Pembunuhan Asmuni Ishaq tetap gelap kendati tiga tersangka pembunuh sudah tertangkap. Polisi belum juga menemukan motif pembunuhan Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur itu. Hingga pekan lalu, polisi belum berhasil mengorek keterangan yang meyakinkan dari mulut Lora Anshori. Padahal dialah yang disangka menjadi perencana pembunuhan yang berlangsung pada 27 November silam itu. Dalam kejadian ini, Mutmainnah, istri Asmuni, terluka. Kasus itu memunculkan kontroversi setelah bekas presiden Abdurrahman Wahid melontarkan per- nyataan bahwa ini pembunuhan politik.
Lora dicokok di Jember oleh tim gabungan Kepolisian Daerah Jawa Timur, Kepolisian Wilayah Malang, dan Ke- polisian Resor Lumajang pada malam Natal. Selama hampir sebulan, Lora terus berpindah-pindah tempat, antara lain ke Jakarta, Madura, Surabaya, dan Jember, sebelum ditangkap. Dua tersangka lain, Dulasman dan Dulasim, ditangkap pada Jumat dan Sabtu dua pekan lalu. Setelah diperiksa, kakak-adik ini dilepaskan dengan alasan tak ada cukup bukti. Tapi, Selasa lalu, keduanya kembali ditahan setelah polisi menemukan alat bukti berupa tutup muka ala ninja. Tiga pelaku lainnya, Sipur, Maghfur, dan Mad Hudin, masih jadi buron.
Direktur Reserse Kepolisian Jawa Timur, Komisaris Besar Sutarman, me- ngatakan bahwa tak mudah mengungkap motif pembunuhan ini karena keterangan Lora terus berubah. "Tampaknya dia stres sehingga omongannya mencla-mencle," katanya. Penjelasan ini berbeda dengan keterangan Kepala Kepolisian Lumajang, Ajun Komisaris Besar Syafril Nursal. Berdasarkan pengakuan Lora, motif pembunuhan itu adalah sengketa harta warisan antara H. Wahid (suami adik Mutmainnah) dan Mutmainnah. Tapi Wahid dan kakak Asmuni, Syamsul Arifin, membantahnya. "Wahid yang membantu Mutmainnah ketika di rumah sakit," kata Syamsul.
Lora mengakui hal yang sama kepada pengacaranya, Sunarno Eddy Wibowo. Tapi, berbeda dengan pengakuannya kepada polisi, Lora mengatakan bahwa sengketa warisan itu terjadi antara Wahid dan Asmuni menyangkut rumah dan musala. Namun sang pemberi order bukanlah Wahid, melainkan orang yang bernama Syaiful Rizal. Orang yang masih jadi buron inilah yang membayar Rp 30 juta untuk Lora dan lima orang kawannya. Selain itu, Sunarno membantah bahwa kliennya adalah perencana pembunuhan. "Dia bukan eksekutor. Dia hanya mengawasi," katanya.
Kendati demikian, polisi tetap yakin bahwa Lora lah perencananya. Keyakinan polisi ini didasari penemuan noda darah pada celana hitam yang diduga di-pakai Lora ketika menghabisi Asmuni. Berdasarkan uji DNA di laboratorium forensik Kepolisian Jawa Timur, terbukti bahwa noda darah itu sesuai dengan darah Asmuni. Dan itu membuktikan Lora berada di lokasi. Lebih dari itu, ada saksi yang mendengar seorang pelaku berkata, "Tore, Ra" (bahasa Madura, yang berarti, "Silakan, Ra"). Kata-kata itu ditangkap polisi sebagai kalimat yang ditujukan kepada Lora. Di kawasan itu, ayah dua anak ini dikenal sebagai "penguasa lokal".
Namun keluarga Lora punya alibi. Istri kedua Lora, Aswati, mengatakan kepada polisi bahwa suaminya berada di rumahnya mulai 24 November sampai 27 November. "Selama itu, kami tidak ke mana-mana karena hujan," katanya. Pada hari raya ketiga itu, keduanya berekreasi ke Pemandian Patemon, Jember. Setelah itu, Lora menginap di rumah orang tuanya bersama istri pertamanya, Hadiratus Sholihah, sampai Jumat. "Baru hari itu kami mendengar Kiai Asmuni terbunuh," kata Ika, panggilan Hadiratus. Keduanya langsung pulang ke rumah orang tua Ika, yang terletak 20 meter di belakang rumah Asmuni. Lora bahkan aktif ikut tahlilan di rumah Asmuni.
Pada saat tahlilan, Syamsul sempat bertemu dengan Lora. Ketika itu, Lora mengatakan akan ikut mencari pembunuhnya. Syamsul menceritakan bahwa Lora juga bersumpah, jika pembunuh Asmuni tertangkap, dia akan memotong telinga salah satu pelaku dan memakannya. "Karena Kiai Asmuni guru saya," kata Syamsul menirukan Lora. Ibu Lora, Lambra, pun sempat menanyakan apakah benar putranya yang membunuh Asmuni. "Pada saat itu Lora bersumpah bahwa jika dia pelakunya semoga akan mati se-bagai orang kafir," katanya.
Gara-gara belum menemukan motifnya, polisi kian terpojok. Sekretaris tim investigasi PKB untuk pembunuhan Asmuni, Misbahul Munir, menyesalkan polisi yang mencoba menutup-nutupi pelaku yang sebenarnya. Polisi sendiri mengaku masih punya banyak amunisi untuk menyeret Lora ke pengadilan. Dalam waktu dekat, Lora akan dibawa ke psikolog dan dihadapkan pada mesin pendeteksi kebohongan. Selain itu, masih ada dua saksi yang bisa mengungkap motif pembunuhan ini. Tapi polisi harus bergegas agar tabir gelap yang menyelimuti kasus ini bisa disingkap.
MT, Endri Kurniawati, Kukuh S. Wibowo (Surabaya), Mahbub Djunaedi (Lumajang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini