Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUATU pagi di tengah Samudra Pasifik. Langit biru. Angin berembus pelan. Ombak tenang. Tiba-tiba keheningan pecah oleh suara menggemuruh diikuti mekarnya bola api menyerupai cendawan raksasa. Ledakan itu memancarkan sinar menyilaukan yang setara dengan cahaya seribu matahari. Gelombang panasnya menyapu apa saja sampai jarak sejauh 50 kilometer.
Hari itu, 1 November 1952, sebuah bom hidrogen pertama kali diuji coba. Para ilmuwan Amerika Serikat meledakkannya di sebuah pulau karang, Atol Eniwetok, di Kepulauan Marshalls, Samudra Pasifik. Kekuatan bom itu sungguh dahsyat, mencapai 10,4 megaton atau ribuan kali lipat lebih kuat ketimbang bom atom yang meratakan Hiroshima dan Nagasaki tujuh tahun sebelumnya.
Dua tahun kemudian, Amerika mencoba meledakkan bom hidrogen yang sama dengan menjatuhkannya di Atol Bikini. Bom yang diberi nama-sandi Bravo ini berkekuatan 14,8 megaton, mencemari lingkungan pulau itu dengan unsur-unsur radioaktif.
Di tengah panasnya berita tentang terorisme dan rencana AS menyerbu Irak dengan dalih Baghdad menyimpan senjata pemusnah massal, peristiwa setengah abad lalu itu mengingatkan kembali betapa kentalnya kemunafikan sang negeri superkuat. Amerikalah, lebih dari negeri mana pun di dunia ini, yang memelopori penciptaan mesin-mesin pembunuh paling berbahaya.
Amerika telah lama merintis riset dan perlombaan senjata peledak kelas berat: bom nuklir. Dimulai dengan Proyek Manhattan yang dirahasiakan pada 1939-1945 dan serangkaian uji coba bom nuklir di pulau-pulau terpencil, Amerika bahkan menjadi negeri pertama yang menggunakannya untuk melakukan pembunuhan massal: di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada 1945. Empat tahun kemudian, Uni Soviet barulah menyusul, diikuti Inggris dan Prancis. Semua percobaan itu hanya menegaskan satu hal: bom salah satu adikarya manusia yang sangat berbahaya.
Ledakan bom nuklir, yang memiliki daya hancur mahadahsyat, berasal dari reaksi kimia berantai pembelahan (fisi) dan penggabungan (fusi) inti-inti atom. Reaksi itu melepaskan energi sangat besar dan dalam waktu sangat singkat. Termasuk dalam jenis ini bom atom dan bom hidrogen.
Bom atom berasal dari pembelahan inti atom ketika sebuah neutron menabrak suatu inti atom yang berat. Tabrakan ini menyebabkan pembelahan berantai inti atom itu menjadi dua inti yang lebih kecil dan beberapa butir neutron, disertai pelepasan energi besar atau panas yang teramat tinggi. Neutron-neutron itu kemudian menabrak inti-inti lain yang akan membelah lebih lanjut, dan begitu seterusnya.
Bom atom, yang umumnya terbuat dari bahan uranium-235 atau plutonium-239, memerlukan waktu kurang dari 1/100.000 detik untuk melakukan pembelahan inti dalam jumlah besar sehingga terjadi pelepasan energi sangat besar.
Lain lagi bom hidrogen. Digagas oleh Edward Tellerilmuwan keturunan Yahudi yang lahir 15 Januari 1908 di Budapest, Hungariabom hidrogen mendapatkan tenaga dari penggabungan (fusi) inti-inti atom hidrogen berat (deutron). Reaksi penggabungan ini memerlukan suhu yang sangat tinggi untuk memulainya. Untuk itu, pada bom hidrogen digunakan bom atom kecil untuk memicunya.
Bom hidrogen, yang daya ledaknya diukur dalam megaton (juta ton) TNT, jauh lebih dahsyat ketimbang ledakan bom atom: menghasilkan bola api dengan garis tengah beberapa kilometer, disertai keluarnya awan cendawan yang tinggi sekali.
Baik bom atom maupun bom hidrogen tak lepas dari riset energi nuklir yang dipelopori empat ilmuwan Jerman, yakni Otto Hahn, Lise Meitner, Fritz Strassman, dan Otto Frisch. Pada 1939, mereka menemukan inti atom berat (radioaktif) yang bisa dibelah dengan menembakkan sebuah neutron.
Neutron dipilih karena zarah ini tidak bermuatan sehingga tidak akan menimbulkan gaya tolak terhadap inti-inti atom bermuatan positif (proton). Reaksi pembelahan (fisi) sebuah inti akan menghasilkan rata-rata 2,5 neutron dan beberapa inti baru. Pada bom atom, reaksi pembelahan ini akan terus berantai tidak terkendali karena neutron baru tidak dicegah untuk menumbuk inti-inti yang telah dihasilkan.
Dalam setiap pembelahan inti akan terjadi pelepasan energi yang besarsesuatu yang jika digunakan secara lain bisa sangat bermanfaat bagi umat manusia. Pembelahan satu kilogram uranium, misalnya, menghasilkan energi yang bisa dipakai untuk menghidupkan bola lampu 100 watt selama 30 ribu tahun tanpa henti!
Bom nuklir atau bom atom sebenarnya tak hanya bisa diciptakan melalui reaksi fisi. Hidrogen bisa dibuat dengan cara melakukan penggabungan (fusi) inti-inti atom ringan deuterium (H2) dan tritium (H3). Dua inti bernomor atom kecil ini bila digabungkan akan membentuk helium (He-4) sambil membebaskan energi yang besar.
Walaupun demikian, penyatuan dua inti itu tentu tidak mudah. Dibutuhkan energi yang sangat besar untuk melawan gaya tolak antara dua inti. Artinya, dibutuhkan suhu tinggi hingga ratusan juta derajat Kelvin untuk bisa memicu reaksi penggabungan. Itu sebabnya reaksi fusi harus didahului dengan fisi, sehingga reaksi ini disebut reaksi termonuklir atau reaksi bertingkat, fisi dan fusi.
Wicaksono
Jalan Panjang Menuju Nuklir 1895
1897
1899
1900
1905
1913
1925
1929
1931
1932
1934
1939
1941
1942
1945
1946
1947
1948
1949
1951
1952
1954
1955
1957
|
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo