Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Soekarno: "kami akan menolak ..."

Wawancara tempo dengan soekarno m.noor tentang artis asing dan keanggotaan parfi sehubungan dengan diangkatnya soekarno sebagai ketua umum parfi, dalam kongres ke-vi persatuan artis film indonesia. (fl)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI zaman ketika kongres biasanya sudah "diatur", kongres para bintang film pertengahan Desember yang lalu merupakan sesuatu yang istimewa: panas, agak kacau, tapi demokratis. Dan nampaknya hasilnya memuaskan. Yang jadi sasaran dalam Kongres ke-VI Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) itu adalah kepengurusan 1975-1977. Ketuanya Sudewo, seorang perwira ABRI yang dekat dengan kalangan perfilman, bahkan pernah sekali dua main film. Sudah sebelum kongres mulai para anggota Parfi yang aktif (di antara 703 anggotanya) siap - mengecam. Dan di hari kedua dalam Kongres yang tiga hari itu terjadilah yang ditunggu-tunggu. Sudewo dikritik habis. "Itu wajar, karena kepengurusan Dewo boleh dikata tak ada hasilnya," kata Sophan Sopian, yang kemudian ternyata terpilih jadi salah seorang pengurus -- walaupun dulu ia pernah bilang emoh untuk aktif. Keluhan terhadap Sudewo misalnya berkenaan dengan keputusannya membekukan keanggotaan Faruk Afero, keturunan Pakistan yang rupanya belum beres status WNI-nya. Berkat protes dan desakan anggota lain, keputusan itu dicabut. Lebih menyesakkan anggota ialah masuklya para artis asing ke sini, dan memegang peran yang sebenarnya bisa dilakukan orang domestik. Misalnya film Macan Terbang, Balada Dua Jagoan dan Duel Maut, memakai orang Hongkong. Sudewo sendiri mengaku banyak salah. "Saya juga menyadari tidak pantas jadi pengurus, karena saya bukan artis, hanya artis tamu saja," katanya. Ia tentu saja mengundurkan diri (dengan pertanggungan jawab keuangan yang tampaknya beres), dan para bintang film pun memilih sebagai Ketua Umum Soekarno M. Noor, 47 tahun, Kusno Sudjarwadi dan Sophan Sopian masing-masing jadi Ketua I dan Il. Di bawah ini wawancara Syarief Hidayat dari TEMPO dengan Soekarno. Bagaimana dengan artis asing yang main di sini? Silakan. Tapi tidak boleh artis asing itu memerankan karakter Indonesia. Juga kalau akan memerankan karakter asing mesti harus dilihat dulu apakah artis Indonesia tak ada yang bisa memerankannya. Kalau masih ada yang bisa kami akan menolak kedatangan arti asing. Perlindungan apa yang bisa diberikan Parfi kepada anggotanya? Segala macam yang berhubungan dengan anggota. Seperti misalnya kontrak. Sekarang tiap kontrak selalu sepihak, artis yang dirugikan. Nantinya saya akan mencarikan modus baru dalam soal kontrak. Supaya ada keseragaman yang bisa menguntungkan kedua pihak. Apa misalnya contoh yang merugikan artis? Misalnya kerja hari Minggu. Itu tak dianggap lembur overtime. Tadinya itu berjalan karena toleransi para artis, sekarang dijadikan keharusan. Sebagai buruh kita punya jam kerja 8 jam. Tapi kenya, taannya kami bekerja 24 jam, dan keleI bihannya tak dihitung. Bagaimana kesejahteraan anggota? Kami menentukan buat yang sait dapat sumbangan Rp 10.000 dan yang meninggal Rp 25.000. Katanya ada pembagian tanah untuk perumahan? Itu kebijaksanaan kepengurusan Dewo. Saya tak ikut campur. Dan pengurus yang sekarang tak mau dilimpahi pekerjaan itu. Kami menganggap pekerjaan itu tidak adil. Dulu zaman periode kepengurusan Sofia (1972-1974) juga pernah ada tawaran kredit mobil dari PT Astra dan Udatimex. Tapi kami anggap itu tak akan jadi adil, karena jatah yang terbatas dan tentu yang bisa mengkredit hanya artis yang laku saja -- padahal mereka biasanya sudah punya mobil. Jadi bagaimana nasib artis yang tak laku? Bagaimana kalau ada pemain yang bukan anggota Parfi? Silakan, tapi ingat setiap produksi harus dapat rekomendasi Parfi. Kami tak akan memaksa mereka jadi anggota Parfi. Sekarang ini kebanyakan anggota Parfi tamatan SMP. Bagaimana anda meningkatkan mutu mereka? Menyekolahkan kembali tentu tak mungkin. Jalan satu-satunya menambah pengetahuan mereka. Dengan diskusi, tukar pikiran dan pengalaman, dan lain-lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus