pemerintah
tersorot itu untuk dibereskan secara diam-diam ke dalam saja.
Janganjangan opstib Riau tak bergigi? Ah, tidak. "Keadaan belum
kritis" kata Kadapol. Dan lagi "tugas opstib hanya membantu
menertibkan instansi pemerintah - bukan untuk ribut dan
cakar-cakaran." Hidup Opstib! ("penyelesaian ke dalam" itu
sering mengkhawatirkan si pelapor sendiri: rahasianya tak
terjamin).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo