Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI zaman ketika kongres biasanya sudah "diatur", kongres para
bintang film pertengahan Desember yang lalu merupakan sesuatu
yang istimewa: panas, agak kacau, tapi demokratis. Dan nampaknya
hasilnya memuaskan.
Yang jadi sasaran dalam Kongres ke-VI Persatuan Artis Film
Indonesia (Parfi) itu adalah kepengurusan 1975-1977. Ketuanya
Sudewo, seorang perwira ABRI yang dekat dengan kalangan
perfilman, bahkan pernah sekali dua main film.
Sudah sebelum kongres mulai para anggota Parfi yang aktif (di
antara 703 anggotanya) siap - mengecam. Dan di hari kedua dalam
Kongres yang tiga hari itu terjadilah yang ditunggu-tunggu.
Sudewo dikritik habis. "Itu wajar, karena kepengurusan Dewo
boleh dikata tak ada hasilnya," kata Sophan Sopian, yang
kemudian ternyata terpilih jadi salah seorang pengurus --
walaupun dulu ia pernah bilang emoh untuk aktif.
Keluhan terhadap Sudewo misalnya berkenaan dengan keputusannya
membekukan keanggotaan Faruk Afero, keturunan Pakistan yang
rupanya belum beres status WNI-nya. Berkat protes dan desakan
anggota lain, keputusan itu dicabut. Lebih menyesakkan anggota
ialah masuklya para artis asing ke sini, dan memegang peran
yang sebenarnya bisa dilakukan orang domestik. Misalnya film
Macan Terbang, Balada Dua Jagoan dan Duel Maut, memakai orang
Hongkong.
Sudewo sendiri mengaku banyak salah. "Saya juga menyadari tidak
pantas jadi pengurus, karena saya bukan artis, hanya artis tamu
saja," katanya. Ia tentu saja mengundurkan diri (dengan
pertanggungan jawab keuangan yang tampaknya beres), dan para
bintang film pun memilih sebagai Ketua Umum Soekarno M. Noor, 47
tahun, Kusno Sudjarwadi dan Sophan Sopian masing-masing jadi
Ketua I dan Il.
Di bawah ini wawancara Syarief Hidayat dari TEMPO dengan
Soekarno.
Bagaimana dengan artis asing yang main di sini?
Silakan. Tapi tidak boleh artis asing itu memerankan karakter
Indonesia. Juga kalau akan memerankan karakter asing mesti harus
dilihat dulu apakah artis Indonesia tak ada yang bisa
memerankannya. Kalau masih ada yang bisa kami akan menolak
kedatangan arti asing.
Perlindungan apa yang bisa diberikan Parfi kepada anggotanya?
Segala macam yang berhubungan dengan anggota. Seperti misalnya
kontrak. Sekarang tiap kontrak selalu sepihak, artis yang
dirugikan. Nantinya saya akan mencarikan modus baru dalam soal
kontrak. Supaya ada keseragaman yang bisa menguntungkan kedua
pihak.
Apa misalnya contoh yang merugikan artis?
Misalnya kerja hari Minggu. Itu tak dianggap lembur overtime.
Tadinya itu berjalan karena toleransi para artis, sekarang
dijadikan keharusan. Sebagai buruh kita punya jam kerja 8 jam.
Tapi kenya, taannya kami bekerja 24 jam, dan keleI bihannya tak
dihitung.
Bagaimana kesejahteraan anggota?
Kami menentukan buat yang sait dapat sumbangan Rp 10.000 dan
yang meninggal Rp 25.000.
Katanya ada pembagian tanah untuk perumahan?
Itu kebijaksanaan kepengurusan Dewo. Saya tak ikut campur. Dan
pengurus yang sekarang tak mau dilimpahi pekerjaan itu. Kami
menganggap pekerjaan itu tidak adil. Dulu zaman periode
kepengurusan Sofia (1972-1974) juga pernah ada tawaran kredit
mobil dari PT Astra dan Udatimex. Tapi kami anggap itu tak akan
jadi adil, karena jatah yang terbatas dan tentu yang bisa
mengkredit hanya artis yang laku saja -- padahal mereka biasanya
sudah punya mobil. Jadi bagaimana nasib artis yang tak laku?
Bagaimana kalau ada pemain yang bukan anggota Parfi?
Silakan, tapi ingat setiap produksi harus dapat rekomendasi
Parfi. Kami tak akan memaksa mereka jadi anggota Parfi.
Sekarang ini kebanyakan anggota Parfi tamatan SMP. Bagaimana
anda meningkatkan mutu mereka?
Menyekolahkan kembali tentu tak mungkin. Jalan satu-satunya
menambah pengetahuan mereka. Dengan diskusi, tukar pikiran dan
pengalaman, dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo