Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HNW: Pancasila Hadir Berkat Kenegarawanan Pendiri Bangsa

Perumusan Pancasila sangat memperhatikan aspek keragaman dan visi ke depan. sikap para pendiri bangsa tersebut patut menjadi teladan.

9 Oktober 2021 | 11.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia hadir karena kenegarawanan pada pendiri bangsa yang sangat kuat.  Keinginan mereka untuk menghadirkan Pancasila sebagai bentuk utuh keberagaman Indonesia sudah terlihat sejak awal perumusan Pancasila.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Antara lain terlihat pada peristiwa fenomenal  dihapusnya 7 kata dalam Piagam Jakarta.  Piagam Jakarta adalah rancangan Pembukaan UUD 1945 yang dirumuskan di Jakarta, pada tanggal 22 Juni 1945. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Piagam ini mengandung lima sila yang menjadi bagian dari Pancasila.  Pada sila pertama, tercantum frasa yang dikenal sebagai ‘tujuh kata’ yakni ‘dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’.  Melalui musyawarah tercapailah mufakat bahwa tujuh kata ini, kemudian dihapus karena mengundang kontroversi yang berpotensi perpecahan bangsa, diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. 

Hal tersebut disampaikan Pimpinan MPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang biasa disapa HNW ini, saat hadir secara virtual acara “Sosialisasi Empat Pilar MPR” kerja sama MPR dengan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Administrasi Jakarta Selatan, di taman Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat, 8 Oktober 2021.

Acara yang digelar dengan protokol kesehatan ini turut dihadiri Ketua FKDM Jaksel Abdul Hafid, Ketua FKDM Kecamatan Jagakarsa KH. Hasanudin, serta anggota FKDM dan masyarakat sekitar.

HNW mengatakan, selain peristiwa 7 kata itu, pemilihan kata-kata saat perumusan Pancasila sebagai bentuk penghormatan kepada keberagaman bangsa juga mencerminkan betapa tingginya kenegarawanan mereka.  “Contohnya,  kata ‘maha’ dan ‘esa’  berasal dari bahasa Sansekerta dan kata  ‘musyawarah’ berasal dari bahasa Arab, dan masih banyak lagi,” ujarnya. 

HNW menilai para tokoh besar pendiri bangsa itu juga memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi.  Pertimbangan mereka dalam merumuskan, tidak lagi berpatokan kepada latar belakang suku, agama atau daerah.  Namun, berpedoman kepada kemaslahatan dan kepentingan yang lebih besar untuk seluruh rakyat Indonesia. 

Melihat betapa pentingnya memahami nilai kenegarawanan itu, apalagi diimplementasikan di era kini, HNW mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan para pendiri bangsa perumus Pancasila, sebagai simbol keteladanan.   

Keteladanan yang bisa diambil adalah kewaspadaan dan mampu merasakan potensi perpecahan di tengah masyarakat karena suatu kejadian, kebijakan atau perbuatan, sekaligus mampu memberikan solusi yang terbaik dengan menghindari egoisme pribadi atau kelompok.

“Sekali lagi, Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mesti mencontoh apa yang mereka lakukan, lalu langsung diterapkan untuk menghadapi berbagai persoalan dan tantangan bangsa saat ini,” katanya. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus