Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Teka-teki perampokan

Pengusaha muda saut jaya gultom, pemilik empat pe- rusahaan merampok mobil dan menembak korbannya. boy tewas. ferry dapat menyelamatkan diri. polwil- tabes bandung menangkap saut dan toba.

22 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang pengusaha muda pemilik empat perusahaan merampok mobil dan menembak korbannya. Murni perampokan? TAK ada yang meragukan penampilan Saut Jaya Gultom, 27 tahun. Keren, necis, dan kantungnya tebal. Pengusaha muda itu punya pabrik garmen, percetakan, tempat bilyar, dan barber shop di Bali. Akhir Mei lalu, Saut, melalui seorang pedagang mobil yang bernama John, memesan sebuah mobil bekas Toyota Corolla GL dari Ferry. Harga disepakati Rp 18 juta lebih. Sebagai tanda jadi, Saut membayar Rp 500 ribu. "Minggu depan aku ke sini lagi. Kalau seminggu nggak datang, uang persekot itu anggap saja hangus," katanya. Pada Kamis 6 Juni, John ditelepon Saut dari kamarnya di Hotel Cipaku Indah, Bandung. "Datanglah kemari," kata Saut. Sorenya, John dan Ferry memenuhi undangan itu. Di lobi hotel itu, Saut meminta lagi sebuah Toyota Corolla bekas lainnya seharga Rp 18,5 juta. Penyerahan mobil itu disepakati Jumat esok harinya, sekitar pukul 09.00. Pada Jumat pagi, Ferry dan adiknya, Boy, mengantar kedua mobil pesanan itu. Tapi Saut mengaku hanya punya uang dalam bentuk dolar sebanyak US$ 22.000. Untuk menukarkan uang itu, ia mengajak kedua kakak adik itu bersama temannya, Toba Kurniawan, 23 tahun ke money changer. Corolla itu disopiri Toba. Saut duduk di sampingnya. Sedang Ferry dan Boy di jok belakang. Ternyata arah mobil itu ke jurusan Lembang. Ketika Ferry bertanya, Saut menjawab ke rumah temannya dulu. Setelah itu, seperti main-main, Saut berucap, "Kalau sekarang saya todong, kamu pilih mana, uang atau nyawa." Ferry juga menjawab seperti main-main: "Atau ..." Tanpa diduga, dari balik bajunya, Saut benar-benar mengeluarkan pistol FN kaliber 32. "Sini, uangnya kembalikan pada saya," gertak Saut sungguh-sungguh. Maka, dengan ketakutan, Ferry menyerahkan seluruh uang dolar pembayaran mobil itu kepada Saut. Tapi setelah itu, dor ...! Boy, 26 tahun, langsung terkulai. Melihat adiknya tertembak, Ferry, 36 tahun, mencoba merampas pistol Saut. Tapi pistol itu keburu menyalak merobek pipi dan rahang Ferry. Untung, Ferry masih sempat melompat dari mobil, dan berguling-guling di jalanan. Corolla itu melesat cepat menuju Lembang. Tak jauh dari tempat kejadian, mayat Boy, putra almarhum Lettu. Polisi Pardan A.S., dilempar begitu saja di jalanan. Sedangkan Ferry, sebelum pingsan, sempat menyebut nama Hotel Cipaku Indah. Polisi pun mengamankan hotel itu. Saut dan Toba kabur ke arah Subang. Di tengah jalan, Toba disuruh Saut kembali ke hotel untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal. Toba menurut. Tapi ia sudah ditunggu polisi dan ditangkap. Kepada polisi Toba mengaku bahwa pistol yang dipakai Saut adalah miliknya yang dibeli di Surabaya. Di kamar Saut polisi menemukan beberapa gram ganja kering, sebutir peluru, serta uang Rp 60 ribu, dan beberapa ribu dolar. Mobil rampasan yang dikendarai Saut ternyata dititipkannya pada sebuah bengkel di Subang sebelum kabur ke Jakarta. Dua hari kemudian, pemilik bengkel yang curiga karena menemukan bekas darah dalam mobil melapor ke polisi. Entah mengapa, Saut balik lagi ke Bandung dan tertangkap Rabu petang pekan lalu. Ia bersama rekannya, Toba, kini ditahan di tahanan Polwiltabes Bandung. Persoalannya, benarkah pembunuhan itu bermotif perampokan. "Saya sangat terkejut. Sehari-hari orangnya sangat baik. Kami bingung, tak menyangka," kata kakak Saut, Elvi Gultom, di Bali. Sementara itu, pekan ini kondisi Ferry sudah mulai membaik. Tapi ia suka pingsan jika mengenang peristiwa berdarah itu. Keluarganya masih diliputi kesedihan dan ketakutan. "Kami takut dihabisi kawan-kawan Saut," kata keluarga Ferry. Sementara ini, polisi percaya, penembakan itu bermotif perampokan. "Saut sudah mengakui perbuatannya. Fakta dan bukti sudah cukup lengkap," kata Kapolwiltabes Bandung, Kolonel K. Ratta. WY, Ahmad Taufik (Bandung), dan Silawati (Bali)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus