Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Vonis Turis Turki

Pengadilan menjatuhkan vonis penjara, karena terbukti menipu dengan menghipnotis korban. Petugas pompa bensin, BBD dan hotel menjadi korbannya. (krim)

18 Agustus 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA orang Turki, yang biasa menggunakan hipnotis bila hendak menipu bank atau pompa bensin itu, akhirnya kena "hipnotis" di Penadilan Negeri Palembang. Mereka tak berkutik ketika majelis hakim pimpinan H.P. Panggabean menjatuhkan vonis kepada ketiganya, masing-masing 5 bulan penjara potong tahanan. Menurut Majelis, Asan Mevlut alias Mauld Asan, 34, Yurdal Selguk alias Syalguk Yurdal, 37, dan Mioglo Mehmet alias Muhammad Mioglo, 24, baik secara bersama maupun sendiri-sendiri, terbukti bersalah telah menggaet uang dari Bank Bumi Daya (BBD) dan dua pompa bensin serta sebuah hotel di kota itu. Uang bia digaet, kata Majelis, "Setelah korban dapat dilemahkan tingkat kesadarannya." Mendengar vonis, ketiga orang berkebangsaan Turki yang berada di Indonesia dengan status turis itu semula menyatakan akan berpikir dulu. Tapi akhirnya mereka menerima. Dengan begitu, ketiganya, yang ditahan sejak 17 Maret, dibebaskan pada 12 Agustus lalu. Dalam vonis yang dibacakan 4 Agustus, Majelis juga mewajibkan kepada para terhukum agar mengembalikan uang yang pernah mereka gaet. Yaitu kepada BBD US$ 6.800 atau sekitar Rp 6,8 juta, Hotel Sehati Rp 50.000, pompa bensin di kilometer 4,5 sebesar Rp 375.000, dan kepada pompa bensin di kilometer 9 Rp 400.000. Uang dari beberapa tempat itu digaet dengan cara yang unik. Mula-mula mereka berlagak hendak menukar uang dolar dengan rupiah. Begitu korban membuka laci, tangan si penipu ikut nyelonong mencomot lembaran uang. Umumnya, korban baru sadar setelah para penipu berlalu. Penipuan dengan modus serupa juga terjadi di beberapa kota di Jawa dan Sumatera sekitar Februari 1984. Yang menjadi sasaran kebanyakan adalah pompa bensin. Kuat dugaan, ketiga orang itulah - atau temanteman mereka - yang pernah beroperasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sebab, ketiga orang Turki itu memang diketahul punya komplotan. Pada 7 Maret 1984, misalnya, Maulud Asan diketahui masih berada di Jakarta. Hari itu ia memesan empat buah kamar di Hotel Nirwana, Jakarta, dan menginap semalam bersama kawan-kawannya. Ketika itu, Syalguk Yurdal bersama seorang temannya sudah berada di Palembang dan mempecundangi petugas di BBD. Ia berlagak ingin menukar uang US$ 300 dengan rupiah, dan begitu kotak tempat menyimpan uang dibuka tangannya cepat sekali menjulur. Sore harinya, ketika kasir menghitung uang, ternyata diketahui ada 68 lembar dari pecahan US$ 100 hilang. Pada 7 Maret itu pula, sebuah pompa bensin di Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat, kena gaet Rp 200:000. Udi, yang sedang bertugas, ketika itu kedatangan ua orang yang dikatakan mirip peranakan India. Setelah menPisi bensin, mereka berlagak membeli sekaleng oli dan menyodorkan selebar uang Rp 10.000. Sewaktu Udi memberikan uang kembaliannya sebesar Rp 9.550, sang tamu minta uang kembaliannya ditukar dengan yang lain. Dan begitu Udi membuka laci, orang yang mirip peranak India itu menjamah tumpukan uang dalam laci. Udi terkesima, dan beberapa saat kemudian sadar, uang Rp 200.000 telah hilang. Polisi yang dilapori segera melakukan pengejaran, tapi mobil dengan nomor B 2754 WR itu telah menhilang (TEMPO, 31 Maret 1984). Tapi diketahui, dengan mobil itu pulalah si penipu bersafari - dan mempecundangi banyak pompa bensin di beberapa kota Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah yang dapat digaet mencapai Jutaan rupiah. Sebab, dari sebuah pompa bensin di Depok saja, misalnya, penipu mendapat Rp 1,6 juta. Di pompa bensin Malang dan Sidoarjo, Jawa Timur, mereka menggasak masmg-masmg Rp 600.000. Cukup banyak untuk bersafari dan berfoya-foya sepanjang jalan. Rupanya, setelah operasi di Jawa dinilai cukup, mereka mencoba di Sumatera. Mobil pun diganti dengan sedan B 1009 EH, yang disewa dari Husin Zima diJakarta Rp 35.000 sehari. Dalam perjanjian disebutkan, mobil hanya digunakan di seputar Jakarta. Tahutahu dipakai melanglang ke Sumatera. Barulah ketika hendak menipu pompa bensin di Boom Baru, Palembang, mereka kena batunya. Polisi segera menyergap mereka, yang menginap di Hotel Sehati, dan kemudian menyeret mereka ke pengadilan. Diduga, begitu mereka tertangkap, kawan-kawannya yang lain langsung menyelamatkan diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus