Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Buku Hitam Ferdy Sambo

Wawancara Ferdy Sambo tentang pembunuhan Brigadir Yosua, keterlibatan Putri Candrawathi, dan buku hitam.

23 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FERDY Sambo kini menjalani sidang kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Bekas Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian RI tersebut juga didakwa merintangi penyidikan kasus pembunuhan Yosua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sambo, 49 tahun, disebut memerintahkan anak buahnya untuk mengeksekusi Yosua. Ia pun ditengarai ikut menembak ajudannya tersebut. Istri Sambo, Putri Candrawathi, juga dianggap terlibat dalam dugaan pembunuhan Yosua karena hadir di lokasi penembakan. Sambo dan Putri kini dijerat dengan pasal pembunuhan berencana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Jumat, 14 Oktober lalu, Sambo memberikan jawaban dalam wawancara tertulis yang diajukan Tempo melalui pengacaranya, Arman Hanis. Ia mengklaim istrinya tak terlibat dalam peristiwa penembakan Yosua. Sambo pun menyangkal jika Putri disebut mendengar pembicaraannya dengan para ajudan sebelum Yosua dieksekusi. “Istri saya tak mengetahui sama sekali mengenai peristiwa di rumah dinas Duren Tiga,” ujarnya.

Sambo juga merespons sejumlah pertanyaan mengenai kasus-kasus yang ditangani kepolisian—khususnya Satuan Tugas Khusus Merah Putih yang telah dibubarkan oleh Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ia pun memberi penjelasan mengenai buku hitam yang selalu dibawanya. Namun beberapa kali Sambo mengelak menjawab tentang berbagai isu seperti konsorsium judi 303.

Mengapa Anda akhirnya meminta maaf kepada keluarga Yosua?
Saya menyadari dampak yang meluas setelah pengungkapan peristiwa di rumah dinas Duren Tiga sejak awal hingga hari ini. Permintaan maaf ini adalah wujud penyesalan dan saya siap menghadapi proses hukum serta vonis hakim di akhir persidangan.

Apa persiapan Anda menghadapi sidang?
Saya membaca semua dokumen. Saya memiliki kesempatan untuk memeriksa dakwaan dan berita acara pemeriksaan selama mendekam di tahanan. Saya juga berkonsultasi dengan penasihat hukum.

Istri Anda, Putri Candrawathi, juga didakwa dengan pasal pembunuhan berencana seperti Anda.
Istri saya tak terlibat. Dia bahkan tak mengetahui mengenai kedatangan saya di rumah dinas Duren Tiga.

Apa dasarnya Anda menyebutkan istri Anda tak terlibat?
Saya ingin publik mengetahui bahwa tak ada peran istri saya dalam peristiwa di rumah dinas Duren Tiga. Kejadian itu merupakan reaksi atas emosi dan kemarahan saya. Istri saya tak mengetahui sama sekali mengenai hal itu. Saya ingin dia tak dikorbankan atas kesalahan saya.

Apa yang Putri ceritakan kepada Anda setelah pulang dari Magelang, Jawa Tengah?
Dia menceritakan kejadian di Magelang, yakni kekerasan seksual yang dialaminya.

Putri mengungkapkan detailnya kepada Anda?
Istri saya tak hanya dilecehkan, tapi terjadi pemerkosaan terhadap dia.

(Putri tiga kali mengubah keterangannya kepada penyidik. Ia awalnya mengklaim dilecehkan Yosua. Putri kemudian menyatakan bahwa Yosua tiba-tiba masuk ke kamar dan melucuti pakaiannya. Pengakuannya berubah lagi saat pemeriksaan ketiga dengan mengungkapkan Yosua duduk di ujung dipan, lalu mereka berkontak fisik.)

Putri disebut mengetahui rencana eksekusi terhadap Yosua saat berada di rumah pribadi di Jalan Saguling. Tanggapan Anda?
Istri saya berada di kamar dan sama sekali tak mengetahui ataupun mendengar diskusi saya dengan Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudihang Lumiu dan Brigadir Kepala Ricky Rizal.

(Penelusuran Tempo menunjukkan bahwa Putri naik ke lantai tiga rumah pribadi di Jalan Saguling untuk menemui Sambo. Setelah mendengar cerita dari Putri, Sambo memanggil Ricky dan memerintahkan untuk mengeksekusi Yosua. Namun Ricky menolak. Sambo lalu meminta Ricky memanggil Richard. Ia menyanggupi perintah Sambo untuk mengeksekusi Yosua.)

Mengapa eksekusi terjadi di rumah dinas Duren Tiga?
Saya berhenti di rumah dinas Duren Tiga karena reaksi mendadak untuk mengklarifikasi kejadian yang dialami istri saya. Waktu itu saya seharusnya berangkat untuk berlatih badminton. Namun saya tak tahan untuk segera mengklarifikasi peristiwa Magelang kepada Yosua.

Penelusuran Tempo dan dakwaan jaksa menemukan Anda ikut menembak Yosua.
Saya tak ikut menembak.

(Artikel majalah Tempo berjudul “Jelaga Hitam Sarung Tangan Ferdy Sambo” mengungkap pengakuan Richard bahwa Sambo menembak dua kali pada bagian belakang kepala Yosua. Aksi itu dilakukan setelah Richard melepaskan tembakan pistol Glock 17 miliknya sebanyak tiga kali.)

Di mana posisi Putri ketika Yosua dieksekusi?
Istri saya berada di kamar dan tak mengetahui apa yang terjadi di luar. Putri tak mengetahui kedatangan saya di rumah dinas Duren Tiga.

Anda terkesan ingin meringankan Putri agar dia terbebas dari hukuman.
Saya mengembalikan itu kepada majelis hakim. Saya menegaskan sekali lagi bahwa istri saya tak mengetahui sama sekali mengenai peristiwa di rumah dinas Duren Tiga.

Bagaimana ceritanya Anda meminta bekas pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi penasihat hukum?
Saya mengikuti arahan tim kuasa hukum saja.

(Kepada Tempo, bekas juru bicara KPK, Febri Diansyah, mengatakan pihak Sambo telah meminta dia menjadi penasihat hukum sejak September lalu. Ia mengklaim perlu beberapa pekan untuk mempelajari kasus tersebut dan membuat komitmen dengan kliennya untuk mendampingi secara obyektif. Febri kini menjadi pengacara Putri.)

Sebelumnya, Anda juga menghendaki sejumlah pengacara senior menjadi bagian tim kuasa hukum. Salah satunya Hotman Paris Hutapea.
Saya mempercayakan urusan hukum ini dan segala keputusan kepada pengacara sekaligus sahabat saya, Arman Hanis. Hal itu juga mencakup pemilihan dan penentuan komposisi tim pengacara.

Pembunuhan Yosua membuka dugaan skandal lain di kepolisian, seperti Konsorsium 303, yang disebut-sebut melibatkan Anda. Apa penjelasan Anda?
Saya kembalikan hal itu kepada para penegak hukum.

Satuan Tugas Khusus Merah Putih turut dibubarkan. Benarkah tim ini menjalankan tugas rahasia atas perintah petinggi Polri?
Silakan tanya kepada pejabat yang berwenang saat ini.

Anda memegang banyak rahasia para jenderal karena pernah merangkap Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan sekaligus Ketua Satgas Merah Putih?
Saya tegak lurus ke Kepala Polri semasa bertugas di kepolisian. Saya juga berupaya menjalankan tugas dan memastikan agar tanggung jawab saya bisa tuntas.

Anda kerap terlihat membawa buku hitam. Apa isinya?
Saya menggunakan buku itu untuk mencatat proses hukum yang tengah berlangsung saat ini.

Kabarnya buku hitam itu menjadi catatan berbagai rahasia operasi Polri saat Anda menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan.
Itu catatan pribadi. Buku itu merupakan jurnal aktivitas dan catatan pekerjaan saya selama saya aktif berdinas di kepolisian.

_____

Artikel ini terbit di versi cetak dengan judul "Buku Hitam Itu Catatan Saya Selama Bernias"

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai redaktur di Desk Nasional majalah Tempo. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus