ADA sebuah iklan menarik yang terpampang serempak di koran-koran nasional pekan lalu. Isinya tentang pengumuman sita jaminan harta PT Datakom Asia, Anthoni Salim, Peter Frans Gontha, PT Mediacitra Indostar, dan PT Matahari Lintas Cakrawala. Advertensi itu dipasang Pengacara Wawan Iriawan, mewakili PT Citra Gemilang Sejahtera. Ada apa gerangan? Siapa berdiri di balik kenekatan Citra Gemilang, perusahaan yang namanya nyaris tak pernah terdengar, berani-berani menantang "Goliat" bisnis sekaliber Anthoni Salim?
Menurut Glenn Yusuf, mantan Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dialah Surya Paloh, bos Metro TV, yang dikenal punya hubungan dekat dengan Keluarga Cendana. Surya disebut-sebut ikut memiliki Citra, meski secara tak langsung.
Keterlibatan figur perlente ini sudah jadi pembicaraan sejak Agustus lalu, ketika Citra membeli utang Datakom senilai Rp 180 miliar, jauh di atas harga dasar Rp 58 miliar yang dipatok BPPN. Ketika itu banyak yang bertanya-tanya melihat keberanian Citra menawar. Bahkan santer diisukan bahwa Citra sebenarnya kuda troya yang maju buat kepentingan pemilik lama. Datakom adalah perusahaan di bawah bendera Grup Bimantara, hasil kongsi Bambang Trihatmodjo, Anthoni Salim, dan Peter Gontha. Tapi belakangan Peter terdepak.
Jika benar, lantas untuk apa Surya berseteru dengan Peter, apalagi Anthoni? Bukankah Surya dan Peter adalah kawan lama dan sama-sama berada di lingkaran Cendana? Apalagi Peter juga salah satu pendiri Bimantara dan ikut memiliki Metro TV. Rupanya, hubungan Peter dengan klan Cendana retak sejak dua tahun lalu. Di sisi lain, Surya justru makin lengket dengan Bambang Tri. Apalagi setelah ipar Surya, Rosano Barrack, dipercaya menggantikan Siti Hardijanti sebagai Komisaris Utama Bimantara sejak 1998.
Pembelian Datakom itulah yang jadi pokok soal. Begitu mereka masuk, kata sumber TEMPO yang dekat dengan Surya, para pemilik Citra terkesiap. Ternyata, saham Datakom di SCTV telah menyusut jadi 26,85 persen, dan berpindah ke PT Mitrasari Persada, perusahaan milik Henry Pribadi dan Sudwikatmono, yang menguasai saham mayoritas sebanyak 73,15 persen. Sudah begitu, hak opsi Datakom membeli 25 persen saham Indosiar ternyata juga sudah menguap, entah ke mana. Sulap terakhir berlangsung saat Indosiar masuk perawatan BPPN. Diam-diam hak opsi itu telah dijual ke Anthoni. Tentu tak langsung, tapi melalui salah satu orang kepercayaan putra Liem Sioe Liong itu. Yang "hebat", Anthoni berhasil membelinya dengan mega-diskon, cuma Rp 25 miliar. Padahal, di pasar nilainya bisa mencapai Rp 323 miliar.
Menyadari Datakom tinggal pepesan kosong, kontan Surya mencak-mencak. Ia membeli Datakom justru karena mengincar saham SCTV dan Indosiar. "Surya merasa dikerjain Anthoni," ujar seorang bekas pejabat BPPN. Hal ini dibenarkan Wawan Iriawan, pengacara Citra. Menurut dia, gugatan dilayangkan karena mestinya saham Datakom di SCTV dan opsi saham Indosiar itu menjadi hak kliennya. Selain itu, Citra juga merasa berhak menagih piutang Datakom sebesar Rp 11,7 miliar dan US$ 41,6 juta.
Sayang, pihak-pihak yang terkait kelewat hemat memberikan penjelasan. Mengelak disebut ikut memiliki Citra, Surya cuma berkata, "Saya bukan siapa-siapa di Citra. Yang benar, pemiliknya Yohanes Halim." Toh lelaki berewokan ini tak membantah ketika ditanya ihwal manuver Anthoni itu. "Coba kamu kejar dia," katanya sambil tertawa keras.
Menanggapi gugatan Citra, Peter sendiri cuma berkelit. "Gugatan itu salah alamat. Sejak tahun lalu, saya tak di Datakom lagi," katanya. Adapun pihak Datakom dan Anthoni tak menanggapi permohonan wawancara dari mingguan ini.
Baru digelar sidangnya mulai Kamis ini, bagaimana akhir rebutan "pepesan kosong" ini masih harus ditunggu.
Iwan Setiawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini