Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Setelah Cina, Kini Taiwan

Sindikat dari Taiwan mulai menguasai pasar narkotik Tanah Air. Meningkat setahun terakhir.

4 Maret 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Setelah Cina, Kini Taiwan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA mulanya tim satuan tugas khusus Markas Besar Kepolisian RI dan Direktorat Jenderal Bea-Cukai mencurigai kapal MV Win Long berbendera Taiwan yang mereka tangkap memuat narkotik. Kapal ikan berukuran 476 gross tonnage yang ditangkap di perairan Kepulauan Riau pada Jumat akhir Februari lalu itu diduga hendak menyelundupkan tiga ton sabu.

Tiga hari menggeledah kapal bernomor BH-2998 itu, tim gabungan tidak menemukan narkotik. "Kami sudah menurunkan tim penyelam untuk memeriksa bagian bawah kapal," kata Direktur Reserse Narkoba Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Eko Daniyanto, Senin pekan lalu. "Bahkan mendatangkan ahli kapal untuk mencari kemungkinan adanya ruang penyimpanan."

Kecurigaan polisi ini bermula saat tim gabungan menangkap MV Min Lian Yu Yun 61870, kapal ikan asal Taiwan, pada 20 Februari lalu. Dari kapal yang dicokok di perairan Karang Helen Mars, Kabupaten Anambas, Kepulauan Riau, itu tim menemukan 1,6 ton sabu yang disamarkan sebagai logistik awak kapal. Polisi menangkap empat warga negara Taiwan yang diduga sebagai otak penyelundupan ini.

Dari penangkapan tersebut, tim gabungan mengantongi informasi bahwa ada kapal sejenis yang juga akan menyelundupkan narkotik dari Taiwan ke Indonesia. Sebelum Satgas Polri dan Bea-Cukai menangkap MV Min Lian Yu Yun, tim gabungan TNI Angkatan Laut dan Badan Narkotika Nasional juga menangkap kapal MV Sunrise Glory pada 7 Februari lalu. Kapal yang juga berbendera Taiwan ini membawa satu ton sabu di dalam karung beras.

Budi Waseso, yang baru pensiun sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional, mengatakan narkotik yang berasal dari Taiwan memang mulai menguasai pasar. Menurut dia, dalam dua tahun terakhir ini ada pergeseran negara asal barang haram tersebut. "Yang biasanya dari Cina sekarang lebih banyak dari Taiwan," ujar Budi, Jumat dua pekan lalu.

Pertengahan Juli 2017, misalnya, tim Direktorat Narkoba Kepolisian Daerah Metro Jaya menggagalkan penyelundupan satu ton narkoba di Pantai Anyer, Banten. Dalam operasi tersebut, polisi menangkap dua orang anggota mafia narkotik asal Taiwan. Sedangkan seorang lagi yang merupakan bos komplotan ini ditembak mati karena mencoba melawan. Polisi menyebutkan penangkapan ini merupakan hasil kerja sama dengan kepolisian Taiwan.

Beberapa hari kemudian, giliran Badan Narkotika Nasional menggerebek gudang penyimpanan sabu di Penjaringan, Jakarta Utara. Di sana, tim BNN menemukan sekitar 281 kilogram serbuk putih ini. Penggerebekan itu, kata Budi, juga bagian dari kerja sama dengan kepolisian Taiwan.

Budi mengatakan tidak selamanya aparat penegak hukum bisa menggagalkan penyelundupan narkotik dari Taiwan. Pada April 2017, ia menuturkan, BNN kebobolan sabu dari negara tersebut. "Ada lima ton yang masuk sebelum bulan puasa tahun lalu," tuturnya. "Saya tidak bisa membuka detailnya karena masih ditelusuri, tapi kami sudah mulai bisa memetakan jaringannya."

Berdasarkan evaluasi bersama dengan kepolisian Taiwan, menurut Budi, tercatat ada 250 ton narkotik asal negara itu yang masuk Indonesia pada 2016. "Dan hampir semuanya terserap di pasar," ujarnya.

Budi menuturkan, angka tersebut masuk akal. Hitungan kasarnya, menurut dia, ada 6 juta orang pengguna narkotik di Indonesia. Jika satu pengguna membutuhkan satu gram obat terlarang itu, kata dia, dalam setahun sudah ada sekitar 200 ton yang beredar di pasar.

Mafia narkotik dari Taiwan sebenarnya bukan kelompok baru. Budi Waseso menjelaskan, sebelum menjadi pemain utama, orang-orang Taiwan ini biasanya mendapatkan barang dari Cina. "Tapi mereka lama-lama mikir bisa membuat narkotik sendiri dan sudah punya jaringan," ujarnya. "Makanya mereka tidak lagi mengambil dari Cina, tapi membuat sendiri dan memasarkannya ke Indonesia."

Syailendra Persada, Linda Trianita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus