Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut

Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman: Banyak Celah Tak Diawasi

4 Maret 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak Desember tahun lalu, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut memperketat penjagaan perairan Nusantara karena mendapat informasi dari Badan Narkotika Nasional bahwa bakal masuk bertonton narkotik dari jaringan Taiwan melalui laut. Dua bulan berselang, awal Februari lalu, armada kapal perang Republik Indonesia (KRI) Sigurot 864 menggagalkan penyelundupan satu ton sabu sindikat Taiwan di Selat Philips, perbatasan Singapura dan Batam, Kepulauan Riau. "Perairan selatan dan timur yang paling rawan," ujar Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman. Berikut ini wawancara Linda Trianita dari Tempo dengan Taufiq, pekan lalu.

Bagaimana cerita KRI Sigurot menggagalkan penyelundupan sabu jaringan Taiwan?

Sejak Desember tahun lalu, BNN sudah memberikan informasi akan ada pergerakan sebuah kapal dengan nama Shun De Man No. 66 yang mengangkut sabu sebanyak tiga ton. Kami lantas melakukan patroli.
Kapal itu sempat menghilang dari radar?
Jejak Shun De Man dari Taiwan sempat kami ikuti pada Desember, tapi menghilang karena kapal itu mematikan sistem identifikasi otomatis. Kami mendeteksinya terakhir ke arah timur menjauh dari Indonesia menuju Australia.
Kenapa justru yang ditangkap kapal dengan nama lain?
Pada 7 Februari, kami melihat kapal dengan key recognition mirip sasaran. Tapi namanya Sunrise Glory, yang berbendera Singapura dan dokumennya Indonesia. Setelah ditelusuri lagi, kapal ikan itu ternyata kapal Shun De Man yang telah berganti nama.
Berapa persisnya sabu yang ditemukan di kapal itu?
Jumlahnya satu ton.
TNI Angkatan Laut beberapa kali menggagalkan penyelundupan sabu di perairan Indonesia. Kawasan mana saja yang paling rawan?
Perairan timur dan selatan sangat rawan. Tapi hampir semua wilayah kita, karena laut itu tidak bisa dipagari dan tidak bisa diduduki. Garis batas tidak bisa selalu diawasi. Perairan kita selalu digunakan untuk jalur internasional.
Para penyelundup ini biasanya memakai rute yang tidak bisa diawasi patroli laut….
Kami memang membuatkan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) untuk memudahkan kontrol. Tapi bisa saja mereka menyimpang dari sana.
Apa saja modus penyelundupannya?
Modusnya banyak. Biasanya ditransfer ke darat menggunakan kapal-kapal kecil, kapal-kapal nelayan itu. Ada beberapa penyelundupan sabu yang kami tangkap juga, biasanya 5-10 kilogram.
Bagaimana sindikat menjalankan penyelundupan itu di tengah laut?
Sudah ada agen dan jaringannya. Jadi mereka ketemu di tengah laut. Itu upaya untuk mengelabui petugas.
Di mana saja titik transfer narkotik itu ke nelayan?
D pantai selatan pernah ada seperti itu. Tapi praktik seperti itu bisa di mana saja. Paling banyak kami temukan di pulau dekat Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, dan di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara.
Ada sebelas jaringan internasional yang menyelundupkan sabu di laut. Siapa yang paling dominan?
Kami sudah bisa mengidentifikasi jaringannya. Siapa yang di Indonesia, Malaysia, Singapura, Taiwan. Tapi itu bukan kewenangan saya. Ini juga masih penyelidikan.
Belakangan, penyelundupan bergeser ke timur Indonesia, seperti kasus prekursor narkotik yang masuk melalui Timor Leste.
Mereka memang mencari celah yang tidak diawasi. Kami berfokus di Selat Malaka karena di situ yang paling banyak. Eh, ternyata sekarang ada yang lewat Timor Leste.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus