Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Saat Nyeri Terus Menyerang

Fibromyalgia sulit dideteksi. Penanganannya baru sebatas mengurangi rasa nyeri.

4 Maret 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEZIA Mamoto, 29 tahun, sempat tergolek lemah selama tiga hari di rumah kontrakannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tiga hari itu pula Kezia, yang tinggal sendirian, tak makan-minum serta menahan buang air besar dan kecil. Ia tak sanggup bangun untuk melakukan semua aktivitas tersebut lantaran badannya terasa nyeri dari kepala hingga kaki. "Bergerak sedikit saja, rasa nyerinya luar biasa," ujar Kezia, Sabtu dua pekan lalu, ihwal kejadian yang ia alami dua tahun silam itu.

Beruntung, seorang temannya, yang curiga karena tiga hari pesannya tak dibalas Kezia, mendobrak pintu kamarnya. Ia pun membawa Kezia ke rumah sakit. Namun dokter tak menemukan penyebab rasa sakitnya. "Sudah beberapa tahun saya melakukan banyak tes, termasuk MRI (magnetic resonance imaging), tapi semuanya normal," ucapnya. Ia pulang tanpa perkembangan.

Kejadian serupa dialami Alya Thamrin. Berulang kali produser di stasiun televisi swasta ini mengalami nyeri dada. Tapi, setelah berkali-kali ia diperiksa dengan electrocardiography (EKG), dokter menyatakan tak ada yang salah dengan jantungnya. "Rasanya seperti serangan jantung, dada saya sesak dan nyeri. Tapi, berulang kali diperiksa, 100 persen jantung saya oke," katanya.

Nyeri di jantung ini hanya sebagian kecil masalah bertubi-tubi yang menyerang Alya dalam beberapa tahun terakhir. Ia juga jadi gampang lelah, beberapa kali didera vertigo, serta otot dan sendinya terasa nyeri. Tapi hasil pemeriksaan menunjukkan ia baik-baik saja. "Tes darah untuk rematik pun hasilnya negatif," ujar perempuan 35 tahun ini.

Tapi rasa nyeri itu terus berlanjut, bahkan bertambah parah. Ibu dua balita ini juga merasakan badannya sakit saat melakukan gerakan biasa, misalnya berjalan. Ia terpaksa menggunakan tongkat jika ke luar rumah dan sementara istirahat dari bekerja.

Baru tahun lalu, Alya mengetahui masalah yang menyerangnya. Dokter memvonisnya terserang fibromyalgia, yaitu kelainan yang membuat penderitanya merasakan nyeri di sekujur badan. "Setelah menjajarkan banyak sekali hasil tes saya, dokter di Malaysia mengatakan saya menderita kelainan fibromyalgia," tuturnya.

Alya dan Kezia adalah dua dari sekian banyak pengidap fibromyalgia. Selain mereka, penyanyi Stefani Joanne Angelina Germanotta alias Lady Gaga dan aktor Morgan Freeman menderita masalah yang sama. Awal Februari lalu, Lady Gaga bahkan harus membatalkan sepuluh jadwal Joanne World Tour di Eropa karena penyakitnya kambuh. Manajemennya mengatakan nyeri parah yang diderita Lady Gaga berimbas pada penampilannya di atas panggung. "Ini di luar kendali saya," kata Lady Gaga dalam akun Instagramnya. Ia pernah membatalkan tur karena problem yang sama pada September 2017.

Sedangkan Freeman, meski terus bekerja, harus mengubah beberapa kebiasaannya, seperti berlayar. Ia meyakini fibromyalgia menghampirinya setelah ia mengalami kecelakaan mobil parah pada 2008.

Fibromyalgia merupakan sebuah kumpulan gejala dari nyeri hampir seluruh badan. Menurut dokter Theresia Novi, ada 18 atau sembilan pasang titik nyeri yang umumnya muncul akibat masalah ini. Titik nyeri ini tersebar dari leher, tengkuk, punggung, pinggang, lengan, sampai lutut. Para penderita fibromyalgia minimal mengalami nyeri di 11 titik tadi. "Titiknya banyak, makanya sakitnya luar biasa," kata dokter di Klinik Intervensi Nyeri Rumah Sakit Advent Bandung ini. Selain sebelas titik tersebut, ciri lain dari fibromyalgia adalah nyeri yang dirasakan minimal selama tiga bulan.

Jumlah penderita masalah ini sebenarnya cukup banyak. Menurut Novi, ada 3-6 persen dari total populasi orang dewasa, yang biasanya menyerang orang berusia 20-50 tahun. Fibromyalgia tujuh kali lipat lebih berisiko terhadap perempuan dengan tingkat derajat nyeri yang bervariasi. Namun, masalahnya, kelainan ini sering salah diagnosis.

Penyebabnya, menurut dokter spesialis anestesi Albertus Sugeng Wibisono, adalah sumber nyerinya yang tak ada. Ada empat kategori nyeri yang dikenal dalam dunia kedokteran. Pertama, nyeri nosiseptif, yakni nyeri yang diketahui sumber nyerinya, misalnya rasa sakit akibat pukulan atau panas. Lalu nyeri akibat peradangan, contohnya karena luka. Maka sel-sel di sekitarnya meradang dan menimbulkan rasa sakit.

Berikutnya adalah nyeri akibat kerusakan saraf, seperti saraf yang terpotong atau saraf rusak akibat menderita diabetes. Keempat, nyeri disfungsional, yakni nyeri yang tak ada sumber penyebabnya. Pada nyeri jenis ini, tak ada kerusakan jaringan, sel radang, ataupun kerusakan saraf seperti pada jenis nyeri lain. "Fibromyalgia termasuk nyeri jenis terakhir. Karena sumbernya tak terlihat, terkadang pasiennya malah dianggap mengalami gangguan jiwa," ujar Sugeng, yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta Pusat.

Sumber masalah sebenarnya, Sugeng menyebutkan, ada pada proses kimiawi otak. Nyeri merupakan sinyal bahwa ada yang tak beres di dalam tubuh. Namun, pada penderita fibromyalgia, penerimaan sinyal tersebut error. Akibat perubahan proses kimiawi tersebut, menurut Sugeng, "Sentuhan atau gerakan yang semestinya tak menimbulkan rasa nyeri malah diartikan sebagai nyeri." Perubahan kimiawi pada otak ini juga menjadi penyebab munculnya masalah lain, seperti kelelahan, sakit kepala, depresi, susah tidur, sulit berpikir, kebingungan, dan sulit berkonsentrasi.

Perubahan proses kimiawi otak itu berhubungan dengan menurunnya serotonin yang berperan sebagai penghantar sinyal. Menurut dokter spesialis anestesi Ketut Ngurah Gunapriya, dalam keadaan normal, tekanan yang diterima tubuh dilanjutkan ke otak. Dalam perjalanannya, sinyal tersebut menguat, melebihi tekanan yang diterima.

Sesampai di otak, sinyal yang menguat itu semestinya direm agar responsnya sesuai dengan tingkat tekanan yang sebenarnya. Tapi, pada penderita fibromyalgia, rem tersebut blong, sehingga sinyal tetap diteruskan dalam keadaan kuat. Akibatnya, respons tubuh juga berlebihan.

Kekacauan tersebut, menurut Gunapriya, umumnya diturunkan secara genetik, infeksi, dan akibat trauma, baik fisik maupun psikis. Trauma fisik misalnya proses persalinan dan kecelakaan, sedangkan trauma psikis contohnya kehilangan orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan. "Otak menyimpan memori rasa sakit paling hebat dari kejadian tersebut," kata dokter yang berpraktik di Mayapada Hospital, Jakarta Selatan, itu.

Masalahnya, sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan fibromyalgia. Penanganannya baru sebatas mengendalikan rasa nyeri. Menurut Sugeng, dokter biasanya akan memberikan obat antidepresan dan antikejang untuk meningkatkan serotonin agar rasa nyerinya bisa dikurangi. Penderitanya juga mesti melakukan relaksasi dan mengubah gaya hidup besar-besaran, seperti dilakukan Alya. Ia kini menghindari mengkonsumsi makanan mengandung pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, perasa buatan, serta gluten. "Lebih memilih yang alami."

Sedangkan Kezia mendapatkan pengetahuan baru soal gerakan relaksasi dari dokter yang merawatnya. Dokter juga memintanya melakukan apa pun yang ia sukai. Kezia, yang gemar menulis dan memotret, kini banyak menuliskan kisahnya di blog serta belajar fotografi. "Perasaan bahagia itu mengurangi nyeri," tuturnya.

Nur Alfiyah, Anwar Siswandi (bandung)


Kriteria Fibromyalgia
- Nyeri paling sedikit terjadi di 11 dari 18 titik di leher, tengkuk, punggung, pinggang, lengan, dan lutut.
- Nyeri terjadi minimal selama tiga bulan.

Gejala lain yang menyertai antara lain:
- Kelelahan meski sudah tidur cukup lama.
- Gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.
- Gangguan kognitif yang disebut fibro fog, membuat penderitanya kesulitan fokus dan memperhatikan, serta susah berkonsentrasi.
- Sindrom iritasi usus.
- Migrain dan sakit kepala jenis lain.
- Gangguan sendi.
- Sindrom saluran kemih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus